Senin, 06 Oktober 2008

Menjadi Teladan (Be An Example)

Menjadi Teladan (Be An Exampel)

(I Tomotius 4:12)

Saudara, dalam renungan kita kali ini, kita akan mempelajari bersama satu teks firman Tuhan yang dapat menolong kita untuk memberkati banyak orang secara praktis, yakni melalui hidup kita yang menjadi model, contoh atau teladan.

Saudara, tentang hal ini Kitab Suci mengatakan, yakni dari I Tim.4: 12, demikian: “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda.Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dan dalam kesucianmu.

Saudara…, Paulus sebagai seorang Rasul atau hamba Tuhan yang senior memiliki tanggungjawab terhadap juniornya yang dia bimbing yakni Timotius. Dan Saudara, tanggungjawabnya ini dia nampakkan dalam memberikan kepercayaan, nasihat dan dukungan bagi Timotius dalam melakukan segala sesuatu yang telah diembankan kepadanya sebagai seorang hamba Tuhan. Dalam mendelegasikan/memberikan kepercayaan ini Paulus juga memberikan teladan kepada Timotius baik dalam sikap hidup, pengorbanan dan pengajaran yang sehat. Dengan melihat teladan, dukungan dan kesetiaan Paulus ditambah dengan janji penyertaan Tuhan tentunya maka Timotius dapat bertahan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada, baik dari pihak pengajar-pengajar sesat maupun dari rekan-rekan dan jemaat yang dilayaninya. Hal berikutnya yang turut menjadi kendala bagi Timotius adalah usianya yang masih relatif muda dan otomatis belum berpengalaman dalam memimpin jemaat dengan segala macam permasalahan yang mereka hadapi. Karena itu Saudara …, Paulus menasihatkan dia agar jangan sampai orang lain memandang rendah dia hanya karena usianya yang masih muda, tetapi justru dalam kemudaan usia dan pengalamannya ia dituntut untuk menjadi teladan. Sungguh bukan merupakan hal yang sederhana karena Timotius harus menjadi teladan di antara orang percaya lainnya dan bukan orang berdosa. Yakni kumpulan orang yang mengerti dengan baik firman Tuhan dan yang tentu tahu juga bagaimana mengaplikasikan/menerapkan firman itu. Intinya Saudara, Timotius memerlukan integritas diri yang sempurna yang lahir dari dirinya sendiri dan yang dapat dipancarkan kepada dunia sekitarnya sehingga nampak wibawa ilahi sebagai seorang hamba Tuhan.

Saudara…, teladan hidup yang harus ditampakkan oleh Timotius harus nyata dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Teladan dalam hal perkataan
Saudara…, menjadi atau memberikan teladan dalam hal perkataan adalah satu hal yang cukup sulit atau tidak mudah. Masalahnya manusia, termasuk kita semua adalah orang-orang yang sulit untuk mengendalikan lidah yang kecil ini. Apa kata Alkitab tentang lidah manusia? Ia diibaratkan dengan api yang kecil yang berbahaya dan mampu membakar hutan yang lebat dan luas. Hal atau perkara mana saja dapat disebabkan oleh kecenderungan manusia dalam bersilat kata dan menyebarkan gosip atau fitnah terhadap orang lain. Sehingga umumnya seorang manusia lebih cepat untuk berbicara dan lambat untuk mendengar. Padahal sebagaimana kata Alkitab, dalam banyak bicara banyak pelanggaran. Tentunya hal ini juga bukan hal yang mudah bagi Timotius, karena ia juga sedang berhadapan dengan para pengajar sesat yang ada di sekitarnya, yang merongrong kehidupan jemaat yang menjadi tanggungjawabnya. Kehadiran para pengajar sesat yang ada ini notabene akan menantang pengajaran sehat yang telah diberikan oleh Paulus dan juga Timotius saat itu. Tentu para pengajar sesat ini akan melecehkan ajaran yang sehat dan yang benar. Nah masalahnya jika Timotius tidak mampu mengendalikan emosi maka ia akan terjebak dalam perdebatan yang kosong dan tidak perlu dengan mereka. Peluang ke arah sana sangat besar, karena jika Timotius membiarkan dirinya termakan umpan mereka, maka dia akan terjebak dan bisa saja termakan ajaran mereka. Dan jika hal itu sampai terjadi maka jemaat yang dia pimpin akan menjadi korbannya. Dengan demikian Timotius gagal membina dan membangun jemaat itu.

Saudara, begitu pentingnya hal berkata-kata ini, maka Paulus menegaskan kepada Timotius supaya Timotius mengawasi dirinya dan juga ajarannya. Karena bisa jadi kesalahan pengajaran atau perkataan mengakibatkan kesesatan, demikian juga perkataan-perkataan lainnya yang tidak pantas sebagai seorang hamba Tuhan berakibat fatal bagi jemaat. Itulah teladan yang pertama, yakni melalui perkataan.


2. Teladan dalam hal tingkah laku atau sikap hidup
Saudara, Kitab Suci menyatakan kepada kita bahwa Timotius dituntut untuk jadi teladan bukan hanya dalam perkataannya, namun juga dalam sikapnya. Hal ini berarti bahwa Timotius yang menyampaikan firman Tuhan dan memerintahkan jemaat untuk melakukannya justru harus menampakkan firman itu lebih dulu dalam hidupnya. Karena jemaat tentu akan belajar dari apa yang dilihatnya dan bukan yang sekedar didengarnya. Apalagi kita ingat bahwa Timotius masih muda dalam usia. Tentunya jika dia hanya memberikan teori tanpa praktek, hal ini sangat menyakitkan bagi jemaatnya terutama yang sudah dewasa dan senior. Mereka akan melihat itu sebagai satu penghinaan karena Timotius yang muda itu berani mendikte dan memerintah mereka yang sudah tua seenaknya saja. Hal yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang hamba Tuhan. Tetapi sebaliknya jika Timotius mampu melakukan dengan tulus dan benar apa yang dia sampaikan dari mimbar tentang perintah Tuhan, maka tentunya para penatua, diaken dan majelis serta seluruh jemaat yang dia layani akan malu dan tentunya akan meneladani si Timotius yang muda dan yang memiliki integritas diri ini.

