Senin, 15 Desember 2008

Curahan Hati: "Pelaku Firman"

Dulu aku pernah studi di Sekolah Theologi 1-3, Batu Malang. Sekarang Aku sudah dua tahun melayani di Studio Sentosa. Studio Sentosa ini bergerak dalam bidang pelayanan multimedia, secara khusus radio dan televisi. Di sini statusku sebagai seorang programmer radio dan penyiar radio. Sebagai seorang programmer, setiap dua bulan sekali aku di haruskan oleh lembaga untuk membuat renungan pembelajaran Alkitab (Khotbah) sebanyak 25-26 program dengan durasi 30 menit, dan program ini di kirimkan ke radio-radio lokal yang ada di Indonesia. Dalam proses dua tahun ini, saya sudah membuat kurang lebih 400 renungan (khotbah) pembelajaran Alkitab. Tentunya dengan adanya hal ini, ngomongin masalah menjadi pelaku firman Tuhan, sering aku berpikir bahwa aku sebagai seorang anak Tuhan dan seorang hambaNya, sering gagal dan gagal. Gak mudah yach jadi pelaku firman Tuhan he...he...he...!!! Tapi aku sadar bahwa ini bukan hanya pergumulanku saja, melainkan hal ini juga menjadi pergumulan bagi setiap orang, secara khusus para pendeta dan anak-anak Tuhan yang lainnya baik yang terlibat dalam pelayanan , maupun yang tidak terlibat dalam pelayanan.
Mmm....!!!!! Ngomong-ngomong menjadi seorang penyiar, menurutku enak juga ya!! terkadang ketika aku punya masalah, tentu sebagai seorang penyiar, ketika aku siaran di radio di tuntut untuk menghibur orang lain, walaupun aku sendiri sebenarnya punya masalah, tetapi dengan menghibur orang lain aku sendiri jadi terhibur lho...!!!! he...he...!!! eh pokoknya enak banget tuh!!!

Rabu, 26 November 2008

Belajar Firman Allah

Program: “BELAJAR FIRMAN ALLAH”
(Oleh: Jajang Sukarjo, S.Th)
=====================
Tema: “MENYUKAKAN HATI TUHAN”
(Galatia 1:6-10)

Saudara yang dikasihi Tuhan, pada hari ini kita akan belajar firman Tuhan dengan tema: “Menyukakan Hati Tuhan” yang diambil dari kitab Galatia 1:6-10 yang tertulis demikian:
“Aku heran bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu Injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia, Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”

Saudara yang dikasihi Tuhan, dari ayat yang sudah saya baca ini, ayat yang menjadi dasar dari pembelajaran firman Tuhan pada hari ini yaitu ayat yang ke 10. Ayat 10 tertulis demikian: “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia, atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam pembelajaran firman Tuhan pada hari ini, saya akan membaginya menjadi 3 bagian. Yang pertama, saya akan membahas mengenai pelayanan yang berorientasi menyukakan hati manusia. Yang kedua, saya akan membahas mengenai akibat pelayanan yang berorientasi menyukakan hati manusia. Yang ketiga, saya akan membahas mengenai pelayanan yang berorientasi menyukakan hati Allah. Tiga hal inilah yang akan kita pelajari dalam pembelajaran firman Tuhan pada hari ini. Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang pertama yaitu: “pelayanan yang menyukakan hati Manusia.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 10, di mana di dalam ayat 10 ini ada kalimat: “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah.” Di dalam kalimat ini ada kata: “kesukaan manusia” dalam teks asli Alkitab memakai kata: antropos peitho. Kata: “kesukaan” memakai kata: peitho yang memiliki arti: “membujuk, menyakinkan, berusaha, menyenangkan, menyogok, menjadi yakin, menaati.” Dengan pengertian ini, yang dimaksud dengan “kucari kesukaan manusia atau mencari kesukaan manusia” (antropos peitho) yaitu: “berusaha menyenangkan manusia, berusaha menyakinkan manusia, berusaha menaati manusia.” Menyakinkan di sini memiliki arti: “mengubah konsep atau cara berpikir seseorang.” Sedangkan menyenangkan manusia di sini memiliki arti: “mengubah diri sendiri atau menyesuaikan diri sendiri kepada perasaan orang lain.” Saudara yang dikasihi Tuhan, menyukakan manusia juga terlihat dengan adanya kalimat: “Adakah kucoba berkenan kepada manusia?” Di dalam kalimat ini ada kata: “kucoba” dalam teks asli Alkitab memakai kata: zeteo yang memiliki arti: “menyelidiki, mencari, memeriksa, berusaha, berusaha mendapat, menginginkan, meminta, menuntut.” Dalam Alkitab Terjemahan Lama, kalimat: “adakah kucoba berkenan kepada manusia,” kalimat ini di terjemahkan dengan kalimat: “Atau aku mencari jalan diperkenan oleh manusiakah?” Yang perlu kita garis bahwa dari kalimat ini yaitu: “mencari jalan diperkenan oleh manusia.” Di sini ada unsur berusaha, berusaha mendapat perkenanan dari manusia. Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus di dalam pelayanannya terhadap jemaat di Galatia, tidak pernah mencari kesukaan manusia atau perkenanan manusia, ini terlihat dengan adanya pemberitaan Injil yang di sampaikan oleh dirinya, bahwa Injil yang di beritakan oleh Paulus adalah Injil Kristus. Tujuan utama Paulus di dalam menyampaikan Injil kepada jemaat di Galatia bukan untuk menyenangkan hati manusia, bukan supaya dirinya di perkenan oleh manusia, tetapi Paulus menyampaikan Injil, supaya jemaat di Galatia dapat hidup di dalam Injil dan memperoleh persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus. Hal ini tentunya berbeda dengan orang-orang yang memberitakan injil yang berbeda dengan Injil Paulus. Orang-orang yang memberitakan Injil yang lain, mereka selalu berusaha menyenangkan atau berusaha diperkenan oleh manusia. Saudara yang dikasihi Tuhan, yang dapat kita pelajari dari hal ini yaitu melakukan pemberitaan Injil dengan tidak mencari perkenanan, atau berusaha mencari jalan diperkenan oleh manusia atau berusaha mencari kesukaan manusia. Ini adalah hal yang pertama yang dapat kita pelajari dalam pembelajaran firman Tuhan kali ini. Banyak orang pada masa kini, di dalam setiap pelayanannya seringkali terjebak atau jatuh kepada keinginan untuk mencari atau berusaha di perkenan oleh manusia. Jadi apa yang dilakukan di dalam setiap pelayanannya hanya sekedar mencari kesukaan manusia atau dengan kata lain, orientasi pelayanannya hanya sekedar di tujukan kepada manusia. Saya menyarankan kepada teman-teman yang melayani Tuhan, atau hamba-hamba Tuhan yang melayani Tuhan diladang-Nya jangan sampai kita jatuh kepada berusaha mencari di perkenan oleh manusia. Atau orientasi pelayanan kita hanya sekedar untuk menyenangkan atau menyukakan hati manusia. Kalau kita sudah terjebak kepada hal ini, maka pelayanan kita tidak akan berjalan dengan efektif, akibat yang paling fatal kalau pelayanan kita, atau pemberitaan kita hanya untuk mencari kesukaan manusia maka kebenaran tidak akan sampai kepada orang yang kita layani. Hal ini terjadi karena kebenaran yang sesungguhnya telah di manipulasi untuk menyenangkan hati manusia. Di sisi yang lain dalam pemberitaan firman kita akan gagal dalam menyatakan dosa. Kita akan lebih banyak diatur atau dikendalikan oleh keinginan sesama atau orang-orang yang kita layani. 1 Tesalonika 2:4 tertulis demikian: “Sebaliknya karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” Dengan adanya hal ini, kita patut belajar dari Paulus bahwa pelayanan bukan hanya sekedar menyenangkan hati manusia tetapi menyenangkan hati Allah. Kolose 3:23-24 tertulis demikian: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya.” Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang kedua yaitu: “akibat pelayanan yang menyukakan hati manusia.” Akibat pelayanan yang menyukakan hati manusia yaitu: “bukan hamba Krisus.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 10, dalam kalimat terakhir tertulis demikian: “maka aku bukanlah hamba Kristus.” Kalimat: “maka aku bukanlah hamba Kristus” dalam teks asli Alkitab memakai kata: Kristou doulus ouk an emen. Kristou doulus ouk an emen memiliki arti: “maka aku pasti bukan hamba Kristus.” Yang perlu di garis bawahi atau perlu di tekankan di sini adalah kata: “aku pasti bukan hamba Kritus.” Dalam Alkitab Terjemahan Lama menerjemahkan dengan kalimat: “Maka bukanlah aku hamba Kristus.” Ini adalah konsekwensi dari setiap pelayanan yang berusaha menyenangkan atau menyukakan hati manusia. Ini adalah pelayanan yang berusaha mencari perkenanan hati manusia. Ini adalah akibat dari setiap pelayanan yang berusaha ingin di puji, diagungkan oleh manusia, bahwa dirinya pasti bukan hamba Kristus melainkan hamba manusia. Dengan kata lain pelayanan yang berorientasi untuk mencari perkenanan manusia adalah hamba manusia bukan hamba Kristus. Totalitas hidup dan pelayanan seseorang yang hanya berusaha mencari kesukaan manusia berarti dia adalah hamba manusia bukan hamba Kristus. Ini adalah konsekwensi dari pelayanan yang berusaha mencari perkenanan manusia. Ini adalah hal yang kedua yang dapat kita pelajari dari pembelajaran firman Tuhan pada hari ini. Pendengar yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang ketiga yaitu: “pelayanan yang menyukakan hati Tuhan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 10, di dalam ayat ini ada kalimat yang tertulis: “atau kesukaan Allah.” Kata: “kesukaan Allah” dalam teks asli Alkitab memakai kata: peitho tou theon yang memiliki arti: “menyenangkan Tuhan atau berusaha mencari kesukaan Tuhan.” Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus di dalam setiap pelayanannya dan totalitas hidupnya selalu menyenangkan, menyukakan hati Allah. Dia selalu rindu untuk di perkenan oleh Allah. Apa yang dia lakukan semata-mata hanya untuk menyenangkan hati Tuhan, dan ini berdampak kepada setiap jemaat yang dilayaninya. Dampaknya Injil dapat diberitakan dengan efektif. Kebenaran Allah dapat sampai dengan tidak di manipulasi oleh Paulus. Pendengar yang dikasihi Tuhan, yang ketiga yang perlu kita pelajari dari pembelajaran firman Tuhan hari ini yaitu melayani hanya untuk menyenangkan hati Tuhan. Motivasi pertama di dalam melayani adalah menyenangkan Tuhan, bukan menyenangkan diri sendiri atau keluarga kita, bukan juga menyenangkan sesama kita, tetapi kita harus berusaha menyenangkan hati Tuhan. Saya yakin ketika Tuhan di senangkan di dalam setiap pelayanan atau dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan untuk kemuliaan Allah, maka hal ini memiliki dampak kepada sesama, dimana manusia turut bersukacita atas apa yang kita buat atau kita kerjakan untuk kemuliaan Allah. Ini adalah hal yang perlu kita sadari pada saat kita melayani Tuhan, dalam setiap totalitas hidup kita. Dalam setiap pelayanan yang kita kerjakan semata-mata hanya untuk menyenangkan atau menyukakan hati Tuhan. Konsekwensi dari menyukakan hati Allah maka kita adalah hamba Kristus. Pendengar yang dikasihi Tuhan, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan untuk Anda, apa yang di cari ketika Anda melibatkan diri untuk melayani Tuhan? Apa motivasi Anda di dalam melakukan pelayanan bagi Tuhan? Apakah hanya sekedar mencari untuk diperkenan, dipuji, atau agungkan oleh manusia? Ataukah sebaliknya, di dalam setiap pelayanan yang kita lakukan, kita berusaha mencari perkenanan Allah? Kalau ada diantara Anda di hari ini, yang melakukan pelayanan dengan motivasi supaya diperkenan oleh manusia, berarti apa yang Anda lakukan hanya kesia-siaan belaka, dan firman Tuhan hari ini mengatakan kepada kita bahwa kita bukanlah hamba Kristus. Berbicara mengenai hamba Kristus berarti kita adalah milik Kristus, berbicara mengenai milik Kristus berarti diri kita sendiri bukanlah milik kita sendiri, melainkan miliknya Tuhan. Dengan adanya hal ini totalitas hidup kita hanya untuk Tuhan, apa yang kita lakukan hanya untuk kemuliaan-Nya supaya nama Tuhan di anggungkan dan ditinggikan dalam hidup dan pelayanan kita. Bagi Anda yang mungkin sudah jatuh di dalam menyenangkan atau menyukakan hati manusia dalam melakukan pelayanan maka hendaknya kita kembali kepada motivasi yang benar yaitu melayani hanya untuk menyenangkah hati Allah, berusahalah untuk selalu diperkenan oleh Tuhan. Supaya kita diperkenan oleh Tuhan maka konsekwensinya di dalam setiap pelayanan harus dilakukan dengan penuh kesungguhan, kestiaan dan kerja keras kita untuk kemulian-Nya. Saudara yang dikasihi Tuhan, saya mengajak kepada Anda pada hari ini, dalam setiap pelayanan kita biarlah Tuhan yang disenangkan, Tuhan yang di sukakan, maka kita adalah hamba Kristus. Tuhan memberkati Anda.





