Kamis, 28 Mei 2009

Alasan orang Kristen percaya kepada Injil

Yang diambil dari kitab Galatia 1:11-14 yang tertulis demikian:
“Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah Injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di dalam agama Yahudi aku jauh labih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku diantara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat-istiadat nenek moyangku.”

Kalau kita melihat di dalam Perjanjian Baru, secara khusus melihat kehidupan rasul-rasul Kristus Yesus seperti Stefanus, Paulus, Petrus, Yakobus, Yohanes, Matius, Lukas, Markus dan rasul-rasul yang lain. Serta orang-orang percaya di masa kini, mereka semua telah rela berjuang, berkorban untuk Injil. Berjuang dan berkorban dalam hal uang, tenaga, pikiran, waktu bahkan nyawa sekalipun, mereka korbankan untuk Injil. Bahkan banyak orang rela dianggap kafir, najis, haram, oleh karena percaya kepada Injil. Yang menjadi pertanyaannya, kenapa banyak orang percaya baik di masa lampau, maupun di masa kini telah rela berjuang untuk mempercayai Injil/Kristus sebagai kebenaran? Kenapa banyak orang-orang Kristen telah mempercayai Injil/Kristus di dalam kehidupan mereka? Kenapa banyak orang Kristen rela menderita demi Injil di dalam setiap hidupnya? Kenapa banyak orang Kristen mengorbankan nyawanya hanya karena mempercayai Injil? Berdasarkan ayat yang kita pelajari pada hari ini ada beberapa hal yang menyebabkan banyak orang Kristen begitu gigih mempercayai Injil. Alasan yang pertama, kenapa setiap orang Kristen begitu gigih mempercayai Injil yaitu “Injil yang dipercayai orang Kristen bukanlah Injil buatan manusia.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 11-12a yang tertulis demikian: “Sebab aku menegaskan kepadamu saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia.” Di dalam ayat ini Paulus menegaskan dan memberikan penjelasan kepada jemaat yang ada di Galatia. Bahwa Injil yang diberitakannya kepada mereka, bukanlah Injil buatan dirinya sendiri/bukan hasil pemikiran manusia. Injil yang diberitakan oleh Paulus bukanlah Injil yang ditambah-tambah, (seperti orang-orang Yahudi). Bahwa keselamatan yang dimiliki bukan karena melakukan hukum Taurat, melainkan karena iman kita kepada Tuhan Yesus. Cukup hanya karena iman kepada Yesus Kristus. Jadi jelas apa yang dipercayai oleh orang-orang percaya dimasa lalu dan di masa kini, Injil itu bukan buatan manusia/bukan hasil pemikiran manusia. Dengan adanya hal ini, kita sebagai orang Kristen di masa kini tidak ada dasar untuk meragukan keabsahan/kebenaran yang ada di dalam Injil itu sendiri. Suatu kekeliruan jika kita berkata/menganggap bahwa Injil yang kita percayai merupakan hasil pemikiran manusia. Kenapa dikatakan sebuah kekeliruan jika kita menganggap bahwa Injil yang kita percayai merupakan hasil pemikiran manusia? 2 Timotius 3:16 menulis demikian: “Segala tulisan yang diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Segala tulisan di dalam Injil/Alkitab diilhamkan oleh Allah. Dan hal ini bermanfaat bagi kita untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan kata lain, Injil memiliki fungsi yang luar bisa di dalam kehidupan kita. Injil sangat memberikan pengaruh di dalam kehidupan kita. Namun sangat disayangkan apabila banyak orang Kristen yang memiliki Alkitab/Injil tetapi tidak pernah dibaca! Di baca hanya pada saat ke gereja saja, itupun sampai di gereja Alkitab-nya tidak pernah dibuka. Cukup hanya mendengarkan khotbah pendeta!! Dan ini sering terjadi di dalam kehidupan orang Kristen. Alkitab dijadikan sebagai ajang rohani, supaya seseorang kelihatan lebih rohaniawan. Bagaimana seorang Kristen mau diajar, mau hidup di dalam kebenaran, sedangkan kebenaran itu sendiri tidak pernah dibaca dan dipelajari dengan baik. Tidak heran kalau orang-orang Kristen di masa kini, tingkat pengenalan dan pengetahuan terhadap firman Tuhan itu sangat minim! Dan ini merupakan sebuah keprihatinan kita semua sebagai orang yang percaya kepada Kristus.