Saudara, belajar dari apa yang diperintahkan Paulus kepada Timotius, maka kita yang hidup di masa kinipun harus meneladaninya. Bahwa apa yang kita katakan harus sejalan atau selaras denga tingkah kita. Jika kita berbicara tentang kepedulian atau perhatian, maka tentu kita harus menunjukkan perhatian dan kepedulian kasih kita kepada sesama. Adakah kita mau berbagi dengan mereka yang membutuhkan makanan, minuman, pakaian, perhatian, kepedulian dan kasih kita? Ataukah itu hanya slogan semata bagi kita? Atau jika kita berbicara kejujuran, dsb, maka jangan lupa bahwa orang lainnya menuntut itu nyata dalam sikap hidup kita. Jangan pernah biarkan diri kita dilekatkan dengan istilah “NATO “not action talk only – hanya omongan yang kosong tanpa hasil.” Atau mungkin kita ingin hidup kita ada variasinya yakni beda perkataan – beda perbuatan/sikap hidup. Jika kehidupan yang kita jalani hanya serendah itu nilainya maka jangan pernah menuntut penghargaan dari orang lain. Dan jangan pernah marah atau tersinggung jika orang lain menilai picik diri kita. Karena apa yang kita takabur, sesungguhnya itulah yang akan kita tuai. Sesungguhnya integritas diri adalah keutuhan sikap kita dengan apa yang kita pikirkan dan katakan. Itulah teladan yang kedua, yakni melalui tingkah laku/sikap hidup.

3. Teladan dalam hal kasih
Saudara, menghadapi jemaat yang mungkin sarat dengan masalah dan juga menghadapi jemaat yang mungkin sekali kurang bisa menerima kehadiran Timotius dan juga para pengajar sesat yang membenci Timotius karena menentang ajaran mereka tentulah tidak muda baginya. Kasih akan menjadi senjata yang sangat ampuh bagi Timotius untuk bertahan dan memenangkan pertandingan itu. Bukan kasih yang pasif, dan pasrah, dan tak bernyali, tidak! Tetapi sebaliknya kasih yang mendidik, yang tulus dan yang melepaskan belenggu-belenggu kelaliman. Itulah kasih yang mengalir dari atas dari Bapa Sorgawi. Kasih yang rela berkorban, kasih yang peduli, kasih yang membawa orang kepada Kebenaran, dan kasih yang dibakar oleh kebenaran dan kesucian pengorbanan Kristus di kayu salib. Apakah Timotius peduli dan menggumuli serta mau turut menyelesaikan masalah yang ada dalam jemaat; apakah dia mau merangkul mereka yang menolak dia dengan kekuatan doa dan kasih yang dari Tuhan; dan apakah Timotius mau meratapi para pengajar sesat ini dan menolong mereka untuk memiliki ajaran yang sehat dan Alkitabiah? Hal ini bergantung pada kekuatan kasih dari Tuhan Yesus Kristus yang menjadi dasar dia mangasihi orang lain.

Saudara, apa yang dapat kita pelajari dari teladan kasih yang dituntut dari Timotious ini adalah bahwa: “people don’t care how much you know until they know how much you care – orang tidak peduli seberapa banyak Anda tahu (pengetahuan anda), sampai mereka tahu begitu banyaknya Anda peduli terhadap mereka.” Kasih itu hanya akan nampak dalam tindakan. Memang hanya Tuhan yang tahu dan mampu melihat bahwa kita memiliki kasih kita terhadap orang lain di dalam hati kita, tetapi manusia atau orang lain hanya mampu melihat kasih kita dan mampu merasakan kasih itu kalau ia nampak dalam kepedulian kita terhadap orang lain. Maka kasih kita berbicara lebih tegas daripada perkataan kasih itu sendiri. Itulah teladan yang ketiga, yakni melalui kasih.

4. Teladan dalam hal kesetiaan
Saudara, kesetiaan adalah satu kata yang sulit ditemukan dalam hidup banyak orang. Bisa jadi banyak orang jujur, banyak orang taat, banyak orang baik, tetapi orang setia siapakah dia? Maka kesetiaan adalah salah satu yang dituntut dari seorang Timotius. Kesetiaan berarti sampai pada akhirnya. Jika ia berhenti di tengah jalan atau telah hampir sampai pada penghujung, tetapi ia tidak sampai pada akhirnya maka ia tetap disebut tidak setia. Memang sulit bagi seorang Timotius yang masih muda dengan segala permasalahan yang dia hadapi di dalam jemaat dan ditambah dengan para pengajar sesat yang dia hadapi, maka mungkin Timotius akan segera mundur dari pelayanan, tetapi Kitab Suci menyatakan kepada kita bahwa Paulus tetap memberi semangat kepada Timotius untuk tetap setia, sebagaimana Paulus telah membuktikan dirinya setia sampai harus mencucurkan darahnya, dan bahkan di atas segalanya Paulus mengingatkan Timotius bahwa ada Tuhan yang sama yang Mahasetia yang akan setia menolong Timotius untuk mencapai garis akhir. Karena itu Saudara, sesungguhnya waktulah yang akan membuktikan kesetiaan kita dan kesetiaan kita akan membuktikan siapa sesungguhnya diri kita dihadapan Tuhan dan sesama kita. Itulah teladan yang keempat, yakni melalui kesetiaan.