Belajar Firman Allah

Program: “BELAJAR FIRMAN ALLAH”
(Oleh: Jajang Sukarjo, S.Th)
=====================
Tema: “MENANG DARI PERSOALAN HIDUP”
(1 Samuel 1:1-20)

Saudara yang dikasihi Tuhan, pada hari ini kita akan belajar firman Tuhan dengan tema: “Menang Dari Persoalan Hidup” yang diambil dari kitab 1 Samuel 1:1-20, tetapi saya hanya membaca beberapa ayat saja. Ayat 1-3 tertulis demikian: “Ada seorang laki-laki dari Ramataim Zofim dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim. Orang ini mempunyai dua siteri; yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina, Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak. Orang itu dari tahun ketahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada Tuhan semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam Tuhan ialah kedua anak Eli, Honi dan Pinehas.” Ayat 6-7 tertulis demikian: “tetapi madunya menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena Tuhan telah menutup kandungannya. Demikianlah terjadi dari tahun ketahun, setiap kali Hana pergi ke rumah Tuhan, Penina menyakiti hati Hana sehingga ia menangis dan tidak mau makan.” Ayat 9-10 tertulis demikian: “Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci Tuhan, dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.” Ayat 15 tertulis demikian: “Tetapi Hana menjawab: “Bukan tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati, anggur atau minuman yang memabukan tidak kuminum, melainkan aku mecurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan.” Ayat 19-20 berkata demikian: “Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN, kemudian pulanglah mereka kerumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, Tuhan ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki, ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: Aku telah memintanya dari pada TUHAN.” Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam pembelajaran firman Tuhan kali ini, saya akan membagi menjadi tiga bagian. Bagian yang pertama, saya akan membahas mengenai persoalan hidup yang dialami oleh Hana. Bagian yang kedua, saya akan membahas mengenai cara Hana dalam menghadapi persoalan hidupnya. Yang ketiga, saya akan membahas mengenai respon Tuhan terhadap persoalan hidup yang dialami oleh Hana. Tiga hal inilah yang akan kita pelajari di dalam pembelajaran firman Tuhan kali ini. Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang pertama yaitu: “persoalan hidup yang dialami oleh Hana.” Persoalan hidup yang dialami oleh Hana, ini dapat dilihat di dalam ayat 5-7 yang tertulis demikian: “ Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab Tuhan telah menutup kandungannya. Tetapi madunya menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena Tuhan telah menutup kandungannya. Demikianlah terjadi dari tahun ketahun, setiap kali Hana pergi rumah Tuhan, Penina menyakiti hati Hana sehingga ia menangis dan tidak mau makan.” Dari ayat 5-7 ini ada beberapa persoalan hidup yang dihadapi oleh Hana. Persoalan Hana yang pertama yaitu: “Hana mandul atau tidak memiliki anak.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 5, di mana di dalam ayat 5 ini ada pernyataan bahwa Tuhan telah menutup kandungannya, hal ini di tegaskan sebanyak dua kali, bahwa Hana tidak memiliki anak. Dalam kehidupan bangsa Israel, secara khusus bagi kaum wanita, anak merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Kalau seorang perempuan Israel bersuami tetapi tidak melahirkan anak maka hal itu dianggap sebagai suatu aib. Isteri yang mandul dianggap tidak bisa memenuhi harapan suaminya. Isteri yang mandul dianggap tidak memiliki harapan kehidupan sesudah mati, karena keturunannya tidak ada. Di sisi yang lain, anak merupakan sesuatu yang penting di kalangan Israel karena orang Israel termasuk bangsa yang selalu mengarahkan harapannya kemasa depan. Hal ini jelas kelihatan dalam janji tiga rangkap kepada Abraham (Kej 12:1-2), kemudian dalam hubungan orang Israel akan hari Tuhan dan kedatangan Messias. Tiap-tiap orang Israel rindu mengambil bagian dalam keselamatan yang dijanjikan Allah untuk masa depan. Anda kata seorang meninggal dunia, sebelum janji Tuhan itu di sampaikan, maka hal itu tidak begitu mengecewakan jika ada anak-anaknya, tetapi jika tidak mempunyai anak maka harapannya seolah-olah terputus, keluarganya dihapuskan sebelum seluruh dunia diliputi oleh keselamatan yang dari Allah. Dari sini saya dapat menyimpulkan bahwa secara biologis anak dalam kehidupan Hana sebagai seorang perempuan Israel menurapan sesuatu yang sangat penting, tidak hanya secara biologis tetapi secara teologis hal ini juga merupakan sesuatu yang sangat penting. Alasan teologis yaitu kepercayaan akan janji Tuhan dan keinginan akan menyaksikan keselamatan yang Tuhan. Hal inilah yang dirindukan oleh Hana, sehingga dalam merindukan seorang anak dalam hidupnya, Hana sampai menangis kepada Tuhan, dia tidak makan, bahkan dirinya dianggap sebagai orang mabuk karena beban dan pergumulannya. Dengan memiliki anak maka Hana secara biologis keturunanya dapat terus ada, dan secara teologis keturunan Hana dapat menantikan keselamatan yang datang dari Allah. Inilah yang dirindukan dan dicita-citakan oleh Hana. Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat persoalan Hana yang kedua, persoalan Hana yang kedua dapat dilihat di dalam ayat 6-7, di mana di dalam ayat ini di jelaskan bahwa Hana selalu di sakiti oleh madunya atau isteri kedua dari Elkana yaitu Penina. Penina selalu menyakiti Hana. Kata: “menyakiti” dalam teks asli Alkitab memakai kata: qaas yang memiliki arti: “menyakiti hati, menjengkelkan, mendongkolkan, marah.” Penina selalu menyakiti, mendongkolkan atau membuat marah hati Hana. Penina menyakiti hati Hana tidak hanya terjadi satu atau dua kali saja melainkan hal ini terjadi dari tahun ketahun. Dalam Alkitab Terjemahan Lama diterjemahkan dengan kalimat: “pada tiap-tiap tahun, setiap kali ia pergi kehulu, kerumah Tuhan, dipersakitinya hatinya, sehingga menangislah ia dan tiada mau makan.” Berdasarkan kalimat dari tahun ketahun atau tiap-tiap tahun, menunjukkan bahwa Hana disakit dalam kurun waktu yang cukup lama. Ini adalah penderitaan atau persoalah yang dialami oleh Hana di dalam hidupnya. Dia mengalami ejekan dari Penina secara terus-menerus dari tahun ketahun. Penina menjadi seorang yang sombong karena dia bisa melahirkan anak, seakan-akan bahwa dia dipilih oleh Allah untuk menjadi ibu bagi Israel, sedangkan Hana tidak berguna bagi suaminya dan bangsanya. Ini adalah persoalan hidup yang kedua yang dialami oleh Hana. Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang kedua yaitu: “cara Hana mengatasi persoalan hidupnya.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 9-10,15. Berdasarkan ayat ini, ada beberapa cara Hana dalam mengatasi persoalan hidupnya. Cara Hana yang pertama yaitu: “Hana dalam menghadapi persoalan hidupnya dengan berdoa kepada Tuhan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 9-10 yang tertulis demikian: “Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci Tuhan, dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.” Pendengar yang dikasihi Tuhan, berdasarkan ayat 9-10 ini, ketika Hana mandul atau belum memiliki anak, dan ketika dia di sakiti oleh madunya atau iserti kedua dari Elkana maka dia berdoa kepada Tuhan. Bahkan kalau kita melihat ayat ke 3, di dalam ayat 3, dijelaskan bahwa Hana datang kepada Tuhan dari tahun ketahun. Dengan kata lain Hana sungguh sangat setia berdoa kepada Tuhan. Ini adalah solusi Hana ketika dia diperhadapkan dengan persoalan dan tantangan hidup yang terjadi di dalam hidupnya. Saudara yang dikasihi Tuhan, dari hal ini yang patut kita pelajari adalah ketika kita diperhadapakan dengan persoalan hidup, kita diajar untuk selalu berdoa kepada Tuhan. Kita harus selalu belajar meminta pertolongan dari Tuhan. Tetapi seringkali banyak orang terjebak kepada mengandalkan diri sendiri, mengandalkan orang lain, ini adalah jalan yang seringkali kita tempuh ketika kita diperhadapkan dengan persoalan-persoalan hidup, yang pada pada akhirnya hanya kekecewaan bukan solusi yang terbaik yang kita dapatkan. Solusi yang terbaik ketika kita diperhadapkan dengan tantangan, persoalan dan pergumulan hidup yaitu berdoa kepada Allah. Matius 11:28 tertulis demikian: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Saudara yang dikasihi Tuhan, saya tidak tahu apa yang menjadi pergumulan Anda hari ini, jika ada diantara Anda yang sedang mengalami persoalan dan pergumulan hidup, baik itu berkaitan dengan usaha dan pekerjaan, berkaitan dengan teman hidup, kebutuhan rumah tangga, solusi yang terbaik dalam menyelesaikan itu yaitu berdoa kepada Tuhan, meminta pimpinan serta petunjukNya, maka niscaya dia akan menolong kita. Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat cara Hana yang kedua di dalam mengatasi persoalan hidupnya. Cara Hana yang kedua di dalam mengatasi setiap persoalan hidupnya yaitu: “Hana mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 15 tertulis demikian: Tetapi Hana menjawab: “Bukan tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati, anggur atau minuman yang memabukan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan.” Pendengar yang dikasihi Tuhan, di dalam ayat 15 ini ada kata: “mencurahkan” dalam teks asli Alkitab memakai kata: saphakh yang memiliki arti: “mencurahkan atau menuangkan.” Solusi yang kedua ketika Hana diperhadapkan dengan persoalan hidup yaitu tidak memiliki anak dan selalu di hina dan diejek oleh Penina, maka Hana mencurahkan isi hatinya atau mencurahkan setiap pergumulan dan persolaanya kepada Tuhan. Dari hal ini yang patut kita pelajari yaitu: “mengungkapkan pergumulan atau persoalan hidup kepada Tuhan.” Saudara yang dikasihi Tuhan, adakah diantara Anda hari ini yang sedang memiliki beban yang berat untuk dipikul oleh Anda. Kalau ada diantara Anda hari ini yang sedang memiliki beban yang berat, ungkapkanlah setiap persoalan dan pergumulan Anda kepada Tuhan, curahkan isi hatimu kepada Tuhan. Tuhan tahu apa yang menjadi persoalan dan pergumulan hidup Anda. Dia hanya ingin mendengar keluhan Anda dan teriakan Anda untuk meminta tolong kepada-Nya. Jangan keraskan hatimu, sekarang juga datanglah kepada Tuhan. Maka kemenangan itu telah menanti hidup Anda. Pendengar yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang ketiga yaitu respon Tuhan atas setiap tindakan yang diambil oleh Hana ketika mendapatkan persoalan hidup. Respon Tuhan atas setiap tindakan yang diambil oleh Hana ketika diperhadapkan dengan persoalan yaitu: “Tuhan mengabulkan atau menjawab permohonan Hana.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 19-20 yang tertulis demikian: “Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN, kemudian pulanglah mereka kerumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, Tuhan ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki, ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: Aku telah memintanya dari pada TUHAN.” Saudara yang dikasihi Tuhan ayat ini menunjukkan respon Tuhan atas setiap jawaban yang dipergumulkan oleh Hana. Allah tidak pernah mengecewakan hidup kita atau hidup anak-anaknya, dia selalu mendengar keluh kesah kita, mendengar jeritan hati kita, oleh karena itu ketika kita diperhadapkan oleh persoalan hidup datanglah kepada Tuhan maka kita akan memperoleh kemenangan yang gilang gemilang. Tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan kalau kita bersama dengan Tuhan. Tuhan memberkati Anda.













Belajar Firman Allah

Program: “BELAJAR FIRMAN ALLAH”
(Oleh: Jajang Sukarjo, S.Th)
=====================
Tema: “MENYALAHGUNAKAN STATUS”
(1 Samuel 2:12-17)

“Adapun anak-anak Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan Tuhan, ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu di masak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga ditangannya dan dicucukannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana ke Silo. Bahkan sebelum lemaknya di bakar, bujang imam itu datang lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang di masak, hanya yang mentah saja. Apabila orang itu menjawabnya bukankah lemak itu harus di baker dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu” maka berkatalah ia kepada orang itu: “Sekarang juga haru skau berikan, kalau tidak aku akan mengambilnya dengan kekerasan.” Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan Tuhan, sebba mereka memandang rendah korban untuk Tuhan.”