Kita akan melihat alasan yang kedua dari orang Kristen mempercayai Injil. Alasan yang kedua, kenapa setiap orang Kristen begitu gigih mempercayai Injil yaitu “Injil yang dipercayai orang Kristen bersifat Ilahi.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 12b yang tertulis demikian: “dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.” Berdasarkan ayat 12b ini, Injil yang diterima oleh Paulus bukan injil manusia. Tetapi Injil yang berasal dari penyataan Yesus Kristus. Dengan kata lain, bahwa Injil yang diterima oleh Paulus, jemaat di Galatia dan kita semua, merupakan Injil yang bersifat Ilahi. Patut diingat bahwa Paulus mengenal Injil bukan karena diajarkan oleh manusia, melainkan Kristus sendiri yang telah mengajarkan kepadanya. Yesus telah menyatakan diri lewat pertobatannya (Bnd Kis 9:1-19). Jelas sekali, bahwa apa yang dipercayai oleh Paulus, apa yang dipercayai oleh orang-orang Kristen dimasa lalu dan di masa kini yaitu Injil itu bersifat Ilahi. Injil itu bukan hasil ciptaan atau pemikiran manusia/orang-orang Kristen. Bukan!! Melainkan Injil yang dipercayai itu merupakan penyataan Yesus Kristus. Injil itulah yang bersifat Ilahi. Ini yang menjadi alasan kenapa setiap orang Kristen rela mati, rela dianggap najis, kafir, haram, rela menderita. Karena yang dipercayai oleh setiap orang Kristen bukan Injil hasil ciptaan/pemikiran manusia, melainkan penyataan Yesus Kristus. Dengan memiliki kesadaran bahwa Injil yang kita percayai adalah Injil yang bersifiat Ilahi, maka hendaknya di dalam kehidupan kita, seharunya mempercayai Injil dengan sungguh-sungguh. Dengan memiliki keyakinan bahwa Injil yang kita percayai adalah Injil yang bersifat Ilahi, maka seharusnya kita tidak memiliki keraguan sedikitpun tentang Injil. Dengan memiliki kesadaran dan keyakinan bahwa Injil itu bersifat Ilahi, maka kita tidak sama sekali mempertanyakan tentang keabsyahan Injil, melainkan kita akan mempercayainya dengan sungguh-sungguh. Kita akan selalu setia mempercayai Injil secara terus-menerus, walaupun ada tantangan atau rintangan dan penderitaan. Dengan memiliki kesadaran dan keyakian bahwa Injil kita adalah Injil yang bersifat Ilahi, seharusnya kita memberitakan Injil dengan sungguh-sungguh kepada setiap orang yang belum mengenal kebenaran. Dengan memiliki kesadaran dan keyakinan bahwa Injil kita bersifat ilahi, maka sudah seharusnya kita memiliki kesungguhan/keseriusan untuk belajar secara terus menerus tentang Injil itu sendiri. Namun sangat disayangkan, apabila masih banyak diantara orang-orang Kristen yang mengaku percaya kepada Injil, namun hidupnya tidak sesuai dengan Injil. Masih banyak diantara kita yang tidak mempelajari secara serius mengenai Injil dan mempercayainya dengan sungguh-sungguh sebagai kebenaran yang sungguh-sungguh benar. Akibat orang-orang Kristen tidak memahami, tidak mempelajari dan mempercayai Injil dengan serius. Maka tidak heran jika kita menemukan orang-orang Kristen berbalik dari Kristus atau dari Injil itu sendiri. Karena mereka memiliki pemahaman yang dangkal mengenai Injil itu sendiri.