5. Teladan dalam hal kesucian
Kesucian hidup! Satu kata yang cukup menakutkan bagi manusia berdosa. Tuntutan untuk tetap hidup dalam kekudusan atau kesucian adalah tuntutan yang mutlak dan wajib hukumnya. Sulit memang yang diminta dari Timotius karena Timotius tidak sedang berada di lingkaran orang-orang berdosa, namun justru ia berada di tengah-tengah kumpulan orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Bukankah menjadi teladan di antara orang-orang berdosa adalah satu hal yang cukup sederhana terutama bagi orang-orang kudus? Tetapi apakah akan semudah itu lagi jika kita berada di antara orang-orang percaya yang tahu apa itu kasih kepada Tuhan dan sesama dan juga tahu bagaimana mewujudkan kasih itu dalam hidup mereka? Karena itu Timotius harus bersaing dalam arti bukan untuk sekedar dilihat oleh orang lain, tetapi sebaliknya dia harus tetap dan terus membakar api kesucuian dalam hidupnya, bukan supaya dia mendapat pujian, tetapi karena memang demikianlah seharusnya. Bahkan dia dituntut untuk itu karena dia harus menjadi teladan bagi jemaat yang dia layani.

Suadara, intinya Timotius menjadi yang terbaik dalam hidup dan pelayananya. Dia menunjukkan kasih kepada orang lain walaupun dia sendiri sangat membutuhkan kasih itu; dia memperhatikan mereka yang lain walaupun dia sendiri sangat perlu untuk diperhatikan; dia harus tetap bersukacita di hadapan orang lain walaupun suasana hatinya bersedih atau berduka. Dia menjadi segalanya untuk dapat memenangkan mereka. Dia memang manusia lemah/terbatas, namun dalam berjuang melawan kelemahannya dia harus muncul sebagai orang yang dapat diteladani oleh banyak orang dalam segala hal. Dan untuk mencapai semua itu rahasianya hanya satu yakni relasi yang akrab dan manis yang dia bangun dengan Tuhannya di atas kasih Kristus dan juga ketekunannya dalam merenungkan firman Tuhan siang dan malam serta kekuatanya dalam kehidupan doa dan puasa kesetiaannya dalam mengikut dan melayani Tuhan.

Saudara, jika Tuhan menuntut hal itu dari Paulus dan Timotius, maka Dia menuntut hal yang sama dari kita juga, orang percaya di segala tempat dan abad. Kita tidak dapat berlindung di balik alasan bahwa kita bukan Paulus, bukan Timotius atau juga bukan pendeta/hamba Tuhan. Karena kita semua adalah anak-anak dari Tuhan kita Yesus Kristus.Dan kita memiliki tanggungjawab untuk memberi perbedaan dalam hidup kita sebagai garam dan terang. Apalagi di tengah-tengah dunia yang semakin hari semakin jahat dan egois ini. Dimanakah kebenaran dan kasih sejati yang dibutuhkan manusia abad milenium itu? Bukankah semua itu kebenaran sejati dan kasih sejati yang tulus hanya ada dalam Kristus? Dan bukankah kita adalah surat Kristus yang terbuka dapat dibaca oleh orang lain sehingga akhirnya mereka dapat menemukan apa yang mereka butuhkan kehidupan kekal mereka?

Pada akhirnya, Saudara!! biarlah ini menjadi kerinduan hati kita yakni menjadi teladan dan memancarkan kasih Tuhan agar dunia ini dapat dimenangkan dan direbut dari perapian yang menyala-nyala dan membinasakan mereka. Mari kita berdoa!

Masa Depan Yang Cerah

“Masa Depan Yang Cerah”
(Yeremia 29: 4-11)

Saudara, semua manusia di dunia ini, baik itu anak kecil, orang dewasa, orang tua mau pun orang muda, mendambakan masa depan yang baik, masa depan yang cerah, yang penuh dengan keberhasilan/kesuksesan dalam semua aspek kehidupannya. Semua orang tua pasti mengharapkan masa depan yang baik bagi anak-anaknya, sehingga mereka berusaha menyekolahkan dan mendidik anaknya dengan baik, semua pelajar tentu menginginkan prestasi yang baik dalam study-nya sehingga ia terus belajar untuk mencapai kerinduannya itu, semua pengusaha pasti menginginkan semua usaha dan pekerjaannya berhasil dengan baik. Semua itu berhubungan dengan kerinduan hati manusia untuk mendapatkan masa depan yang baik. Saudara…, Firman Tuhan mencatat bahwa Allah telah merancangkan masa depan yang baik bagi semua manusia yang percaya kepadaNya. Jaminan ini dapat kita lihat dalam teks Firman Tuhan yang akan dan renungkan saat ini yaitu: Yeremia 29:4-11, khususnya yang tertulis dalam ayat 11: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."

Yeremia 29:1 menginformasikan bahwa janji mengenai masa depan yang cerah/hari depan yang penuh harapan ini, diberikan Allah kepada orang Israel ketika mereka sedang berada dalam pembuangan di Babel. Bangsa Israel telah berdosa terhadap Allah, sehingga Allah menghukum mereka, Allah membiarkan kota Yerusalem dihancurkan, penduduknya ditawan ke Babel dan dijadikan budak di sana. Di tengah-tengah penderitaan dan situasi yang sepertinya sudah tidak ada pengharapan inilah, janji Allah ini diberikan kepada orang Israel. Melalui Firman yang sampaikan melalui nabi Yeremia ini, Allah ingin menegaskan kepada Israel bahwa masa depan manusia tidak bergantung pada kondisi manusia dan situasi dunia, tetapi masa depan manusia ada di tangan Allah. Hanya Allah yang memiliki kedaulatan untuk mengatur masa depan manusia dan dunia.