Saudara yang dikasihi Tuhan, berbicara mengenai “jabatan atau status,” hal tersebut dalam diri seseorang seringkali disalah gunakan. Penyalahgunaan jabatan sering kali terjadi dalam kehidupan seseorang demi kepentingan pribadi, keluarga atau kelompok tertentu. Tidak jarang dengan jabatan atau status yang tinggi, setiap orang dapat bertindak semena-mena terhadap sesamanya, karena dengan adanya hal itu, setiap orang yang memiliki jabatan merasa dirinya punya kekuasaan. Hal ini terjadi tidak hanya di masa kini, melainkan di masa lampau-pun kehidupan seperti ini telah terjadi dalam kehidupan anak-anak imam Lewi. Sauadara yang dikasihi Tuhan, berkaitan dengan hal ini (kehidupan anak-anak Lewi yatiu Hopni dan Pinehas), saya akan menjelaskan kepada Anda mengenai penyalahgunaan status dalam hal ini jabatan imam yang di salah gunakan oleh anak-anak Imam Lewi. Sebelum saya membahas mengenai penyalahgunaan jabatan imam oleh anak-anak lewi, saya akan membahas terlebih dahulu mengenai hak para imam, Sehingga dengan adanya hal ini kita dapat melihat dengan jelas apa yang menjadi hak para Imam dan apa yang bukan menjadi hak para Imam. Saudara yang dikasihi Tuhan, berdasarkan Ulangan 18:3-5, ada beberapa hal yang menjadi hak para imam! Yang menjadi hak para imam diantaranya yaitu: Tuhanlah yang menjadi milik pusaka para imam, imam mendapat paha depan, kedua rahang dan perut besar dari seorang jemaat yang mempersembahkan korban sembelihan. Selain itu imam mendapat hasil pertama dari gandum, anggur dan minyak dan bulu guntingan pertama dari domba, hal ini diperolah dari orang yang mempersembahkan korban kepada Tuhan. Inilah yang menjadi beberapa ketentuan atau hak bagi para imam ketika seseorang mempersembahkan korban kepada Tuhan. Saudara yang dikasihi Tuhan, dari Ulangan 18:3-5, kita dapat melihat melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak imam lewi yang memiliki status atau jabatan sebagai imam. Kesalahan yang pertama yang dilakukan oleh anak-anak imam Lewi, dalam hal ini Pinehas dan Hopni yaitu: “Anak-anak Imam Lewi mengambil bagian yang bukan menjadi hak miliknya.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 12-14 yang tertulis demikian: “Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu di masak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya dan di cucukannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo.” Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam mempersembahkan korban kepada Tuhan, korban tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebagian dari korban itu ditentukan untuk Tuhan, sebagian lagi untuk imam dan sebagian lagi untuk orang yang mempersembahkannya. Di sini anak-anak Eli tidak memperhatikan atau mempedulikan peraturan tersebut. Sehingga hal ini mereka di cap tidak mengindahkan Tuhan atau tidak mengindahkan batas hak para imam. Anak-anak imam lewi tidak sabar menunggu sampai daging itu di masak, mereka tidak mengambil bagian binatang yang di tetapkan oleh hukum Taurat sebagai bagian imam, melaikan garfu bergigi tiga di cucukan mereka ke dalam periuk tempat daging itu dan apa yang di tarik dari dalamnya diambil mereka begitu saja untuk diri mereka sendiri. Dengan berlaku demikian, jelaslah bahwa anak-anak imam lewi tidak berhasrat untuk melayani Tuhan, melainkan mereka menyalahgunakan jabatan imam untuk mencari keuntungan bagi diri mereka sendiri. Di sini hukum Allah diganti dengan kesewenangan kedua imam itu. Dan apa yang mereka lakukan tidak hanya terhadap satu orang saja, melainkan kepada semua orang Israel yang mempersembahkan korban kepada Tuhan. Ini terlihat jelas di dalam ayat 14 di mana di dalam ayat ini ada pernyataan demikian: “Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo.” Ini adalah satu pernyataan di mana anak-anak Lewi yakni Hopni dan Pinehas dalam menyalahgunakan wewenangnya tidak hanya kepada satu orang saja melainkan kepada semua orang Israel yang mempersembahkan korban kepada Tuhan.” Saudara yang dikasihi Tuhan, hal yang pertama yang perlu kita pelajari dari ayat ini, secara khusus ayat 12-14 yaitu: Tidak menyalahgunakan wewenang, kekuasaan, status atau jabatan yang kita miliki demi kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok tertentu. Di masa sekarang ini banyak orang terjebak dalam menyalahgunakan wewenang, kekuasaan, status atau jabatan yang dimilikinya demi kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok-kelompok tertentu. Di sini saya akan memberikan contoh-contoh kepada Anda mengenai penyalahgunaan jabatan, kekuasaan atau status yang dimiliki oleh seseorang. Contoh dalam menyalahgunakan status, jabatan atau kekuasaan untuk kepentingan pribadi yaitu korupsi dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Yang menjadi pertanyaannya adalah kenapa orang suka sekali dengan korupsi, baik itu korupsi yang sifatnya kecil-kecilan maupun korupsi yang sifatnya besar. Hal ini di dasarkan kepada cinta karena uang. Di sisi yang lain, uang merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, uang merupakan sesuatu yang telah menyatu dalam kehidupan manusia. Contoh: kita mau makan, beras, minyak tanah belum ada, untuk membeli beras, untuk membeli minyak tanah pake uang, tidak ada uang tidak ada beras, tidak ada beras konsekwensinya dalam kehidupan seseorang tidak bisa makan atau mengisi perutnya. Ini adalah contoh yang kecil yang seringkali terjadi di dalam kehidupan kita. Sehingga dengan adanya hal ini, banyak orang termasuk di dalamnya orang Kristen berusaha untuk selalu mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Disisi yang lain, manusia selalu memiliki sifat yang egois, yang penting saya kaya, banyak uang, sehingga dengan segala cara untuk mendapatkan uang orang seringkali menyalahgunakan kekuasaan, status atau jabatan yang dimilikinya. Saudara yang dikasihi Tuhan, saya sendiri tidak mengetahui banyak tentang hidup Anda, apakah Anda di masa kini memiliki jabatan atau status sebagai pejabat tinggi, atau pejabat yang biasa-biasa saja. Harapan saya, Anda sebagai seorang Kristen tidak menyalahgunakan kekuasaan, status atau jabatan yang dimiliki oleh Anda. Sebagai seorang Kristen atau anak Tuhan, pakailah status atau jabatan Anda untuk kemuliaan Tuhan, dapat menolong dan membantu sesama yang membutuhkan, sehingga dengan adanya hal ini Anda sebagai seorang Kristen dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Kalau hal ini terjadi di dalam kehidupan kita di masa kini, niscaya nama Tuhan akan dipermuliakan di dalam kehidupan kita dan dalam kehidupan orang banyak. Saudara yang dikasihi Tuhan, jika ada diantara Anda yang sudah dan sedang menyalahgunakan jabatan atau status, kekuasaan yang Anda miliki saat ini demi kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok-kelompok tertentu, bukan untuk kepentingan orang banyak, maka saya menyarankan kepada Anda untuk segera berbalik kepada jalan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena pada saatnya kita akan menuai apa yang telah kita tabur di dalam kehidupan kita di masa kini. Selagi Tuhan panjang sabar terhadapa Anda, bertobatlah Anda kepada Tuhan. Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat kesalahan yang kedua yang dilakukan oleh anak-anak imam lewi yaitu Hopni dan Pinehas. Kesalahan yang kedua yang dilakukan oleh anak-anak Lewi dalam hal ini Hopni dan Penihas yaitu: “Anak Lewi (Hopni dan Pinehas) tidak menghormati Tuhan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 15-17 yang tertulis demikian: “Bahkan sebelum lemaknya di bakar, bujang imam itu datang lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang di masak, hanya yang mentah saja. Apabila orang itu menjawabnya bukankah lemak itu harus di bakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu maka berkatalah ia kepada orang itu: “Sekarang juga harus kau berikan, kalau tidak aku akan mengambilnya dengan kekerasan.” Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan Tuhan, sebab mereka memandang rendah korban untuk Tuhan.” Saudara yang dikasihi Tuhan, berdasarkan ayat ini jelas bahwa Hopni dan Pinehas yang memiliki jabatan Imam tidak menghormati Tuhan. Tidak hormatnya Hopni dan Pinehas kepada Tuhan terlihat dengan adanya mengambil lemak yang belum di baker, mereka tidak mau lemak yang sudah matang melainkan yang mentah, dengan adanya hal ini mereka telah melanggar aturan yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel secara turun temurun. Kalau orang yang mempersembahkan tersebut tidak memberikannya maka mereka memberikan kekerasan kepada orag Israel yang membrikan persembahannya kepada Tuhan. Di samping itu Hopni dan Pinehas tidak mau menerima teguran dari orang-orang Israel yang meprsembahkan korban kepada Tuhan, bahwa apa yang diperbuatnya telah melanggar hukum Tuhan. Dengan melanggar hukum Tuhan berarti tidak menghomati Tuhan. Pendengar yang dikasihi Tuhan, dari ayat 15-17 ini yang dapat kita pelajari untuk kehidupan kita di masa kini yaitu kita harus menghormati Tuhan. Apa yang menjadi ketetapan Tuhan bagi kehidupan kita, kita tidak boleh mengubahnya sedikitpun. Kita sebagai orang percaya kepada Yesus harus tunduk kepada ketetapan-ketetapan Tuhan yang telah dibuat untuk kita. Dari kita hanya dituntut untuk selalu taat kepada Tuhan dan menghormatinya dengan segenap dan kesungguhan hati kita. 1 Samuel 2:b tertulis demikian: “Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan di pandang rendah.” Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat akibat Hopni dan Pinehas telah menyalagunakan jabatan atau kekuasaannya serta tidak menghormati Tuhan. Akibat Hopni dan Pinehas yang telah menyalahgunakan jabatan dan tidak menghormati Tuhan, akibatnya yaitu “kematian.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 34 yang tertulis demikian: “Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hopni dan Pinehas: pada hari yang sama keduanya akan mati.” Inilah akibat bagi setiap orang yang hidup menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang atau jabatan yang dimiliki. Hukuman dalam Perjanjian Lama cukup keras. Pada prinsipnya setiap orang yang tidak hidup sesuai dengan ketetapan Tuhan dan tidak menghormati Tuhan serta menyalah gunakan wewenang untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau yang lain maka kita akan didisiplinkan oleh Allah. Bentuk dan disiplin yang diberikan oleh Tuhan tergantung sesuai dengan kehendak-Nya. Mari kita berdoa.






Senin, 24 November 2008

Belajar Firman Allah

Program: BELAJAR FIRMAN ALLAH
Firman Tuhan: Mazmur 73:1–28
Oleh: JAJANG SUKARJO, S.Th
=====================
Tema: PERGUMULAN DAN PENGHARAPAN


Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, di manapun berada, kehidupan manusia didunia tidak akan bebas dari persoalan. Persoalan dan masalah adalah hal yang wajar atau yang lumrah dialami oleh setiap manusia. Maka sesungguhnya jika seseorang bergumul dengan sesuatu, entah itu berat atau ringan, sesungguhnya dapat dipastikan semua orang juga pernah, sedang atau akan mengalami masalah, walaupun dalam format dan kadar yang berbeda, namun intinya semua orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Tetapi memang tidak semua orang sama dalam memberi reaksi. Ada orang yang ketika menghadapi masalah malah lari dari masalah, ada yang putus asa dan akhirnya bunuh diri, ada pula yang bertahan dan tetap berjuang. Hari kita akan mempelajari bersama teks firman Tuhan yang akan mengajarkan kepada kita, sikap yang bagaimana yang seharuskan kita lakukan ketika persoalan datang menghadang. Tema kita kali ini PERGUMULAN DAN PENGHARAPAN, yang tercatat dalam Maz. 73:1–28. Di dalam teks kita kali ini kita akan melihat dan belajar dari pengalaman seorang anak Tuhan, dari keteguhan hatinya dan juga dari kegagalannya agar kita tidak mengulang hal yang sama. Ia adalah Asaf, seorang pelayan Tuhan, keturunan Lewi, yang melayani di rumah Tuhan. Dia tahu dan menyadari bahwa Allah itu baik terhadap umat pilihan-Nya, Israel. Ay.1: sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi Asaf kali ini dididik Tuhan untuk melihat kebaikan Tuhan justru dalam hal atau keadaan yang berbeda total dengan yang dia pikirkan. Karena Tuhan menginginkan dia untuk memuji Tuhan dan kebaikan Tuhan dalam situasi yang sulit, sehingga dia bertumbuh dewasa dalam iman kepadaNya. Sementara Asaf mengagungkan kebaikan Tuhan, sekonyong-konyong matanya diarahkan kepada situasi sekitarnya, dimana dia akhirnya menemukan hal yang bertolak belakang dengan pujiannya kepada Tuhan. Ay. 3–12: “Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaiankan kekerasan. Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. Dan mereka berkata: “bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?” Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!

Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang disaksikan oleh Asaf ini adalah satu situasi yang sungguh memprihatinkan dimana orang jahat hidup makmur, sehat, gemuk dengan segala tipu muslihatnya, mereka telah berhasil memperdaya manusia sekitarnya dan membuat orang-orang datang memohon pertolongan atau belas kasihan, karena mereka telah menjadikan diri mereka sandaran dan jawaban bagi orang lain hanya dengan tipu muslihat dan kejahatan hati mereka, bahkan ironisnya dan sangat tidak masuk di akal kejahatan orang fasik ini, mereka berani menentang Yang Mahatinggi, Pencipta mereka, bahkan mereka melecehkan dan menghina Allah Sumber Hidup mereka dengan mengatakan bahwa TUHAN Allah tidak tahu apa-apa, karena tidak ada pengetahuan pada Yang Mahatinggi. Sungguh tragis memang kejahatan manusia berdosa yang sombong dengan kejahatan mereka ini. Asaf yang menyaksikan hal ini menjadi kecewa, pahit dan sakit hatinya. Dan kekecewaan Asaf ini memang wajar sebagai seorang manusia, karena melihat ketidakadilan dan kepincangan yang terjadi saat itu. Namun Kekecewaan yang berakibat buruk bagi dirinya ini menjadi tidak wajar lagi karena ia adalah seorang pelayan di rumah Tuhan, yang mengerti firman Tuhan dan paling tidak dia mengenal siapa Tuhan yang dia sembah, yang adalah TUHAN Yang Maha Adil. Mengapa kekecewaannya ini menjadi tidak wajar bagi seorang Asaf yang telah mengenal Tuhan? Karena kekecewaannya ini akhirnya membawa dia pada tindakan yang bodoh dan berakibat fatal. Hal ini dapat kita lihat dalam ay. 2,3,13,14 yang berbunyi: “Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir, sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.” Apa yang kita bisa pahami dari ayat ini? Asaf kecewa pada diri sendiri, pada keadaan dirinya sendiri; cemburu pada kejahatan hati dan tipu muslihat orang fasik, yang notabene tidak pantas untuk dicemburui karena mereka melakukan kejahatan dalam kebodohan dan kekerasan hati mereka, mengapa harus cemburu dengan dosa orang lain sehingga kitapun ingin berdosa atau jahat seperti mereka; Asaf juga kecewa pada TUHAN dimana dia nyaris kehilangan imannya kepada TUHAN dan bahkan dia menyesal telah menjaga hatinya bersih atau menyesal telah menjaga kesucian hatinya. Apa artinya? Jika kita bandingkan dengan Mat. 5:8 tentang khotbah Yesus di bukit, berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Maka artinya Asaf menyesal telah memandang kepada Tuhan dan dia menyesal bahwa kesucian hatinya akan membawa dia melihat Allah dalam kemuliaanNya kelak. Dia juga bahkan menyesal telah beribadah kepada Tuhan dan menyembah Allah yang benar. Tragis sekali akibat yang dialami Asaf ketika dia telah mengalihkan fokus pandangannya yang semula berpusat kepada Allah, namun tatkala matanya tidak lagi kepada Tuhan, tetapi kepada situasi sekelilingnya, maka inilah akibatnya. Lihatlah betapa dalamnya akibat dari kejatuhan yang terjadi tatkala kita mulai melihat sekeliling kita, dan ke dalam diri kita serta mulai berhenti memandang ke Atas yakni TUHAN.

Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa dikatakan tragis? Karena rasa cemburu kita kepada “kemakmuran orang fasik” yang membuat kita kecewa kepada diri sendiri dan Tuhan apalagi, akan membawa kita pada reaksi atau response Allah yang sangat tajam dan tegas. Hal ini semakin nyata jika kita perbandingkan dengan Maleakhi 3:13–14: “Bicaramu kurang ajar tentang Aku , firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: “Apakah kami bicarakan di antara kami tentang Engkau?” Kamu berkata: “Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam? Karena itu para pendengarku,…… jika kita berpikir bahwa beribadah kepada Allah, menyembah Dia, hidup takut akan Dia adalah hal yang sia-sia, maka sesungguhnya kita adalah orang-orang yang kurangajar di mata Juruselamat kita. Akibat kekecewaan pada diri sendiri dan TUHAN, maka logika dan hati nurani yang murni sudah tidak bisa bekerja lagi dengan baik, karena semuanya pasti akan memberi kesan buruk dan jelek. Hal ini terlihat ketika Asaf mulai merencanakan hal yang jahat dan menjijikkan sebagai seorang pelayan Tuhan, yakni seperti yang tertulis dalam ayat 15 yang berbunyi: seandainya aku berkata: “Aku mau berkata-kata seperti itu,” maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu. Apa yang ingin Asaf katakan? Yakni tentang kesia-siaan beribadan dan hidup takut akan Allah. Tentu kita bisa membayangkan betapa fatalnya hal ini jika sampai diperdengarkan kepada remaja-remaja dan kaum muda. Jika seorang pelayan Tuhan, yang setiap harinya hidup di rumah Tuhan, berpendapat bahwa semua itu sia-sia belaka, bagaimana mungkin angkatan yang muda dan yang masih labil ini tidak akan terpengaruh. Dan tentu kita akan tahu ending atau akhir dari semua ini, yakni kehancuran atau kehilangan generasi yang hidup takut akan Tuhan, hanya karena sikap bodoh dan terburu-buru seorang pelayan Tuhan. Tetapi luar biasa apa yang Tuhan mau kerjakan bagi Asaf, betapa Tuhan mengasihi dia dan menjaga serta melindungi dia dari tindakan yang bodoh dan fatal itu, yakni semua itu hanya Tuhan izinkan ada dalam pikirannya tapi tidak Tuhan izinkan keluar dari mulutnya sehingga meracuni dan mencemari pikiran dan hidup angkatan yang lebih muda. Puji TUHAN! Setelah lepas dari tindakan yang bodoh dan fatal, sekarang Asaf berusaha untuk mengerti atau mengetahui kebenaran atau keadilan Allah bagi dia dan bangsanya. Ay.16: “tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku.” Tindakan Asaf untuk mencoba mengerti apa yang Tuhan ijinkan terjadi ini juga gagal, dia tidak mampu memandang atau melihat apa yang sedang Tuhan ijinkan terjadi, karena dia mencoba mengerti dengan pemahaman dan pengertiannya sendiri, tanpa melibatkan atau mengijinkan Tuhan membuka pemahamannya. Pergumulan untuk mengerti apa maksud Tuhan ini dia alami, hingga sampai pada satu titik dimana dia merendahkan dirinya di hadapan TUHAN, dibawah tangan TUHAN yang kuat dan perkasa, dan dia merendahkan hatinya untuk bertanya kepada Allahnya, di rumah Allah Yang Maha Kudus, ay.17: “sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah dan memperhatikan kesudahan mereka.” Dari teks ini kita melihat bagaimana Tuhan membimbing dia untuk masuk hadirat Tuhan untuk menemukan jawaban dan jalan keluarnya. Dan lihatlah apa yang Tuhan bukakan bagi Asaf, apa yang Tuhan beritahukan kepadanya, sesuatu yang sangat luarbiasa. Ay. 18–20: “Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.” Apa yang Tuhan beritahukan kepada mereka adalah sesuatu yang sangat mengejutkan Asaf. Dia tidak pernah membayangkan betapa pedulinya Tuhan atas manusia, dan betapa Tuhan jijik melihat dosa dan harus menghukum manusia berdosa karena keadilan dan kebenaranNya. Sesungguhnya keadilan Tuhan begitu nyata dan sempurna, Dia menghajar orang fasik yang menghina DiriNya. Dan hal ini perlu untuk diketahui oleh Asaf, supaya dia tidak terus menerus menggerutu, kecewa dan meninggalkan Tuhannya.

Saudara yang dikasihi Tuhan, di manapun berada, ketika Asaf mengetahui hal ini, dia merasa sangat malu pada TUHAN dan pada dirinya sendiri. Bahkan rasa malu itu begitu memedihkan hatinya, membuat hatinya pahit. Dia begitu menderita karena dia telah berpikir yang salah tentang Tuhan dan merancangkan hal yang jahat karena tindakan orang fasik itu. Penyesalan yang dalam membawa dia pada sikap hati yang benar, tahu diri dan rendah hati dihadapan Tuhan sehingga dia mengakui dosanya di hadapan Penciptanya. Ay. 21–23: “Ketika hatiku merasa pahit, dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekatMu; Engkau memegang tangan kananku.” Asaf merasa dirinya seperti seekor hewan atau binatang liar ketika berhadapan dengan Allah dan kebenaranNya. Tetapi dia berketetapan untuk tetap berada di dekat TUHANnya. Satu sikap yang sangat gentle dan luarbiasa, kerendahan hati sebagai seorang manusia dan pelayan Tuhan membuat dia tidak malu untuk mengakui Keagungan dan kemuliaan Allah tatkala bertemu dengan kehinaan manusiawinya. Sungguh merupakan satu sikap atau teladan yang sangat patut untuk kita teladani dalam kehidupan kita pada masa kini.

Saudara, ketika berhadapan dengan tindakan Asaf yang bodoh dan kurang ajar Allah memberikan respon yang tajam dan mendidik dia, maka tatkala berhadapan dengan sikap Asaf yang rendah hati dan pasrah penuh diserta kepercayaan kepada Tuhan, maka Tuhanpun menunjukkan responnya, yakni memulihkan hambanya dan meninggikan serta memuliakan orang yang rendah hatinya, ay.24: “Dengan nasihatMu Engkau menuntun aku, dan kemudian engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.” Untuk semuanya ini Asaf memuji Tuhan, suatu pujian yang tidak kosong, namun puji-pujian yang lahir karena pengalaman hidup yang berat namun penuh kemenangan bersama Tuhan. Satu pujian yang sarat makna dan sangat memberkati banyak orang karena lahir bukan dari kepura-puraan, namun dari pergulatan hidup yang melahirkan kemurnian hati dan iman kepada Tuhan dan kasih bagi sesamanya. Ay. 25–28: “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dna bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh daripada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau. Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan Allah, supaya dapat menceritakan segala pekerjaanNya.”

Para pendengar, inilah perbedan hidup yang ditunjukkan oleh Asaf untuk kita teladani, bahwa seorang anak Tuhan itu dapat saja jatuh dalam pemahaman yang salah tentang Tuhan akibat beratnya tekanan hidup, namun kasih Tuhan akan menjangkau dia kembali kepada kebenaranNya. Betapa pahitnya situasi hidup orang Israel dan Asaf saat itu, namun betapa indah akhir yang dikerjakan Tuhan bagi mereka yang tetap taat dan percaya kepadaNya. Ada satu pujian yang sangat menyentuh hati namun yang membangkitkan kembali kepercayaan kepada Tuhan di tengah-tengah penderitaan. Lirik dari pujian yang diangkat dari salah satu Mazmur itu sbb:
Siang malam airmata menjadi makananku,
karena orang menghujatku,
Hai di mana Allahmu!
Dan teringatlah terang, hausku tiada terperi
Bilakah tiba waktu
Melihat Hu Allahku
Jika Asaf telah melewati masa-masa yang paling sulit dalam hidupnya dan dia berhasil menang dan memuliakan TUHANnya, bagaimana dengan kita yang hidup saat ini? Adakah pengharapan dalam hati kita, tatkala kita berhadapan dengan pergumulan hidup yang menghimpit kita? Juruselamat kita yang mampu melakukan semua itu di masa lalu, adalah Tuhan yang sama yang akan melakukannya bagi kita. Tentunya jika kita percaya pada firmannya dan sedia taat kepadanya sampai akhir. Yesus Kristus tetap sama kemarin, hari ini dan sampai selamanya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin!





Belajar Firman Allah

Program: BELAJAR FIRMAN ALLAH
Firman Tuhan: Yohanes 8:2-11
Oleh: JAJANG SUKARJO.S.Th
==========================
………… Tema: KEKRISTENAN SEJATI BAG II ……………
Saudara yang dikasihi Tuhan, renungan kita kali ini masih melanjutkan renungan kita sebelumnya. dengan kata lain, renungan kita kali ini masih berkaitan erat dengan renungan sebelumnya, yakni masih berbicara tentang KEKRISTENAN SEJATI – Bag.II tentunya berdasarkan teks yang sama, yakni dari Injil Yoh.8:2-11.
Saudara, ada baiknya sebelum kita merenungkan pokok berikutnya, kita
Saudara yang dikasihi Tuhan, dari renungan kita sebelumnya kita telah membahas pokok yang pertama dari sikap terhadap kejatuhan/kemalangan sesama/orang lain. Dalam bagian ini dibagi menjadi dua bagian, yakni sikap dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi serta sikap yang lain, yakni dari pribadi Tuhan Yesus Kristus. Sikap yang pertama, yakni dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terhadap perempuan yang kedapatan berbuat dosa, yakni pertama, mempermalukan wanita ini! Mengapa? Sebenarnya wanita ini sudah sangat malu ketika dia ketangkap basah waktu berbuat dosa atau berzinah dengan laki-laki yang notabene bukan suaminya. Tentunya rasa malu akibat tertangkap ini sudah sangat menakutkan bagi dia. Siapa yang peduli tentang alasan dia melacurkan dirinya seperti itu? Kitab Suci tidak menjelaskan. Tetapi yang pasti tidak ada perempuan waras atau normal yang dengan senang hati mau melacurkan dirinya.

Saudara, memang benar dosa tidak boleh dikompromi, tetapi dengan mengetahui latar belakang orang yang jatuh dalam dosa setidaknya membuat kita tidak cepat untuk menghakimi orang tersebut. Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini mempermalukan dia dengan menyeret dia secara kasar dan mempertontonkannya di depan umum dengan mengumbar dosa perempuan ini secara vulgar. Itulah bagian yang pertama, yakni mempermalukan sesama. Kedua, mereka bertindak seolah-olah lebih pantas/layak untuk menjadi hakim atas orang lain sehingga semua mereka menunjukkan jarinya kepada perempuan ini dan berkata: dasar pelacur tidak tahu diri, pendosa dan caci maki lainnya yang menunjukkan seolah-olah mereka begitu jijik dengan dosa! Tetapi,

Saudara, sesungguhnya tidak sama sekali! Karena, Mereka bersikap tidak adil! Jika mereka sungguh-sungguh jijik dan prihatin terhadap dosa, maka seharusnya mereka juga harus menyeret laki-laki yang berzinah dengan perempuan itu juga, tapi kenyataannya mereka tidak membawa serta laki-laki itu, dengan demikian laki-laki itu tetap saja melanjutkan dosanya dengan perempuan lain. Itulah yang kedua, yakni bertindak seolah-olah mereka lebih pantas/layak untuk menjadi hakim. Ketiga, tujuan mereka semata-mata adalah untuk memuaskan nafsu yang ada dalam diri mereka untuk menjatuhkan Yesus dan mencari-cari kesalahan dalam diri Yesus. Betapa jahatnya mereka yang tega memakai kelemahan orang lain untuk kepuasan nafsu mereka sendiri. Karena itu,

Saudara, sesungguhnya mereka tidak peduli, tidak interest, tidak prihatin dengan kejatuhan orang lain dan tidak meratapi dosa yang sedang terjadi saat itu. Itulah bagian ketiga. Keempat, mereka hanya mengetahui dan menyimpan Firman Tuhan dalam otak dan bukan hati mereka untuk diimani dan dilakukan. Ini bahayanya, yakni sombong dan merasa lebih baik dan benar dari orang lain.

Saudara, itu beberapa pokok renungan kita sebelumnya. Pokok berikutnya, yakni kedua (pertama, sikap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terhadap orang berdosa) yang menjadi renungan kita kali ini berbicara tentang “Sikap Tuhan Yesus” – masih berdasarkan teks Injil Yoh.8:2-11.

Saudara yang dikasihi Tuhan, Yesus adalah Tuhan yang pada-Nya tidak ada cacat, cela, noda dosa setitikpun. Dialah satu-satunya yang pantas dan layak menunjukkan jariNya bahkan menghakimi perempuan yang berzinah itu. Tetapi Yesus tidak mau melakukan hal itu sama sekali. Lalu apa yang Yesus lakukan? Sikap Tuhan Yesus ini sungguh-sungguh harus kita perhatikan dan kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari, yakni: pertama, menolong perempuan yang berdosa itu, menerima dia, memahami keberadaan perempuan itu tetapi, hal itu bukan berarti Yesus berkompromi dengan dosa, tidak sama sekali dan sama sekali tidak! Yesus mengampuni perempuan itu namun Dia juga berkata dengan tegas dan keras: “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang! Itulah yang pertama. Kedua, Yesus memberi arti dan nilai tersendiri bagi perempuan ini, ketika Yesus mengampuninya dan tidak memandang hina pelacur ini, apalagi menghakimi dia, walaupun Yesus memiliki hak mutlak untuk itu. Tuhan Yesus Kristus mengasihi orang berdosa tetapi Ia membenci dosa. Ketiga, Yesus memberikan perintah yang baru agar perempuan ini tidak terus hidup dalam dosa/tenggelam dalam dosa tetapi bangkit dan memulai kehidupan yang berarti bagi Tuhan dan sesamanya. Kata “sekarang” pada ay. 11 itu, memiliki makna sejak berjumpa dengan Yesus, sejak menerima pengampunanNya, sejak menjadi manusia baru. Apa yang Tuhan lakukan ini hendaklah menjadi dasar sikap kita, sikap Saudara dan saya, terhadap kelemahan dan dosa orang lain. Hal yang paling sederhana dan yang dapat dilakukan oleh siapapun juga adalah berdoa bagi orang-orang di sekitar kita yang kita tahu bahwa mereka bergumul dengan kelemahan mereka. Selain berdoa kita juga perlu untuk memberikan perhatian yang nyata, dengan tidak memandang rendah keadaan mereka tetapi berusaha untuk memaafkan dan memahami mereka bahkan sekaligus menolong mereka keluar dari persoalan yang melilit mereka.