Saudara, sering kali kondisi kita atau keadaan dunia saat ini, kita jadikan sebagai acuan dalam melihat masa depan kita. Jika kita berada dalam kondisi yang baik, sehat dan segala kebutuhan terpenuhi, kita merasa yakin bahwa masa depan yang baik akan kita miliki, tetapi apa bila kita berada dalam kondisi yang sebaliknya, kita akan menjadi pesimis terhadap masa depan kita. Saat ini banyak orang ingin tahu tentang masa depannya dan ada juga yang merasa ragu dengan masa depannya, inilah yang mendorong mereka untuk mencari para peramal dan orang-orang pintar untuk mengetahui masa depan mereka. Pertanyaannya apakan para peramal dan orang-orang pintar itu mengetahui secara pasti tentang apa yang akan terjadi dengan kita di masa yang akan datang? Bukankah mereka hanyalah manusia biasa yang juga tidak mengetahui dan tidak dapat menentukan masa depan mereka secara pasti?. Firman Tuhan dalam Yeremia 29:11 menegaskan bahwa: hanya Allah saja yang mengetahui masa depan manusia, Dia telah merancangkan masa depan yang baik bagi semua orang yang percaya kepada-Nya tanpa dipengaruhi oleh kondisi yang sedang dihadapi orang percaya itu, dan dalam ayat 4-10, Allah menyatakan kepada kita mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh masa depan yang telah disediakan Allah bagi kita. Syarat-syarat itu adalah:

1. Bekerja keras dan berdoa
(7) Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.

Meskipun Allah telah menyediakan masa depan yang baik bagi orang Israel, itu tidak berati bahwa orang Israel hanya diam saja dan tidak berbuat apa-apa. Orang Israel memiliki tanggung jawab untuk bekerja keras dan untuk berdoa demi kesejahteraan Babel, tempat mereka tinggal sehingga kesejahteraan mereka terjamin di sana. Dalam teks aslinya, “berusaha dan berdoa” merupakan dua kata yang sejajar, tidak dapat dipisahkan dan harus dilakukan secara terus-menerus. Ini berarti bahwa orang Israel harus terus-menerus berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh bagi kesejahteraan Babel dan masa depan mereka. Mereka harus bekerja keras untuk membangun rumah di Babel sebagai tempat tinggal selama berada di Babel, mereka harus berusaha menggarap tanah/kebun untuk mendapatkan makanan, dan pada saat yang sama mereka harus terus-menerus berdoa untuk masa depan yang telah dijanjikan Allah. Saudara…, apabila seorang pelajar menginginkan nilai yang baik, ia tidak hanya berdoa tetapi harus belajar dengan giat. Jika ia hanya berdoa terus-menerus tanpa belajar, ia tidak akan memperoleh hasil yang diinginkan. Sebaliknya, sebagai orang percaya, pelajar itu juga tidak hanya belajar tetapi harus berdoa kepada Allah sebagai sumber segala pengetahuan untuk menolongnya dalam belajar, sehingga hasil belajarnya diberkati Tuhan. Demikian juga dengan kita, dalam usaha untuk menggapai masa depan yang telah dirancangkan Allah, kita memiliki tanggung jwab moral untuk berdoa dan bekerja keras. Doa dan kerja keras tidak dapat dipisah-pisahkan tetapi harus dilakukan secara bersama-sama. Sebagai pengusaha, kita tidak hanya bekerja saja tetapi harus berdoa menyerahkan usaha kita kepada Tuhan. Sebagai pedagang, janganlah kita hanya memperhatikan dagangn kita, tetapi berdoalah supaya Allah memberkatinya. Apa pun pekerjaan dan usaha kita, berdoalah supaya Allah memberkati dan memakainya untuk mempersiapkan masa depan yang baik bagi kita.

2. Syarat kedua untuk memperoleh masa depan yang disediakan Allah adalah: Memelihara jati diri sebagai orang percaya
(5) Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya; (6) ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang!

Supaya orang Israel bisa hidup dengan baik dan layak di Babel, Allah memerintahkan mereka untuk membangun rumah dan membuat kebun untuk mencukupi segala kebutuhan mereka dan memelihara kelangsungan hidup bangsa itu dengan mengambil istri/suami bagi anak-anak mereka. Dalam Alkitab, sebenarnya orang Israel diperintahkan untuk membuat rumah dan kebun sesuai dengan tata cara/budaya mereka di tanah Israel dan tidak mengikuti budaya/kebiasaan orang Babel dalam berkebun dan membangun rumah. Mereka juga diperintahkan untuk mengambil suami/istri di antara orang Israel dan tidak boleh mengambil penduduk Babel menjadi suami/istri mereka. Perintah Allah ini diberikan Allah kepada orang Israel supaya mereka tidak dipengaruhi oleh budaya Babel yang kafir. Meski pun orang Israel hidup di tengan-tengah bangsa yang kafir, mereka tidak boleh terpengaruh oleh cara hidup kafir yang tidak dikehendaki Allah, mereka harus memelihara jati diri sebagai umat pilihan Allah. Saudara …, Allah menghendaki orang-orang percaya memelihara jati diri mereka dalam usahanya untuk menggapai masa depan yang telah disediakan Allah bagi mereka. Ada banyak orang Kristen yang pada akhirnya kehilangan jati diri mereka sebagai anak-anak Tuhan ketika mereka bekerja keras untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.