Saudara, untuk dapat melakukan hal tersebut maka kita harus sadar akan keberadaan diri kita sesungguhnya yakni bahwa kita sebenarnya tidak lebih baik dari orang lain. Dan bukankah kita juga punya peluang/kecenderungan untuk mengalami kejatuhan yang fatal seperti yang orang lain alami. Dan kita tidak seharusnya membandingkan besar kecilnya dosa kita, karena andaikan kita hanya memiliki setitik dosa maka setitik dosa kita itu sama menjijikkan dengan segunung dosa orang lain.

Saudara, dengan tegas Yesus katakan bahwa jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari orang lain, maka engkau tidak layak masuk ke dalam kerajaanKu. Karena itu mari kita bersikap sebagaimana seharusnya sikap anak-anak Tuhan dan bukan orang fasik yang tidak mengenal Allah dalam hati mereka dan hanya memakai firman Tuhan untuk memuaskan nafsu mereka.

Saudara yang dikasihi Tuhan, itulah bagian kedua renungan kita mengenai sikap Tuhan Yesus yakni pertama, “menolong,” kedua memberi arti/menolong orang berdosa, dan ketiga, hidup dipulihkan dan dibereskan.
Itulah Saudara, bagian besar pokok kedua renungan kita, sekaligus menjadi pertanyaan bagi kita, bagi Saudara dan saya, sejauh mana kita memiliki sikap seperti Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana teks perikop renungan kita? sudahkah kita mewujudnyatakan hidup benar, sesuai dengan perintah/kehendak Allah?
Itulah Saudara, bagian besar pokok pertama renungan kita yang berbicara tentang dua sikap yang berbeda baik dari ahli-ahli taurat dan orang Farisi serta Tuhan Yesus Kristus sendiri terhadap orang berdosa, dalam hal ini “perempuan yang kedapatan berzinah.” Pokok berikutnya, yakni pokok besar kedua berbicara tentang “Sikap terhadap kejatuhan diri sendiri.”

Saudara, jika kita berada pada posisi sebagai orang yang melakukan dosa atau kejahatan seperti perempuan pelacur itu maka kita tentu harus melakukan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita sebagai ucapan syukur dan terima kasih kita pada Tuhan atas pengampunan yang telah Dia berikan kepada kita.

Saudara, ketika Yesus berfirman: “pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang,” (pada ay.11) maka firman ini memiliki makna yang sangat tegas dan keras untuk pertobatan kita.

Saudara, ungkapan “jangan berbuat dosa lagi” bukan berarti sejak kita diselamatkan/dipulihkan hidup kita oleh Tuhan, kita tidak akan pernah buat kesalahan, bukan! tetapi Saudara, di dalamnya nyata perintah yang keras bahkan tegas dari Tuhan agar kita tidak bermain-main dengan dosa dan menganggap murahan kasih karunia yang Tuhan sudah kerjakan bagi kita di kayu salib.

Saudara yang dikasihi Tuhan, setidaknya ada 6 (enam) sikap yang harus kita lakukan sebagai orang yang telah menerima kasih karunia Tuhan, yang harus nampak dalam hidup kita, yakni: pertama, mengaku di hadapan Allah setiap kali kita berdosa. Segera setelah kita menyadari kejatuhan kita dalam dosa. Janganlah kita menunggu hingga kita jauh dari Allah dan kehilangan sukacita dalam persekutuan dengan Tuhan. Selalu ada kesempatan ke-2, 3 dst. bagi tiap orang percaya yang mau kembali kepada Tuhan, karena itu hargailah anugrah dan kemurahan Allah ini. Itulah yang pertama, mengaku di hadapan Allah setiap kali kita berdosa. Kedua, merenungkan firman Tuhan hari demi hari, tiap-tiap hari. Sesungguhnya Firman Tuhan adalah senjata bagi kita untuk menyerang balik musuh yang menyerang kita, yakni iblis. Ibarat ketika kita berburu binatang buas di hutan, maka jangan sampai dia muncul di depan mata kita dan kita sendiri baru berusaha untuk mengisi peluru kita, maka tentunya kitalah yang akan diterkam oleh binatang buas itu.

Saudara, demikianlah hidup kita ini harus diisi dan dipenuhi dengan firman Tuhan setiap hari agar kita tetap siaga walaupun musuh di depan mata, firman itu berguna bahkan untuk menolong kita lepas dari masa kesesakan. Itulah yang kedua, merenungkan firman Tuhan hari demi hari, tiap-tiap hari! Ketiga, menghindari langkah-langkah yang akan membawa atau menjerumuskan kita ke dalam dosa. Seringkali kita berdoa kepada Tuhan: ya Tuhan jangan bawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Tetapi justru kita lebih sering mencobai Tuhan dengan kebodohan kita sendiri. Contohnya kita tahu kita mengidap penyakit maag dan berdoa agar Tuhan sembuhkan tetapi kita sendiri tidak disiplinkan diri kita dengan pola makan yang tidak bertanggungjawab dan tidak dapat menahan diri terhadap makanan yang justru akan memperparah penyakit kita.

Saudara, suatu ketika ada seorang anak muda Kristen yang mendengar firman Tuhan dan tahu bahwa Yesus itu Imanuel “Allah beserta kita.” Tanpa mengerti makna “Imanuel” yang sesungguhnya dalam hatinya, maka dia mulai menerapkan Yesus yang Imanuel ini dalam kebiasaan buruknya, yakni trek-trekan (berlomba untuk ngebut dengan motor) karena menurutnya Tuhan pasti akan beserta dengan dia waktu ngebut sekalipun. Tetapi, Saudara, apa yang terjadi dia mengalami kecelakaan dan patah kakinya sehingga harus di rawat di Rumah Sakit. Ketika pendeta gerejanya datang mengunjungi dia, dia mengeluh dan marah-marah pada pendetanya: katanya Yesus itu Imanuel, tapi mengapa saya kecelakaan? Tapi dengan lembut pendetanya menjawab: ya Yesus memang Imanuel, tapi masalahnya waktu kamu ngebut dan mengendarai mobil dengan sangat kencang, Imanuelnya ketinggalan di belakang. Akhirnya, anak muda ini sadar untuk tidak mencobai Tuhan dengan cara seperti ini.

Saudara, bukan karena Tuhan tidak bisa menolong dia, tetapi Tuhan mau mendidik dia untuk disiplin terhadap cara hidup yang benar dan tidak seenaknya menggunakan nama Tuhan untuk kepuasan diri sendiri, untuk kepentingan diri sesaat! Itulah pokok yang ketiga, yakni menghindari langkah-langkah yang akan membawa/menjerumuskan kita ke dalam dosa. Keempat, berusahalah untuk mengikuti kehendak Tuhan setiap hari. Memang tidak mudah karena di dalam diri kita ada keinginan roh dan keinginan daging yang terus menerus berperang dalam diri kita. Dan,

Saudara, kemenangan kita untuk mengikuti kehendak Tuhan tergantung pada bagian mana dalam diri kita yang kita beri peluang/makan lebih banyak. Jika keinginan roh lebih kita utamakan maka tentulah kita akan berjalan dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki dari kita dan juga hal yang sebaliknya akan terjadi dalam keinginan daging kita. Yang pasti Saudara, keinginan daging bertentangan dengan keinginan roh. Itulah yang keempat, berusaha untuk mengikuti kehendak Tuhan setiap hari. Kelima, berdoalah senantiasa, karena Allah memberi kekuatan kepada setiap orang yang terus menerus berseru kepadaNya.

Saudara, bukankah kita tahu bahwa doa adalah kekuatan kita. Mari kita lihat perbedaan yang nyata antara makna dosa dan doa yang bisa saja kita lakukan dalam hidup kita. Dosa berarti kita bekerjasama dengan setan sedangkan doa justru sebaliknya, yakni kita bekerjasama dengan Tuhan. Karena itu, Saudara, jangan biarkan diri kita diperdaya oleh setan dalam diri kita agar kita dapat bekerjasama dengan Tuhan dan dengan demikian kita dapat mengatasi banyak persoalan dalam hidup kita, baik persoalan dalam diri sendiri maupun persoalan dengan orang lain. Walaupun harus kita akui bahwa untuk bertahan dalam kehidupan doa yang berkenan di hati Tuhan itu bukanlah hal yang mudah, namun sebaliknya membutuhkan perjuangan terus-menerus agar kita tetap bertekun dalam berdoa, tetapi tentulah kita harus sadar juga bahwa doa adalah kebutuhan yang mutlak jika kita mau dipakai Tuhan untuk melakukan banyak hal bagi Dia. Karena untuk mencapai maksud Tuhan bagi kita, keluarga kita, lingkungan kita, bangsa kita, dan dunia ini tentulah kita harus bekerjasama dengan Tuhan, dan untuk itulah kita harus berdoa! Berdoa senantiasa, karena Allah memberi kekuatan kepada setiap orang yang terus menerus berseru kepada-Nya. Keenam, hal terakhir yang harus kita lakukan untuk menunjukkan sikap penghormatan kepada karya pengampunan Tuhan dalam hidup kita agar kita dapat mencapai kemenangan yang sempurna bagi kehidupan kita di dunia ini adalah menjadikan kelemahan dan kegagalan di masa lalu sebagai pelajaran yang berharga dan penting bagi hidup kita. Bahkan melalui kejatuhan kita yang telah dipulihkan oleh Tuhan, kita dapat menolong orang lain yang sedang mengalami kejatuhan seperti kita dahulu. Kita berusaha untuk memenangkan mereka yang masih terbelenggu dengan dosa. Tentunya kita harus sadar bahwa kita telah memperlengkapi diri dengan hal-hal yang menguatkan kita, sehingga tatkala kita datang dengan tujuan hendak menolong sesama yang masih terbelenggu itu, jika tidak jatuh lagi dalam dosa yang sama, tetapi sebaliknya kekuatan Tuhan Yesuslah yang memampukan kita yang lemah ini untuk bangkit dan memiliki kemenangan bersama dengan Dia. Pernyataan atau statement berikut ini akan menolong kita untuk menyadari bahwa kita dapat dipakai Tuhan dalam segala keberadaan kita: “one of God’s greatest miracle is to enable ordinary people to do extraordinary things - salah satu mujizat Allah yang terbesar adalah memampukan orang-orang biasa untuk melakukan hal yang luar biasa.”

Saudara, kita adalah orang biasa yang akan melakukan hal yang luar biasa bersama dengan Yesus Kristus, Tuhan kita. Mari kita berdoa!





Belajar Firman Allah

Program: BELAJAR FIRMAN ALLAH
Firman Tuhan: Yohanes 8:2-11
Oleh: Jajang Sukarjo, S.Th
========================
Tema: KEKRISTENAN SEJATI

Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam segala hal, manusia, khususnya orang percaya perlu mengetahui bagaimana segarusnya bersikap dalam menanggapi segala sesuatu yang terjadi. Dan sikap yang kita tampakkan akan menunjukkan keberadaan siapa diri kita sesungguhnya/sebenarnya.

Saudara, dalam teks ini kita akan melihat sikap dari beberapa pribadi dalam hal menanggapi kasus perzinahan seorang wanita.

Saudara, dalam arah itu kita hendak melihat dua sikap yang nampak jelas dalam teks ini yang sekaligus merupakan pelajaran bagi kehidupan kita sehari-hari, yakni: pertama, Sikap terhadap orang berdosa. Dalam teks ini, Saudara, Kitab Suci menyatakan kepada kita dua contoh sikap yang sangat berbeda/kontras, yakni sikap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi serta sikap Tuhan Yesus Kristus sendiri.

1. Sikap orang fasik (ay.3–6).

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, ada beberapa sikap yang sangat mengerikan yang ditunjukkan oleh orang fasik di sini yang perlu untuk kita pahami agar kita tidak mengulang kebodohan yang sama ketika kita melihat kejatuhan orang lain apalagi saudara kita yang seiman yang membutuhkan pertolongan kita, di antaranya adalah:

a. Mereka mempermalukan wanita ini! Mengapa? Sebenarnya wanita ini sudah sangat malu ketika dia ketangkap basah waktu berbuat dosa atau berzinah dengan laki-laki yang notabene bukan suaminya. Tentunya rasa malu akibat tertangkap ini sudah sangat menakutkan bagi dia. Siapa yang peduli tentang alasan dia melacurkan dirinya seperti itu? Mungkin karena tekanan hidup/ekonomi yang sangat berat yang memaksa dia melakukan perzinahan itu, atau alasan lainnya! Tetapi yang pasti tidak ada perempuan waras atau normal yang dengan senang hati mau melacurkan dirinya.
Saudara yang dikasihi Tuhan, memang benar dosa tidak boleh dikompromi, tetapi dengan mengetahui latar belakang orang yang jatuh dalam dosa setidaknya membuat kita tidak cepat untuk menghakimi orang tersebut. Tetapi orang-orang fasik ini mempermalukan dia dengan menyeret dia secara kasar dan mempertontonkannya di depan umum dengan mengumbar dosa perempuan ini secara vulgar. Itulah bagian yang pertama, yakni mempermalukan sesama.
b.Mereka bertindak seolah-olah mereka lebih pantas/layak untuk menjadi hakim atas orang lain sehingga semua mereka menunjukkan jarinya kepada perempuan ini dan berkata: dasar pelacur tidak tahu diri, pendosa dan caci maki lainnya yang menunjukkan seolah-olah mereka begitu jijik dengan dosa! Tetapi, Saudara, sesungguhnya tidak sama sekali! Karena, Mereka bersikap tidak adil! Jika mereka sungguh-sungguh jijik dan prihatin terhadap dosa, maka seharusnya mereka juga harus menyeret laki-laki yang berzinah dengan perempuan itu juga, tapi kenyataannya mereka tidak membawa serta laki-laki itu, dengan demikian laki-laki itu tetap saja melanjutkan dosanya dengan perempuan lain. Itulah yang kedua, yakni bertindak seolah-olah mereka lebih pantas/layak untuk menjadi hakim.

c.Tujuan mereka semata-mata adalah untuk memuaskan nafsu yang ada dalam diri mereka untuk menjatuhkan Yesus dan mencari-cari kesalahan dalam diri Yesus. Betapa jahatnya mereka yang tega memakai kelemahan orang lain untuk kepuasan nafsu mereka sendiri.
Karena itu, Saudara, sesungguhnya mereka tidak peduli, tidak interest, tidak prihatin dengan kejatuhan orang lain dan tidak meratapi dosa yang sedang terjadi saat itu. Itulah pokok yang ketiga, yakni mencari dan memuaskan nafsu.

d.Semua ini terjadi karena mereka hanya mengetahui dan menyimpan Firman Tuhan dalam otak dan bukan hati mereka untuk diimani dan dilakukan. Ini bahayanya jika kita berada atau bersikap seperti orang fasik ini, yakni sombong dan merasa lebih baik dan benar dari orang lain.

Saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana sikap kita jika kita berada pada posisi seperti mereka, yakni ketika kita tahu atau kita melihat saudara kita jatuh dalam dosa? apakah kita berlaku seperti ahli-ahli Taurat atas orang Farisi, janganlah kita bersikap layaknya orang fasik yang sombong itu tetapi kita harus membuat perbedaan dalam sikap hidup kita dengan apa yang telah mereka lakukan, yakni dengan sikap yang Tuhan Yesus tunjukkan. Itulah bagian besar pokok yang pertama, yakni sikap terhadap kejatuhan/dosa orang lain, yang Kitab Suci nyatakan kepada kita melalui ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, yakni pertama, bertindak seolah-olah mereka lebih pantas/layak untuk menjadi hakim atas orang lain! Kedua, mencari dan memuaskan nafsu. Dan ketiga hanya mengetahui/memahami Kitab Suci secara logika tetapi tidak dipraktekkan, tidak digubris. Itulah bagian yang pertama renungan kita.



2. Sikap Tuhan Yesus
Suadara yang dikasihi Tuhan, Yesus adalah Tuhan yang padaNya tidak ada cacat, cela, noda dosa setitikpun. Dialah satu-satunya yang pantas dan layak menunjukkan jariNya bahkan menghakikimi perempuan yang berzinah itu. Tetapi Yesus tidak mau melakukan hal itu sama sekali. Lalu apa yang Yesus lakukan? Sikap Tuhan Yesus ini sungguh-sungguh harus kita perhatikan dan kita usahakan untuk dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, yakni:

a.Menolong perempuan yang jatuh itu, menerima dia, memahami keberadaan perempuan itu tetapi, hal itu bukan berarti Yesus berkompromi dengan dosa, tidak sama sekali, sama sekali tidak! Yesus mengampuni perempuan itu namun Dia juga berkata pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang! Itulah yang pertama, yakni menolong dan memahami keberadaan sesama.

b.Yesus memberi arti dan nilai tersendiri bagi perempuan ini ketika Yesus mengampuninya dan tidak memandang hina pelacur ini, apalagi menghakimi dia, walaupun Yesus memiliki hak mutlak untuk itu. Tuhan Yesus Kristus mengasihi orang berdosa tetapi membenci dosa.

c.Yesus memberikan perintah yang baru agar perempuan ini tidak tenggelam dalam dosa dan agar dia bangkit dan memulai kehidupan yang berarti bagi Tuhan dan sesamanya, yakni ketika Yesus berfirman: pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang. Kata “sekarang” memiliki makna sejak berjumpa dengan Yesus, sejak menerima pengampunan-Nya, sejak menjadi manusia baru. Apa yang Tuhan lakukan ini hendaklah menjadi dasar sikap kita, Saudara dan saya, terhadap kelemahan dan dosa orang lain. Hal yang paling sederhana dan yang dapat dilakukan oleh siapapun juga adalah berdoa bagi orang-orang di sekitar kita yang kita tahu bahwa mereka bergumul dengan kelemahan mereka. Selain berdoa kita juga perlu untuk memberikan perhatian yang nyata, jangan memandang rendah keadaan mereka tetapi berusaha untuk memaafkan dan memahami mereka bahkan sekaligus menolong mereka keluar dari persoalan yang melilit mereka.

Saudara, untuk dapat melakukan hal tersebut maka kita harus sadar akan keberadaan diri kita sesungguhnya yakni bahwa kita sebenarnya tidak lebih baik dari orang lain. Dan bahwa kita juga punya peluang/kecenderungan untuk mengalami kejatuhan yang fatal seperti yang orang lain alami. Dan kita tidak seharusnya membandingkan besar kecilnya dosa kita, karena andaikan kita hanya memiliki setitik dosa maka setitik dosa kita itu sama menjijikkan dengan segunung dosa orang lain.

Saudara, dengan tegas Yesus katakan bahwa jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari orang lain, maka engkau tidak layak masuk ke dalam kerajaanKu. Karena mari kita bersikap sebagaimana seharusnya sikap anak-anak Tuhan dan bukan orang fasik yang tidak mengenal Allah dalam hati mereka dan hanya memakai firman Tuhan untuk puaskan nafsu mereka.

Saudara yang dikasihi Tuhan, itulah bagian kedua renungan kita mengenai sikap Tuhan Yesus yakni pertama, “menolong,” kedua memberi arti/menolong orang berdosa, dan ketiga, hidup dipulihkan dan dibereskan.
Itulah Saudara, bagian besar pokok kedua renungan kita, tetapi menjadi pertanyaan bagi kita, bagi Saudara dan saya, sejauh mana kita memiliki sikap seperti Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana teks perikop renungan kita? sudahkah kita mewujudnyatakan hidup benar, sesuai dengan perintah/kehendak Allah? Mari kita berdoa!









Belajar Firman Allah

Program: BELAJAR FIRMAN ALLAH
Firman Tuhan: I Raja-raja 11:1–13
Oleh: Jajang Sukarjo
===========================
…………… Tema: KEJATUHAN ANAK/HAMBA TUHAN………….

“Adapun Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun, ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: ‘Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.’ Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. Ia mempunyai 700 istri dari kaum bangsawan dan 300 gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN. Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya. Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. Demikianlah juga dilakukan bagi semua isterinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka. Sebab itu TUHAN menunjukkan murkaNya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya, dan yang telah memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Salomo: “Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapanKu yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu. Hanya, pada waktu hidupmu ini Aku belum mau melakukannya oleh karena Daud, ayahmu; dari tangan anakmulah Aku akan mengoyakkannya. Namun demikian, kerajaan itu tidak seluruhnya akan Kukoyakkan dari padanya, satu suku akan Kuberikan kepada anakmu oleh karena hambaKu Daud dan oleh karena Yerusalem yang telah Kupilih.”


Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kali ini kita akan bersama-sama mempelajari tentang drama kehidupan seorang hamba Tuhan yang sangat tragis. Ia memulai kehidupannya dengan sangat indah dan menakjubkan, namun ia telah mengakhirinya dengan sangat tragis dan menyakitkan. Satu kehidupan yang layak dan kita perhatikan dan pantas kita jadikan pelajaran yang penting dan prinsip dalam hidup kita,sehingga kita tidak perlu mengulang kesalahan dan kebodohan yang sama dalam perjalanan hidup kita kini. Dialah Salomo, seorang raja yang besar dan agung, yang penuh dengan hikmat Ilahi didalamnya. Tidak akan pernah ada raja yang seperti dia, baik sebelum dan sesudah dia. Dalam masa pemerintahannya seluruh rakyat Israel hidup dalam kemakmuran dan kedamaian yang dari Allah, tanpa peperangan. Namun sekali lagi, akhir kehidupan Salomo yang tragis dan menyayat hati tiap kita yang membaca kisahnya, biarlah menjadi perenungan yang dalam dan serius bagi tiap kita yang ingin memiliki kemenangan dalam hidup.


Saudara yang dikasihi Tuhan, dari teks yang telah dibacakan bagi kita maka kita akan melihat beberapa hal penting sehubungan dengan tema kita di atas yakni:

Alasan Kejatuhan Salomo
“Karena Salomo mencintai banyak perempuan asing” (ayat 1).
Salomo tidak peduli dan mengesampingkan firman Tuhan dan mengikuti nafsu dan keinginan dagingnya saja. Hal ini berarti dia lebih mencintai dirinya sendiri daripada Allah (ay. 2). Selain itu ia juga tidak memberikan teladan atau contoh yang baik bagi Israel sebagai seorang raja yang diakui penuh dengan hikmat Ilahi. Otomatis tindakan perzinahan ini akan diikuti oleh orang Israel yang notabene merasa mendapat angin segar untuk mendukung mereka. Salomo hidup dalam perzinahan tanpa batas dan yang menjijikan dihadapan Allah dan orang Israel, dengan memiliki 700 isteri dan 300 gundik. Satu jumlah atau angka yang di luar dugaan manusia normal (ay.3). Salomo tidak percaya kepada TUHAN dan juga kepada kebenaran Firman TUHAN, yang telah diberikan kepadanya. Bahwa sebenarnya TUHAN telah memperingatkan dia akan bahaya dari perempuan-perempuan asing itu yang akan membelokkan hatinya dari pada Allah. Dia mengira dengan hikmat yang dia miliki tanpa campur tangan TUHAN dia dapat melawan kekuatan dosa yang ditawarkan lewat isteri-isteri asingnya itu (ay. 2,4). Cintanya dan kesetiaannya terbagi antara Tuhan dan isteri-isteri asingnya. Salomo tidak mampu lagi memberikan prioritas kasih dan setianya kepada TUHANnya. Salomo mengikuti allah-allah asing (ay. 5) dan bahkan dia tidak hanya menyembah allah-allah para isteri dan gundiknya, namun ia juga telah membangun tugu-tugu atau altar untuk korban persembahan bagi dewa-dewa itu sebagai pelayanannya. Dengan demikian Salomo juga telah menjerat orang-orang Israel ke dalam perzinahan bakti (penyembahan berhala) di kuil-kuil ini dengan memberikan fasilitas beribadah kepada isteri-istreinya (ay. 7). Dan karena alasan inilah maka Salomo tdak mampu lagi setia kepada Allah, dia tidak mampu lagi untuk mengikuti TUHAN secara serius dan sepenuh hatinya. Tindakan fatal Salomo ini dapat kita bandingkan dengan perintah atau peringatan Tuhan Yesus yang tercatat dalam Mat.6:24 “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kami tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Hal-hal inilah setidaknya yang menjadi alasan yang mendasar yang membuat Salomo berpaling dari TUHAN pada masa tuanya dan lebih memilih untuk mencintai dan melayani allah-allah asing, ciptaan tangan manusia yang tidak bernyawa dari pada TUHAN Allah Yang Maha Kuasa Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah Israel dan Allah Daud ayahnya.
Akibat Kejatuhan atau Dosa Salomo
Dosa perzinahan dan penyembahan berhala yang dibuat oleh Salomo telah mendatangkan hukuman Tuhan bagi dirinya sendiri. Hukuman TUHAN atas Salomo adalah sebagai berikut:
Pada masa tuanya, isteri-isterinya mencondongkan hatinya kepada berhala sesuai dengan kehendak mereka masing-masing. Maksudnya pada masa tua Salomo, di mana ia tidak lagi memiliki kekuatan, ia diperlakukan layaknya seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Ia diseret ke sana untuk menyembah dewa orang Moab, lalu diseret ke sini untuk menyembah dewi orang Amon, dsbnya (ay.4–8. Suatu situasi hidup yang sangat menyakitkan, di mana raja Israel yang agung dan besar ini menjadi tiada memiliki kuasa dan wibawa sedikitpun dihadapan isteri-isterinya yang tidak mengenal Tuhan. Sangat memalukan dan menyakitkan hati! TUHAN menjadi murka terhadap Salomo dan juga kecewa kepadanya (ay. 9–10). TUHAN yang tadinya begitu mengasihi dan menghargai dia dengan mempercayakan kepada Salomo untuk mendirikan Bait Allah dan bukan Daud yang tangannya berlumuran darah karena peperangan dan bahkan yang telah menganugerahkan hikmat kepadanya kini dikecewakan dan disakiti oleh Salomo dengan perzinahan dan ketidakpercayaannya. Akibat dosanya, kerajaan Israel dikoyakkan oleh TUHAN dan diberikan kepada orang lain yakni hambanya (ay.11). Israel mendapat akibat yang fatal karena dosa Salomo. Mereka menjadi terpecah-pecah dan hanya kerajaan Yehuda yang dipertahankan Tuhan. Demikian juga dengan keturunan Salomo mendapat kutuk dosa ini. Karena dosa Salomo, mereka menanggung malu dan aib (ay.12).

Tindakan Allah Tehadap Kejatuhan Salomo
Allah tentunya tidak akan berdiam diri saja terhadap dosa Salomo ini, karena Allah yang Maha Kudus tidak akan pernah membiarkan dosa merajalela dan menguasai kehidupan umat pilihannya. Karena itu Allah bertindah untuk menyatakan keadilanNya terhadap dosa yang terjadi. Karena itu Allah menjatuhkan hukuman terhadap Salomo. Namun di sini kita masih dapat melihat betapa Allah adalah juga Allah yang Maha Kasih, yang tidak akan meninggalkan kasih setiaNya dari orang yang Dia pilih dan urapi dan dari umatNya. Karena itu kita masih dapat melihat kemurahan dan kasih setia Tuhan yang nampak dalam tindakan penghukumanNya terhadap Salomo yakni: Kehancuran kerajaan Israel ini tidak terjadi pada masa Salomo (ay.12). Mungkin Allah masih berkenan menjaga kewibawaan dan kejayaan Salomo sebagai raja yang penuh hikmat. Tetapi hal ini juga dapat berarti satu penghukuman yang sangat menyakitkan bagi Salomo, karena kehancuran yang seharusnya ditimpakan kepadanya malah jatuh kepada anak-anaknya (keturunanya). Seharusnya sebagai seorang yang gentle dan pernah mengenal dan mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, dia akan sangat malu dan menyesali dosanya. Hal ini dapat kita bandingkan dengan tindakan Daud, ayahnya, ketika Daud berdosa kepada Allah, dia memohon agar lebih baik ia hancur ditangan Allahnya daripada melihat anaknya yang masih bayi itu harus meninggal sebagai bentuk hukuman Allah. Tuhan menghancurkan kerajaan Israel. Namun kasih karunia Tuhan juga ditunjukkan dengan tidak membiarkan atau mengijinkan kehancuran total seluruh kerajaan itu. Karena Allah masih membiarkan satu suku yakni Yehuda untuk keturunannya, karena hambaNya Daud dan karena Yerusalem kota yang telah dipilih Tuhan untuk tempat kediamanNya (ay. 13).

Saudara yang dikasihi Tuhan, di manapun Anda berada dan dapat menangkap siaran kami ini. Tentunya apa yang telah kita pelajari dari kisah kehidupan yang begitu dramatis dari raja Salomo, maka kita perlu sekali untuk mengambil pelajaran yang penting bagi kita yang hidup di masa kini dengan segala jenis tantangan di abad milenium ini. Kita tahu bahwa dosa telah merajalela dan menguasai semua manusia dan segala bidang kehidupannya. Apakah manusia dengan segala kemampuan intelektual dan hikmatnya mampu menangani masalah hidup yang datang menerjangnya? Tentu harus kita akui bahwa manusia, seberapa hebatnya pun, tidak berarti dan tidak berdaya sama sekali tanpa Penciptanya. Salomo telah menjadi satu contoh yang tidak akan dapat dipungkiri oleh kita. Karena itu, kita harus menaruh perhatian yang penuh untuk hal ini. Yakni, tatkala kejayaan, kekayaan, kemakmuran, ketenaran, kebahagiaan, kesenangan hidup, kekuatan, keberhasilan dan segala kebanggaan manusia menghampiri kita dan telah menjadi milik kita, berhati-hatilah! Karena jika kita tidak waspada terhadap semua ini, justru itu akan menjadi kelemahan terbesar dalam hidup kita. Karena kita akan jatuh justru ditengah-tengah keberhasilan kita. Pemikiran dan pernyataan-pernyataan seperti: “Siapakah Tuhan itu? Bukankah aku berhasil karena kemampuanku sendiri? Aku mampu tanpa bantuan seorangpun di dunia ini!!!
Saudara, kita, manusia harus menyadari bahwa kita tidak akan pernah mampu hidup dan menentang serta mengalahkan kuatnya kuasa dosa, tanpa TUHAN, Sumber hidup dan hikmat kita! Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.
















Program: BELAJAR FIRMAN ALLAH
Firman Tuhan: Yohanes 8:2-11
Oleh: Jajang Sukarjo, S.Th
========================
Tema: KEKRISTENAN SEJATI

Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam segala hal, manusia, khususnya orang percaya perlu mengetahui bagaimana segarusnya bersikap dalam menanggapi segala sesuatu yang terjadi. Dan sikap yang kita tampakkan akan menunjukkan keberadaan siapa diri kita sesungguhnya/sebenarnya.

Saudara, dalam teks ini kita akan melihat sikap dari beberapa pribadi dalam hal menanggapi kasus perzinahan seorang wanita.

Saudara, dalam arah itu kita hendak melihat dua sikap yang nampak jelas dalam teks ini yang sekaligus merupakan pelajaran bagi kehidupan kita sehari-hari, yakni: pertama, Sikap terhadap orang berdosa. Dalam teks ini, Saudara, Kitab Suci menyatakan kepada kita dua contoh sikap yang sangat berbeda/kontras, yakni sikap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi serta sikap Tuhan Yesus Kristus sendiri.

1. Sikap orang fasik (ay.3–6).

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, ada beberapa sikap yang sangat mengerikan yang ditunjukkan oleh orang fasik di sini yang perlu untuk kita pahami agar kita tidak mengulang kebodohan yang sama ketika kita melihat kejatuhan orang lain apalagi saudara kita yang seiman yang membutuhkan pertolongan kita, di antaranya adalah:

a. Mereka mempermalukan wanita ini! Mengapa? Sebenarnya wanita ini sudah sangat malu ketika dia ketangkap basah waktu berbuat dosa atau berzinah dengan laki-laki yang notabene bukan suaminya. Tentunya rasa malu akibat tertangkap ini sudah sangat menakutkan bagi dia. Siapa yang peduli tentang alasan dia melacurkan dirinya seperti itu? Mungkin karena tekanan hidup/ekonomi yang sangat berat yang memaksa dia melakukan perzinahan itu, atau alasan lainnya! Tetapi yang pasti tidak ada perempuan waras atau normal yang dengan senang hati mau melacurkan dirinya.
Saudara yang dikasihi Tuhan, memang benar dosa tidak boleh dikompromi, tetapi dengan mengetahui latar belakang orang yang jatuh dalam dosa setidaknya membuat kita tidak cepat untuk menghakimi orang tersebut. Tetapi orang-orang fasik ini mempermalukan dia dengan menyeret dia secara kasar dan mempertontonkannya di depan umum dengan mengumbar dosa perempuan ini secara vulgar. Itulah bagian yang pertama, yakni mempermalukan sesama.
b.Mereka bertindak seolah-olah mereka lebih pantas/layak untuk menjadi hakim atas orang lain sehingga semua mereka menunjukkan jarinya kepada perempuan ini dan berkata: dasar pelacur tidak tahu diri, pendosa dan caci maki lainnya yang menunjukkan seolah-olah mereka begitu jijik dengan dosa! Tetapi, Saudara, sesungguhnya tidak sama sekali! Karena, Mereka bersikap tidak adil! Jika mereka sungguh-sungguh jijik dan prihatin terhadap dosa, maka seharusnya mereka juga harus menyeret laki-laki yang berzinah dengan perempuan itu juga, tapi kenyataannya mereka tidak membawa serta laki-laki itu, dengan demikian laki-laki itu tetap saja melanjutkan dosanya dengan perempuan lain. Itulah yang kedua, yakni bertindak seolah-olah mereka lebih pantas/layak untuk menjadi hakim.

c.Tujuan mereka semata-mata adalah untuk memuaskan nafsu yang ada dalam diri mereka untuk menjatuhkan Yesus dan mencari-cari kesalahan dalam diri Yesus. Betapa jahatnya mereka yang tega memakai kelemahan orang lain untuk kepuasan nafsu mereka sendiri.
Karena itu, Saudara, sesungguhnya mereka tidak peduli, tidak interest, tidak prihatin dengan kejatuhan orang lain dan tidak meratapi dosa yang sedang terjadi saat itu. Itulah pokok yang ketiga, yakni mencari dan memuaskan nafsu.

d.Semua ini terjadi karena mereka hanya mengetahui dan menyimpan Firman Tuhan dalam otak dan bukan hati mereka untuk diimani dan dilakukan. Ini bahayanya jika kita berada atau bersikap seperti orang fasik ini, yakni sombong dan merasa lebih baik dan benar dari orang lain.

Saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana sikap kita jika kita berada pada posisi seperti mereka, yakni ketika kita tahu atau kita melihat saudara kita jatuh dalam dosa? apakah kita berlaku seperti ahli-ahli Taurat atas orang Farisi, janganlah kita bersikap layaknya orang fasik yang sombong itu tetapi kita harus membuat perbedaan dalam sikap hidup kita dengan apa yang telah mereka lakukan, yakni dengan sikap yang Tuhan Yesus tunjukkan. Itulah bagian besar pokok yang pertama, yakni sikap terhadap kejatuhan/dosa orang lain, yang Kitab Suci nyatakan kepada kita melalui ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, yakni pertama, bertindak seolah-olah mereka lebih pantas/layak untuk menjadi hakim atas orang lain! Kedua, mencari dan memuaskan nafsu. Dan ketiga hanya mengetahui/memahami Kitab Suci secara logika tetapi tidak dipraktekkan, tidak digubris. Itulah bagian yang pertama renungan kita.



2. Sikap Tuhan Yesus
Suadara yang dikasihi Tuhan, Yesus adalah Tuhan yang padaNya tidak ada cacat, cela, noda dosa setitikpun. Dialah satu-satunya yang pantas dan layak menunjukkan jariNya bahkan menghakikimi perempuan yang berzinah itu. Tetapi Yesus tidak mau melakukan hal itu sama sekali. Lalu apa yang Yesus lakukan? Sikap Tuhan Yesus ini sungguh-sungguh harus kita perhatikan dan kita usahakan untuk dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, yakni:

a.Menolong perempuan yang jatuh itu, menerima dia, memahami keberadaan perempuan itu tetapi, hal itu bukan berarti Yesus berkompromi dengan dosa, tidak sama sekali, sama sekali tidak! Yesus mengampuni perempuan itu namun Dia juga berkata pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang! Itulah yang pertama, yakni menolong dan memahami keberadaan sesama.

b.Yesus memberi arti dan nilai tersendiri bagi perempuan ini ketika Yesus mengampuninya dan tidak memandang hina pelacur ini, apalagi menghakimi dia, walaupun Yesus memiliki hak mutlak untuk itu. Tuhan Yesus Kristus mengasihi orang berdosa tetapi membenci dosa.

c.Yesus memberikan perintah yang baru agar perempuan ini tidak tenggelam dalam dosa dan agar dia bangkit dan memulai kehidupan yang berarti bagi Tuhan dan sesamanya, yakni ketika Yesus berfirman: pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang. Kata “sekarang” memiliki makna sejak berjumpa dengan Yesus, sejak menerima pengampunan-Nya, sejak menjadi manusia baru. Apa yang Tuhan lakukan ini hendaklah menjadi dasar sikap kita, Saudara dan saya, terhadap kelemahan dan dosa orang lain. Hal yang paling sederhana dan yang dapat dilakukan oleh siapapun juga adalah berdoa bagi orang-orang di sekitar kita yang kita tahu bahwa mereka bergumul dengan kelemahan mereka. Selain berdoa kita juga perlu untuk memberikan perhatian yang nyata, jangan memandang rendah keadaan mereka tetapi berusaha untuk memaafkan dan memahami mereka bahkan sekaligus menolong mereka keluar dari persoalan yang melilit mereka.

Saudara, untuk dapat melakukan hal tersebut maka kita harus sadar akan keberadaan diri kita sesungguhnya yakni bahwa kita sebenarnya tidak lebih baik dari orang lain. Dan bahwa kita juga punya peluang/kecenderungan untuk mengalami kejatuhan yang fatal seperti yang orang lain alami. Dan kita tidak seharusnya membandingkan besar kecilnya dosa kita, karena andaikan kita hanya memiliki setitik dosa maka setitik dosa kita itu sama menjijikkan dengan segunung dosa orang lain.

Saudara, dengan tegas Yesus katakan bahwa jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari orang lain, maka engkau tidak layak masuk ke dalam kerajaanKu. Karena mari kita bersikap sebagaimana seharusnya sikap anak-anak Tuhan dan bukan orang fasik yang tidak mengenal Allah dalam hati mereka dan hanya memakai firman Tuhan untuk puaskan nafsu mereka.

Saudara yang dikasihi Tuhan, itulah bagian kedua renungan kita mengenai sikap Tuhan Yesus yakni pertama, “menolong,” kedua memberi arti/menolong orang berdosa, dan ketiga, hidup dipulihkan dan dibereskan.
Itulah Saudara, bagian besar pokok kedua renungan kita, tetapi menjadi pertanyaan bagi kita, bagi Saudara dan saya, sejauh mana kita memiliki sikap seperti Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana teks perikop renungan kita? sudahkah kita mewujudnyatakan hidup benar, sesuai dengan perintah/kehendak Allah? Mari kita berdoa!



























Program: BELAJAR FIRMAN ALLAH
Firman Tuhan: Yohanes 8:2-11
Oleh: JAJANG SUKARJO.S.Th
==========================
………… Tema: KEKRISTENAN SEJATI BAG II ……………
Saudara yang dikasihi Tuhan, renungan kita kali ini masih melanjutkan renungan kita sebelumnya. dengan kata lain, renungan kita kali ini masih berkaitan erat dengan renungan sebelumnya, yakni masih berbicara tentang KEKRISTENAN SEJATI – Bag.II tentunya berdasarkan teks yang sama, yakni dari Injil Yoh.8:2-11.
Saudara, ada baiknya sebelum kita merenungkan pokok berikutnya, kita
Saudara yang dikasihi Tuhan, dari renungan kita sebelumnya kita telah membahas pokok yang pertama dari sikap terhadap kejatuhan/kemalangan sesama/orang lain. Dalam bagian ini dibagi menjadi dua bagian, yakni sikap dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi serta sikap yang lain, yakni dari pribadi Tuhan Yesus Kristus. Sikap yang pertama, yakni dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terhadap perempuan yang kedapatan berbuat dosa, yakni pertama, mempermalukan wanita ini! Mengapa? Sebenarnya wanita ini sudah sangat malu ketika dia ketangkap basah waktu berbuat dosa atau berzinah dengan laki-laki yang notabene bukan suaminya. Tentunya rasa malu akibat tertangkap ini sudah sangat menakutkan bagi dia. Siapa yang peduli tentang alasan dia melacurkan dirinya seperti itu? Kitab Suci tidak menjelaskan. Tetapi yang pasti tidak ada perempuan waras atau normal yang dengan senang hati mau melacurkan dirinya.