Suadara..., dalam liburan di pertengahan tahun 2004, saya bertemu dengan seorang Kristen yang aktif dalam kegiatan dari salah satu perskutuan doa yang saya layani saat itu. Ia memiliki sebuah toko yang tidak begitu besar, tetapi terletak di tempat yang sangat strategis sehingga sangat laris dikunjungi pembeli. Dalam liburan akhir tahun 2004 di tempat yang sama, saya tidak bertemu lagi dengan pemilik toko tersebut dan toko yang dimilikinya sudah ditutup karena bangkrut. Saya bertanya-tanya: ke mana pemilik toko itu pergi?, mengapa toko yang begitu laris dan kelihatan sangat menjanjikan bagi masa depan pemiliknya harus ditutup?, bukankah pemilik toko itu adalah seorang Kristen yang aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani, mengapa Allah tidak memberkati usahanya ?. Pertanyaan-pertanyaan ini terjawab dalam persekutuan doa yang saya layani. Pemilik toko itu telah melarikan diri karena ia sudah menipu banyak orang untuk mendapatlan uang sebagai modal dalam berdagang, selain itu ia telah menggunakan jimat-jimat untuk menarik banyak pembeli. Pemilik toko ini telah kehilangan jati dirinya sebagai orang percaya. Orang Kristen seperti ini tidak mungkin mendapatkan masa depan yang telah disiapkan Allah. Mungkin ketika pertama kali melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki Allah dalam usaha untuk memperoleh masa depan yang baik, semuanya terlihat begitu menjanjikan bahkan kita merasa sangat berhasil dengan jalan itu. Saudara …, jangan biarkan diri kita terjebak dengan kebahagiaan yang dan sementara yang ditawarkan dunia ini tetapi akan mendatangkan kesulitan yang besar bahkan dapat mengakibatkan kita kehilangan masa depan yang dijanjikan Allah dan kehidupan kekal. Peliharalah jati diri sebagai orang percaya, taatlah kepada apa yang dikehendaki Allah maka Ia akan memberkati kita dalam segala usaha dan pekerjaan yang kita lakukan.

3. Syarat ketiga untuk memperoleh masa depan yang disediakan Allah adalah: Hidup dalam Firman Allah
Iblis tidak akan pernah membiarkan kita menikmati masa depan yang sudah disediakan Allah untuk anak-anak-Nya. Dalam ayat 8-9, Iblis mengutus nabi-nabi palsu untuk membelokkan hati orang Israel dari Firman Tuhan dan menyampaikan berita-berita yang berisi kebohongan supaya mereka bertindak di luar kehendak Allah dan tidak bisa menikmati masa depan yang disiapkan Allah. Firman Allah berbunyi:
(8) Sungguh, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! (9) Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN.

Orang Israel harus memilih untuk tunduk kepada firman Allah atau menentang Firman Allah. Akhir dari kisah pembuangan ke Babel, menunjukkan bahwa Orang Israel memilih tunduk dan mendengarkan Firman Allah sehingga Allah memberkati mereka, 70 tahun kemudian, Allah membawa mereka kembali Israel dan menggenapi janji-janji-Nya pada Orang Israel.
Saudara, kita dituntut untuk selalu mendengar dan taat pada Firman Tuhan. Untuk itu setiap hari kita harus hidup dalam Firman Allah, memiliki waktu khusus untuk membaca dan merenungkan Firman sehingga kita mengerti kehendak Allah dan bertindak sesuai sengan apa yang Ia inginkan. Firman Allah yang kita baca dan renungkan akan menguatkan, menghibur ketika kita diperhadapkan dengan tantangan-tantangan yang berat dan memampukan kita untuk hidup sesuai kehendak Allah sehingga kita tidak kehilangan jati diri sebagai orang percaya. Firman Allah merupakan kompas yang memberi petunjuk bagi kita untuk menetukan langkah yang tepat menuju masa depan yang baik.

4. Syarat yang terakhir adalah: “Iman”
Dalam ayat 10 ditegaskan bahwa janji pemulihan Israel dan masa depan yang baik itu akan digenapi Allah masa 70 tahun sudah genap. Ini berarti bahwa Israel harus menunggu selama 70 tahun untuk menikmati janji tentang masa depan yang telah Allah berikan kepada mereka. Saudara …, 70 tahun bukanlah waktu yang singkat karena itu janji Allah harus diterima dengan iman, dupaya mereka tidak guncang dan menjadi putus asa dalam penanti penggenapan janji Allah. Imanlah yang akan memberi kekuatan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang berat selam mereka menanti waktu Tuhan yang indah itu. Kita pasti melewati berbagai proses yang panjang, menghadapi banyak suka dan duka dalam usaha kita untuk mencapai masa depan yang telah disediakan Allah, mungkin saat ini kita masih belum memiliki gambaran sama sekali mengenai masa depan kita di masa yang akan datang, mungkin kerja keras dan doa-doa kita sepertinya belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam kondisi seperti inilah kita harus beriman kepada Tuhan, jangan kecewa dan putus asa, teruslah berdoa dan berharap kepada Tuhan karena Dialah yang mengatur segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita.
Saudara, mungkin saat ini engkau sedang bergumul dengan studymu, dengan pekerjaanmu, mungkin saat ini engkau tidak memiliki apa-apa yang dapat diandalkan untuk memperoleh masa depan yang baik. Firman Tuhan ini menguatkan kita, jangan takut, jangan memandang pada kondisi yang tidak menguntungkan saat ini, tetapi imanilah Firman Tuhan dan berserulah kepada Allah yang berdaulat atas masa depanmu. Teruslah berusaha, berdoa, hiduplah dalam Firman Allah, baca dan renungkan firman Allah setiap hari sehingga engkau tahu bagaimana memelihara jati diri sebagai anak-anak Allah dalam setiap usahamu. Tuhan Yesus memberkati ..
Mari kita berdoa.

Jumat, 03 Oktober 2008

Renungan 3 menit

Kekosongan Jiwa
Saudara, banyak jalan beraspal di negeri kita ini yang kekuatannya terbatas. Kalau dilalui truk-truk besar sebentar, jalan itu sudah berlubang. Nah biasanya untuk menimbun lubang itu digunakan tanah. Sayang, usaha ini sia-sia saja. Jika hujan datang maka lenyaplah timbunan tanah penambal jalan itu. Sama halnya banyak orang yang berusaha mengisi kekosongan jiwanya dengan hiburan-hiburan yang bersifat sementara, misalnya, film, judi, minuman keras, rokok dll. Kalau hiburan sudah lenyap maka kembali kosonglah jiwanya. Saudara, janganlah engkau menambal kekosongan jiiwamu dengan penambalan yang sia-sia, ajaklah Tuhan untuk membantumu. Gbu


Iri Hati
Saudara, pada zaman dahulu, ada kebiasaan adu tinju di negeri Yunani untuk memperebutkan mahkota kemenangan se-negeri. Pada suatu pertandingan ada seorang petinju yang tidak terkenal memperoleh mahkota tersebut. Dalam waktu yang singkat petinju ini menjadi terkenal. Lalu di buatkanlah patungnya di mana-mana untuk menghormati dia. Melihat kejadian tersebut, bekas lawannya menjadi iri hati. Pada suatu hari iri hatinya meluap menjadi kemarahan, lalu ia melampiaskan kemarahannya dengan memukul patung lawannya. Karena sedemikian keras pukulannya, sehingga patung itu runtuh dan menjatuhi dia yang mengakibatkan dia mati. Saudara cerita tersebut menjadi gambaran, sering orang jadi iri hati dengan sukses yang diperoleh orang lain. Iri hati itu lama-kelamaan akan berkembang jadi kebencian yang akhirnya akan membunuh kehidupan rohani sendiri. GBu


Menabur
Saudara, boleh jadi Anda memiliki biji-biji dari jenis unggul, atau berkualitas baik. Tetapi ingatlah, selama Anda belum taburkan biji itu ke tanah, biji itu tidak akan tumbuh dan berbuah. Oleh karena biji yang baik itu hanya Anda simpan dalam kotak emas, biji itu akan tetap satu dan tidak berbuah.
Saudara, mungkin dalam menjalani kehidupan ini Anda cukup baik, tetapi selama Anda tidak mau mati terhadap keinginan diri sendiri maka kehidupan rohani Anda tidak akan berbuah lebat. (Yohanes12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Gbu.


Beban Hidup
Saudara, zaman pendudukan Jepang dulu banyak orang Indonesia yang harus kerja paksa yang disebut dengan Heiho. Mereka harus bekerja keras tanpa makanan yang cukup. Banyak di antara mereka yang sakit atau mati. Seringkali mereka disiksa dengan kejam. Dalam keadaan sakit mereka harus mengangkat beban, suatu perkara yang lebih menyakitkan mereka.
Saudara, orang sakit tidak mungkin diberi beban untuk mengangkatnya. Demikian juga kalau orang yang sakit keadaan rohaninya, mustahil akan sanggup mengangkat beban-beban yang berupa syarat atau peraturan-peraturan agama. Oleh karena itu segera selesaikan beban tersebut dan minta Tuhan untuk menolong. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Gbu


waktu

Waktu adalah……

Waktu adalah guru yang hebat
Waktu membuat kita banyak belajar…
Waktu membuat kita dewasa seiring masalah yang kita hadapi…
Waktu membuat kita lebih berhikmat karena pengalaman yang telah kita jalani…

Waktu adalah obat yang manjur
Waktu akan menghapuskan luka hati kita…
Waktu akan memudarkan kenangan pahit kita….
Waktu akan membantu menghilangkan kesedihan kita…

Waktu adalah sababat yang setia
Waktu tidak pernah meninggalkan kita, sedetikpun tidak…

Waktu selalu tepati janji
Waktu pasti datang dan tidak pernah terlambat….

Waktu sangat kreatif
Waktu akan membuat masa-masa santai begitu nikmat kaena ada masa-masa sibuk…

Waktu adalah pupuk yang subur..
Waktu akan membuat cinta bertambah erat bila di rawat…

Waktu adalah kunci
Waktu mampu membuat hal yang hebat bila berada di tangan yang tepat…
Dan waktu hanya akan menjadi barang rongsokan ketika di sia-siakan…
Dan tidak di sadari kehebatannya….

Sebegitu hebat dan berharganya waktu
Apakah tidak terlalu bodoh apabila kita melewatkan dan membiarkannya berlalu begitu, saja? Akan jadi apa kita nanti, tergantung dari bagaimana kita menghargai waktu yang ada dan yang telah dipercayakan pada kita…

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Amsal 90:12).

Kamis, 02 Oktober 2008

Penolakan Terhadap Yesus

Penolakan Terhadap Yesus Kristus
(Yesaya 53:1-2)

“Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada, sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”

Saudara, berbicara mengenai: “penolakan terhadap Kristus,” Kristus mengalami penolakan oleh sebagian orang sejak Dia datang ke dalam dunia ini (Mat 2:13). Di sisi yang lain, Kristus juga mengalami penolakan dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Tidak hanya mereka saya melaikan “sebagian” orang Yahudi lainnya pun menolak Yesus.

Berdasarkan Yesaya 53:1-2 ini, ada tiga alasan yang cukup menarik di dimana Yesus di tolak oleh Herodes, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi serta sebagaian orang Yahudi lainnya.

Yesus di tolak karena Ia nampak bagi manusia sebagai taruk, pengisap.
(Ayat 2: “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN…?)
Sedikit orang yang percaya kepada Yesus karena fakta ini. Berkenaan dengan hal ini, Dr. Gill berkata:
“Seperti taruk kecil, sepertinya kata ini menjelaskan tentang tunas yang bertumbuh dari akar atau cabang sebuah pohon… yang tidak diperhatikan atau tidak dipedulikan, atau juga sesuatu yang tidak diharapkan, dan gambaran ini mendenotasikan penampilan Kristus yang begitu [rendah] dan tidak menjanjikan pada saat [kelahiran]-Nya; dan inilah yang menjadi alasan mengapa orang-orang Yahudi pada umumnya tidak percaya, menolak dan menghina Dia.”
(John Gill, D.D., An Exposition of the Old Testament, The Baptist Standard Bearer, 1989 reprint, volume I, hal. 310-311).