Saudara, memang benar dosa tidak boleh dikompromi, tetapi dengan mengetahui latar belakang orang yang jatuh dalam dosa setidaknya membuat kita tidak cepat untuk menghakimi orang tersebut. Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini mempermalukan dia dengan menyeret dia secara kasar dan mempertontonkannya di depan umum dengan mengumbar dosa perempuan ini secara vulgar. Itulah bagian yang pertama, yakni mempermalukan sesama. Kedua, mereka bertindak seolah-olah lebih pantas/layak untuk menjadi hakim atas orang lain sehingga semua mereka menunjukkan jarinya kepada perempuan ini dan berkata: dasar pelacur tidak tahu diri, pendosa dan caci maki lainnya yang menunjukkan seolah-olah mereka begitu jijik dengan dosa! Tetapi,

Saudara, sesungguhnya tidak sama sekali! Karena, Mereka bersikap tidak adil! Jika mereka sungguh-sungguh jijik dan prihatin terhadap dosa, maka seharusnya mereka juga harus menyeret laki-laki yang berzinah dengan perempuan itu juga, tapi kenyataannya mereka tidak membawa serta laki-laki itu, dengan demikian laki-laki itu tetap saja melanjutkan dosanya dengan perempuan lain. Itulah yang kedua, yakni bertindak seolah-olah mereka lebih pantas/layak untuk menjadi hakim. Ketiga, tujuan mereka semata-mata adalah untuk memuaskan nafsu yang ada dalam diri mereka untuk menjatuhkan Yesus dan mencari-cari kesalahan dalam diri Yesus. Betapa jahatnya mereka yang tega memakai kelemahan orang lain untuk kepuasan nafsu mereka sendiri. Karena itu,

Saudara, sesungguhnya mereka tidak peduli, tidak interest, tidak prihatin dengan kejatuhan orang lain dan tidak meratapi dosa yang sedang terjadi saat itu. Itulah bagian ketiga. Keempat, mereka hanya mengetahui dan menyimpan Firman Tuhan dalam otak dan bukan hati mereka untuk diimani dan dilakukan. Ini bahayanya, yakni sombong dan merasa lebih baik dan benar dari orang lain.

Saudara, itu beberapa pokok renungan kita sebelumnya. Pokok berikutnya, yakni kedua (pertama, sikap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terhadap orang berdosa) yang menjadi renungan kita kali ini berbicara tentang “Sikap Tuhan Yesus” – masih berdasarkan teks Injil Yoh.8:2-11.

Saudara yang dikasihi Tuhan, Yesus adalah Tuhan yang pada-Nya tidak ada cacat, cela, noda dosa setitikpun. Dialah satu-satunya yang pantas dan layak menunjukkan jariNya bahkan menghakimi perempuan yang berzinah itu. Tetapi Yesus tidak mau melakukan hal itu sama sekali. Lalu apa yang Yesus lakukan? Sikap Tuhan Yesus ini sungguh-sungguh harus kita perhatikan dan kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari, yakni: pertama, menolong perempuan yang berdosa itu, menerima dia, memahami keberadaan perempuan itu tetapi, hal itu bukan berarti Yesus berkompromi dengan dosa, tidak sama sekali dan sama sekali tidak! Yesus mengampuni perempuan itu namun Dia juga berkata dengan tegas dan keras: “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang! Itulah yang pertama. Kedua, Yesus memberi arti dan nilai tersendiri bagi perempuan ini, ketika Yesus mengampuninya dan tidak memandang hina pelacur ini, apalagi menghakimi dia, walaupun Yesus memiliki hak mutlak untuk itu. Tuhan Yesus Kristus mengasihi orang berdosa tetapi Ia membenci dosa. Ketiga, Yesus memberikan perintah yang baru agar perempuan ini tidak terus hidup dalam dosa/tenggelam dalam dosa tetapi bangkit dan memulai kehidupan yang berarti bagi Tuhan dan sesamanya. Kata “sekarang” pada ay. 11 itu, memiliki makna sejak berjumpa dengan Yesus, sejak menerima pengampunanNya, sejak menjadi manusia baru. Apa yang Tuhan lakukan ini hendaklah menjadi dasar sikap kita, sikap Saudara dan saya, terhadap kelemahan dan dosa orang lain. Hal yang paling sederhana dan yang dapat dilakukan oleh siapapun juga adalah berdoa bagi orang-orang di sekitar kita yang kita tahu bahwa mereka bergumul dengan kelemahan mereka. Selain berdoa kita juga perlu untuk memberikan perhatian yang nyata, dengan tidak memandang rendah keadaan mereka tetapi berusaha untuk memaafkan dan memahami mereka bahkan sekaligus menolong mereka keluar dari persoalan yang melilit mereka.

Saudara, untuk dapat melakukan hal tersebut maka kita harus sadar akan keberadaan diri kita sesungguhnya yakni bahwa kita sebenarnya tidak lebih baik dari orang lain. Dan bukankah kita juga punya peluang/kecenderungan untuk mengalami kejatuhan yang fatal seperti yang orang lain alami. Dan kita tidak seharusnya membandingkan besar kecilnya dosa kita, karena andaikan kita hanya memiliki setitik dosa maka setitik dosa kita itu sama menjijikkan dengan segunung dosa orang lain.

Saudara, dengan tegas Yesus katakan bahwa jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari orang lain, maka engkau tidak layak masuk ke dalam kerajaanKu. Karena itu mari kita bersikap sebagaimana seharusnya sikap anak-anak Tuhan dan bukan orang fasik yang tidak mengenal Allah dalam hati mereka dan hanya memakai firman Tuhan untuk memuaskan nafsu mereka.

Pendengar yang dikasihi Tuhan, itulah bagian kedua renungan kita mengenai sikap Tuhan Yesus yakni pertama, “menolong,” kedua memberi arti/menolong orang berdosa, dan ketiga, hidup dipulihkan dan dibereskan.
Itulah Saudara, bagian besar pokok kedua renungan kita, sekaligus menjadi pertanyaan bagi kita, bagi Saudara dan saya, sejauh mana kita memiliki sikap seperti Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana teks perikop renungan kita? sudahkah kita mewujudnyatakan hidup benar, sesuai dengan perintah/kehendak Allah?
Itulah Saudara, bagian besar pokok pertama renungan kita yang berbicara tentang dua sikap yang berbeda baik dari ahli-ahli taurat dan orang Farisi serta Tuhan Yesus Kristus sendiri terhadap orang berdosa, dalam hal ini “perempuan yang kedapatan berzinah.” Pokok berikutnya, yakni pokok besar kedua berbicara tentang “Sikap terhadap kejatuhan diri sendiri.”

Saudara, jika kita berada pada posisi sebagai orang yang melakukan dosa atau kejahatan seperti perempuan pelacur itu maka kita tentu harus melakukan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita sebagai ucapan syukur dan terima kasih kita pada Tuhan atas pengampunan yang telah Dia berikan kepada kita.

Saudara, ketika Yesus berfirman: “pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang,” (pada ay.11) maka firman ini memiliki makna yang sangat tegas dan keras untuk pertobatan kita.

Saudara, ungkapan “jangan berbuat dosa lagi” bukan berarti sejak kita diselamatkan/dipulihkan hidup kita oleh Tuhan, kita tidak akan pernah buat kesalahan, bukan! tetapi Saudara, di dalamnya nyata perintah yang keras bahkan tegas dari Tuhan agar kita tidak bermain-main dengan dosa dan menganggap murahan kasih karunia yang Tuhan sudah kerjakan bagi kita di kayu salib.

Saudara yang dikasihi Tuhan, setidaknya ada 6 (enam) sikap yang harus kita lakukan sebagai orang yang telah menerima kasih karunia Tuhan, yang harus nampak dalam hidup kita, yakni: pertama, mengaku di hadapan Allah setiap kali kita berdosa. Segera setelah kita menyadari kejatuhan kita dalam dosa. Janganlah kita menunggu hingga kita jauh dari Allah dan kehilangan sukacita dalam persekutuan dengan Tuhan. Selalu ada kesempatan ke-2, 3 dst. bagi tiap orang percaya yang mau kembali kepada Tuhan, karena itu hargailah anugrah dan kemurahan Allah ini. Itulah yang pertama, mengaku di hadapan Allah setiap kali kita berdosa. Kedua, merenungkan firman Tuhan hari demi hari, tiap-tiap hari. Sesungguhnya Firman Tuhan adalah senjata bagi kita untuk menyerang balik musuh yang menyerang kita, yakni iblis. Ibarat ketika kita berburu binatang buas di hutan, maka jangan sampai dia muncul di depan mata kita dan kita sendiri baru berusaha untuk mengisi peluru kita, maka tentunya kitalah yang akan diterkam oleh binatang buas itu.

Saudara, demikianlah hidup kita ini harus diisi dan dipenuhi dengan firman Tuhan setiap hari agar kita tetap siaga walaupun musuh di depan mata, firman itu berguna bahkan untuk menolong kita lepas dari masa kesesakan. Itulah yang kedua, merenungkan firman Tuhan hari demi hari, tiap-tiap hari! Ketiga, menghindari langkah-langkah yang akan membawa atau menjerumuskan kita ke dalam dosa. Seringkali kita berdoa kepada Tuhan: ya Tuhan jangan bawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Tetapi justru kita lebih sering mencobai Tuhan dengan kebodohan kita sendiri. Contohnya kita tahu kita mengidap penyakit maag dan berdoa agar Tuhan sembuhkan tetapi kita sendiri tidak disiplinkan diri kita dengan pola makan yang tidak bertanggungjawab dan tidak dapat menahan diri terhadap makanan yang justru akan memperparah penyakit kita.

Saudara, suatu ketika ada seorang anak muda Kristen yang mendengar firman Tuhan dan tahu bahwa Yesus itu Imanuel “Allah beserta kita.” Tanpa mengerti makna “Imanuel” yang sesungguhnya dalam hatinya, maka dia mulai menerapkan Yesus yang Imanuel ini dalam kebiasaan buruknya, yakni trek-trekan (berlomba untuk ngebut dengan motor) karena menurutnya Tuhan pasti akan beserta dengan dia waktu ngebut sekalipun. Tetapi, Saudara, apa yang terjadi dia mengalami kecelakaan dan patah kakinya sehingga harus di rawat di Rumah Sakit. Ketika pendeta gerejanya datang mengunjungi dia, dia mengeluh dan marah-marah pada pendetanya: katanya Yesus itu Imanuel, tapi mengapa saya kecelakaan? Tapi dengan lembut pendetanya menjawab: ya Yesus memang Imanuel, tapi masalahnya waktu kamu ngebut dan mengendarai mobil dengan sangat kencang, Imanuelnya ketinggalan di belakang. Akhirnya, anak muda ini sadar untuk tidak mencobai Tuhan dengan cara seperti ini.

Saudara, bukan karena Tuhan tidak bisa menolong dia, tetapi Tuhan mau mendidik dia untuk disiplin terhadap cara hidup yang benar dan tidak seenaknya menggunakan nama Tuhan untuk kepuasan diri sendiri, untuk kepentingan diri sesaat! Itulah pokok yang ketiga, yakni menghindari langkah-langkah yang akan membawa/menjerumuskan kita ke dalam dosa. Keempat, berusahalah untuk mengikuti kehendak Tuhan setiap hari. Memang tidak mudah karena di dalam diri kita ada keinginan roh dan keinginan daging yang terus menerus berperang dalam diri kita. Dan,

Saudara, kemenangan kita untuk mengikuti kehendak Tuhan tergantung pada bagian mana dalam diri kita yang kita beri peluang/makan lebih banyak. Jika keinginan roh lebih kita utamakan maka tentulah kita akan berjalan dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki dari kita dan juga hal yang sebaliknya akan terjadi dalam keinginan daging kita. Yang pasti Saudara, keinginan daging bertentangan dengan keinginan roh. Itulah yang keempat, berusaha untuk mengikuti kehendak Tuhan setiap hari. Kelima, berdoalah senantiasa, karena Allah memberi kekuatan kepada setiap orang yang terus menerus berseru kepadaNya.

Saudara, bukankah kita tahu bahwa doa adalah kekuatan kita. Mari kita lihat perbedaan yang nyata antara makna dosa dan doa yang bisa saja kita lakukan dalam hidup kita. Dosa berarti kita bekerjasama dengan setan sedangkan doa justru sebaliknya, yakni kita bekerjasama dengan Tuhan. Karena itu, Saudara, jangan biarkan diri kita diperdaya oleh setan dalam diri kita agar kita dapat bekerjasama dengan Tuhan dan dengan demikian kita dapat mengatasi banyak persoalan dalam hidup kita, baik persoalan dalam diri sendiri maupun persoalan dengan orang lain. Walaupun harus kita akui bahwa untuk bertahan dalam kehidupan doa yang berkenan di hati Tuhan itu bukanlah hal yang mudah, namun sebaliknya membutuhkan perjuangan terus-menerus agar kita tetap bertekun dalam berdoa, tetapi tentulah kita harus sadar juga bahwa doa adalah kebutuhan yang mutlak jika kita mau dipakai Tuhan untuk melakukan banyak hal bagi Dia. Karena untuk mencapai maksud Tuhan bagi kita, keluarga kita, lingkungan kita, bangsa kita, dan dunia ini tentulah kita harus bekerjasama dengan Tuhan, dan untuk itulah kita harus berdoa! Berdoa senantiasa, karena Allah memberi kekuatan kepada setiap orang yang terus menerus berseru kepada-Nya. Keenam, hal terakhir yang harus kita lakukan untuk menunjukkan sikap penghormatan kepada karya pengampunan Tuhan dalam hidup kita agar kita dapat mencapai kemenangan yang sempurna bagi kehidupan kita di dunia ini adalah menjadikan kelemahan dan kegagalan di masa lalu sebagai pelajaran yang berharga dan penting bagi hidup kita. Bahkan melalui kejatuhan kita yang telah dipulihkan oleh Tuhan, kita dapat menolong orang lain yang sedang mengalami kejatuhan seperti kita dahulu. Kita berusaha untuk memenangkan mereka yang masih terbelenggu dengan dosa. Tentunya kita harus sadar bahwa kita telah memperlengkapi diri dengan hal-hal yang menguatkan kita, sehingga tatkala kita datang dengan tujuan hendak menolong sesama yang masih terbelenggu itu, jika tidak jatuh lagi dalam dosa yang sama, tetapi sebaliknya kekuatan Tuhan Yesuslah yang memampukan kita yang lemah ini untuk bangkit dan memiliki kemenangan bersama dengan Dia. Pernyataan atau statement berikut ini akan menolong kita untuk menyadari bahwa kita dapat dipakai Tuhan dalam segala keberadaan kita: “one of God’s greatest miracle is to enable ordinary people to do extraordinary things - salah satu mujizat Allah yang terbesar adalah memampukan orang-orang biasa untuk melakukan hal yang luar biasa.”

Saudara, kita adalah orang biasa yang akan melakukan hal yang luar biasa bersama dengan Yesus Kristus, Tuhan kita. Mari kita berdoa!