Banyak orang menolak Yesus, karena Yesus dianggap rendah, tidak menjanjikan pada saat kelahiran-Nya.
“Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN… (Yesaya 53:2).
Ini berarti bahwa Kristus dilahirkan dan tumbuh “di hadapan” Allah Bapa, yang memperhatikan Dia dan menguatkan Dia. Namun Dr. Young berkata:
“Bagi manusia, bagaimanapun juga, hamba itu [Yesus] nampak sebagai suatu tunas... Manusia biasanya memotong tunas-tunas [yang tumbuh pada akar atau cabang pohon], karena tunas-tunas itu menghisap kehidupan dari pohon itu dan dalam pemandangan manusia itu harus dipangkas.” (Edward J. Young, Ph.D., The Book of Isaiah, William B. Eerdmans Publishing Company, 1972, volume 3, hal. 341-342).

Inilah yang merupakan alasan Herodes, para imam kepala, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang ingin menyingkirkan Yesus? Mereka berkata:
“Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita” (Yohanes 11:48).

Saudara, berdasarkan Yohanes 11:48 ini, orang-orang Yahudi, secara khusus ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi takut kehilangan umatnya. Yesus sebagai tunas. Manusia biasanya memotong tunas-tunas yang tumbuh pada akar atau cabang pohon, karena tunas-tunas itu menghisap kehidupan dari pohon itu dan dalam pemandangan manusia, tunas itu harus dipangkas. Bangsa Yahudi takut kehilangan identitas mereka, sebagai bangsa Yahudi, jika mereka percaya kepada Kristus. Sebagai “tunas,” tunas yang tumbuh pada akar atau cabang pohon, membuat mereka takut bila Yesus akan “menghisap kehidupan dari pohon” bangsa mereka. Ini adalah salah satu alasan dari kehidupan mereka. Dan tentunya ini bukan hanya sekedar alasan mereka saja, tetapi ini juga bisa menjadi alasan kita menolak Yesus di dalam kehidupan kita. Seringkali kita juga memiliki alasan yang “sama” dengan orang-orang Yahudi, mengapa kita menolak Yesus? Kita seringkali takut “kehilangan” sesuatu yang nampak bagi kita adalah sesuatu yang penting. Jika kita datang kepada Yesus dan percaya kepada Dia? Bukankah benar bahwa kita takut bila Yesus akan “mengambil kehidupan dari pohon itu,” bahwa Ia akan menyingkirkan sesuatu yang sangat penting bagi kita? Jika saya mengatakan kepada Anda bahwa Anda datang kepada Kristus tanpa kehilangan apa-apa, saya akan menjadi seorang pengkhotbah yang mengkhotbahkan doktrin yang palsu. Tentu ada harga yang harus dibayar untuk datang kepada Yesus! Dan hidup kitalah yang dibutuhkan untuk membayar itu! Harga yang harus di bayar itu dapat dilihat di dalam Mark 8:34-37.
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”

Saudara, berdasarkan Markus 8:34-37 ini cukup jelas, bahwa untuk datang kepada Kristus, kita harus menyangkal diri kita sendiri. Kita harus menyerahkan ide-ide kita sendiri, rencana-rencana, dan ambisi-ambisi kita sendiri. Kita hidup di dunia ini harus di kendalikan oleh Yesus. Kita tidak bisa mengatur hidup kita sesuai dengan keinginan kita sendiri. Kita hidup di atur oleh Kristus, segala kehendak dan keinginan kia harus kita serahkan kepada Dia, apakah itu sesuai dengan kehendaknya atau tidak. Itulah apa artinya percaya kepada Kristus. Kita percaya kepada Dia, bukan diri kita sendiri. Kita menyerahkan diri kita sendiri kepada Dia, bukan kepada pikiran-pikiran dan tujuan-tujuan kita sendiri. Kita “kehilangan” hidup kita sendiri oleh karena menyerahkannya kepada Kristus. Hanya ketika kita kehilangan kehidupan kita, dengan diserahkan kepada Kristus, maka hidup kita itu diselamatkan untuk selama-lamanya. Kita memiliki hidup yang kekal, kita memiliki surga.
Saudara, kata “taruk” di dalam Yesaya 53:1-2 ini, menjelaskan bahwa Kristus adalah pemberi hidup dalam pemandangan Allah. Namun Yesus adalah pengambil kehidupan dalam pemandangan manusia, dan oleh sebab itu banyak orang yang menolak Dia. Mereka tidak ingin Yesus “mengambil” kehidupan mereka! Mereka takut menyerahkan kehidupan mereka dan membiarkan Dia mengendalikan kehidupan mereka.
Saudara, yang ironisnya, hal ini seringkali terjadi di dalam kehidupan orang Kristen pada saat ini. Mereka takut kehilangan segala-galanya demi mengikut Yesus. Salah satu contoh kehidupan orang Kristen yang tidak mau diatur oleh Kristus yaitu mereka masih suka melakukan dosa, mereka hidup di dalam kehendaknya sendiri bukan berdasarkan kehendak Kristus. Ini adalah alasan yang pertama.

2. Kristus di tolak karena Ia nampak bagi manusia sebagai tunas dari tanah kering.
“Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering…”
(Ayat 2)

Saudara, berdasarkan ayat 2 ini, Kristus dipandang sebagai: “tunas dari tanah kering.” Berkenaan dengan hal ini, Dr. Young berkata:
“Tanah kering mengacu kepada keadaan miskin yang melatarbelakangi hamba [Kristus] itu. Ini menegaskan sifat dari keadaan-keadaan yang sangat menyedihkan yang dialami oleh hamba itu dalam hidupnya… Tunas dari tanah kering harus berjuang untuk mempertahankan hidupnya.”

Kata: “tanah kering” di dalam ayat 2 ini menunjuk kepada Nubuatan yang mengacu kepada kemiskinan yang ditunjukkan oleh keluarga Kristus pada saat dilahirkan. Ayah angkat-Nya yaitu Yusuf, dia hanyalah seorang tukang kayu. Ibu-Nya yaitu: Maria. Maria adalah seorang anak dara yang miskin. Yesus lahir dalam kandang dan dibesarkan dalam kemiskinan, (Mat 1:18-12; Luk 2:1-20). Ia melakukan pekerjaan-Nya semasa hidup-Nya di antara orang-orang miskin dan hina. Murid-murid-Nya hanyalah para penjala ikan. Ia ditolak oleh Raja Herodes, oleh gubernur Romawi, Pontius Pilatus, oleh para ahli Taurat yang terpelajar dan orang-orang Farisi. Mereka mencambuki Dia sampai setengah mati, dan kemudian mereka memaku tangan dan kaki-Nya di kayu salib. Mereka membaringkan tubuh-Nya yang telah hancur dan mati ke dalam kubur pinjaman. Seluruh kehidupan-Nya di bumi, penderitaan-Nya dan kematian-Nya, seluruh hidup-Nya adalah “seperti tunas dari tanah kering.” Namun, Puji Tuhan, Ia telah bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga, “sebagai tunas dari tanah kering”! Seperti taruk yang tiba-tiba tumbuh setelah hujan badai yang hebat, demikian juga Kristus bertunas, hidup dari kematian, “seperti tunas dari tanah kering.” Haleluya! Namun banyak orang tidak percaya kepada Dia. Mereka memandang Dia sebagai “penghisap kehidupan” dan “penyebab kematian orang Yahudi.” Dengan adanya hal ini, jelaslah kepada kita bahwa banyak orang menolak Yesus dari segi keberadaan diri Yesus sendiri dan keluarganya. Tentunya ini hanya sebagian alasan dalam kehidupan banyak orang untuk menolak Yesus. Ini adalah alasan yang kedua kenapa Yesus di tolak koleh orang banyak


Kristus di tolak karena Ia tidak tampan dan semarakpun tidak sehingga kita menginginkan-Nya.
Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya” (Ayat 2).

Sauadara, berdasarkan Yesaya 53:2 ini, Yesus Kristus: “tidak tampan dan tidak memiliki semarak.” Yesus Kristus tidak memiliki penampilan luar yang agung dan mulia. Berkaitan dengan hal ini Dr. Young menulis:
“Ketika kita melihat hamba itu [Kristus], kita tidak menemukan ketampanan yang kita harapkan itu ada pada-Nya. Penilaian kita, dengan kata lain, adalah bahwa dari penampilan luarnya ini adalah gambaran yang menyedihkan. Hamba itu [Kristus] tinggal di tengah-tengah umat-Nya, dan di balik penampilan fisik-Nya, mata iman seharusnya melihat kemuliaan yang sesungguhnya, namun ketika melihat penampilan luar-Nya, Israel tidak menemukan ketampanan yang menarik mata… penampilan hamba itu [Kristus] yang seperti itu, dinilai dari persfektif yang salah, orang akan sepenuhnya salah menilai Dia”.

Saudara, penampilan luar Yesus Kristus tidak memiliki ketampanan dan kemuliaan yang dapat menarik dunia. Ia tidak menawarkan hal-hal yang menarik bagi kebanyakan orang. Ia tidak menawarkan kesuksesan atau ketenaran atau uang atau kesenangan duniawi. Markus 8:34-37 menulis:
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”

Saudara, inilah yang di tawarkan Kristus kepada banyak orang, Kristus menawarkan penyangkalan diri. Kristus menawarkan kehilangan kontrol atas hidup dan tujuan hidupnya sendiri. Kristus menawarkan keselamatan jiwa, pengampunan dosa, dan hidup yang kekal. Ada hal-hal yang tidak dapat diukur, hal-hal yang tidak dapat disentuh atau dilihat dengan perasaan atau penglihatan kita sebagai manusia yaitu: “hal-hal yang bersifat rohani.” Oleh sebab itu Kristus ditolak oleh orang-orang yang mata rohaninya belum dibuka oleh Allah, karena: “manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (I Korintus 2:14). Namun saya ingin tahu, pada hari ini, apakah Allah mungkin sedang berbicara kepada hati Anda. Saya ingin tahu apakah Allah mungkin berkata kepada Anda: “Walaupun tidak ada ketampanan sehingga kita menginginkan-Nya, namun Aku sedang menarik kamu kepada Anak-Ku.” Sudahkah Anda merasakan itu di dalam hati Anda? Sudahkah Anda merasakan bahwa dunia menawarkan sesuatu yang tidak lebih dari sekedar kesenangan yang bersifat sementara saja atau kesuksesan sesaat? Sudahkah Anda memikirkan tentang jiwa Anda? Sudahkah Anda berpikir tentang kemana jiwa Anda menghabiskan kekekalan, jika Yesus tidak menyucikan dosa-dosa Anda dengan darah-Nya? Sudahkah Anda memikirkan semua hal ini merupakan masalah penting? Dan, jika Anda sudah memikirkannya, maukah Anda datang dengan iman kepada Dia yang “tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada, sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya” (Yesaya 53:2). Maukah Anda berlutut di hadapan Yesus dari Nazareth, dan percaya kepada Dia dengan segenap hati Anda? Saya berdoa agar Anda melakukannya. Jika Allah telah berbicara kepada hati Anda, dan Anda telah siap meninggalkan kemuliaan dan kesenangan dunia yang sesaat ini, dan jika Anda siap untuk menyerah kepada Yesus Kristus dan datang kepada Dia melalui iman, dan Anda ingin agar dosa-dosa Anda disucikan oleh Darah-Nya, terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juru selamat Anda. Saya berdoa kiranya Anda mau datang dan diselamatkan dengan iman di dalam sang Juruselamat yaitu Tuhan Yesus Kristus. Tuhan memberkati Anda.