Bagaimana dengan kehidupan Anda sebagai orang Kristen, apakah Anda memiliki keraguan terhadap apa yang Anda percayai? Apakah Anda memiliki keraguan/meragukan Injil sebagai satu-satunya kebenaran di dunia ini? Jika ada diantara Anda yang sedang memiliki keraguan/meragukan Injil! Satu hal yang ingin saya katakan kepada Anda, bahwa Injil kita adalah Injil yang berisfat Ilahi. Injil yang berotoritaskan Ilahi dan kebenaranya tidak dapat diragukan oleh apapun dan siapapun dari zaman ke zaman. Percayailah itu sebagai satu-satunya kebenaran yang dapat menyelamatkan hidup kita dari api neraka. Pendengar yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang ketiga dari alasan kenapa setiap orang Kristen mempercayai Injil? Alasan yang ketiga, kenapa setiap orang Kristen mempercayai Injil yaitu “Injil Orang Kristen dapat merubah hidup seseorang.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 13-14 yang tertulis demikian: “Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di dalam agama Yahudi aku jauh labih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku diantara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat-istiadat nenek moyangku.” Kata “jemaat Allah” dalam teks asli Alkitab memakai kata tenekklesian tou theou memiliki arti “gereja secara universal”. Dengan kata lain, Paulus bukan hanya membinasakan beberapa jemaat lokal melainkan penghapusan agama Kristen dari atas muka bumi ini (Bnd Kis 7:58; Kis 8:3; Kis 9:1, 13—14). Ini yang menjadi latar belakang Paulus tanpa batas menganiaya orang percaya. Kita mengerti dan memahami bahwa Paulus merupakan seseorang yang fanatik yang tidak tanggung-tanggung dalam menjalankan agamanya. Paulus adalah orang yang memiliki fanatisme yang tinggi terhadap ajarannya (Kis 9:14). Paulus menganggap diri jauh lebih maju dari banyak teman-temannya yang sebaya dengan dia diantara bangsanya. Di sisi yang lain, Paulus sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangnya. Agama Yahudi pada hakekatnya mengajarkan bahwa kita harus bekerja sekuat-kuatnya untuk menerima kerajaan Allah sebagai upah. Untuk itulah tradisi dan peraturan tambahan yang disebutkan adat istiadat nenek moyang diberikan sebagai tafsiran dari hukum Allah, supaya setiap orang layak masuk ke dalam kerajaan Allah. Antara lain hukum Allah berkata: “kasihilah manusia seperti dirimu sendiri (Bnd Im 19:18).” Menurut hukum Yahudi, hukum itu harus diintepretasikan: “kasihilah sesamamu, tetapi bencilah musuhmu.” Dalam konsep berpikir seperti inilah, Paulus lebih maju dari banyak teman-teman yang sebaya dengan dia. Termasuk dalam hal ini, menganiaya orang-orang yang percaya kepada Injil pada waktu itu. Dengan melihat kenyataan seperti ini, tidak mungkin Paulus menerima penyataan Yesus Kristus pada waktu ia masih hidup dalam agama Yahudi. Karena agama itu berlawanan 180 derajat dengan penyataan Yesus Kristus. Hidup Paulus sebagai penganiaya jemaat membuktikan bahwa selama ia yakin bahwa agama Yahudi benar, tidak ada argumentasi dari manusia siapapun juga yang mampu menembusi benteng teologianya. Hanya Allah sendiri yang mampu mengubah pandangan Paulus. Pada waktu Paulus berjumpa secara pribadi dengan Yesus Kristus (Kis 9:1-19), dan Dia mempelajari Injil dan menjadi orang yang percaya kepada Kristus. Pada saat itulah hidupnya berubah, cara dan konsep berpikir Paulus berubah 180 derajat. Ini adalah bukti bahwa Injil telah mengubah hidup Paulus. Dan 180 derajat, Paulus berbalik dari hukum Taurat kepada Injil yang benar, dan dia mempercayainya dengan sungguh-sungguh. Dengan kata lain bahwa Injil itu sanggup mengubah perilaku seseorang. Injil sanggup mengubah konser berpikir yang keliru tentang Tuhan. Apakah hidup Anda, karakter Anda, cara berpikir/konsep berpikir Anda tentang Tuhan, tentang mengasihi sesama, tentang pengampunan dan lain sebagainya diubahkan? Jawabannya hanya ada di dalam Injil! Percayailah dan pelajarilah dengan serius, maka Anda akan mengalami perubahan dan pengenalan tentang Tuhan secara secara luar biasa. Hidup Anda akan diubah menjadi hidup yang berkualitas. Hidup tanpa dikuasai oleh dosa, hidup yang berkemenangan dari dosa. Percayailah Injil sepenuhnya di dalam kehidupan Anda.
Tuhan memberkati.

Rabu, 27 Mei 2009

Cinta yang terlarang

2 Samuel 13:1-5 yang tertulis demikian: “Sesudah itu terjadilah yang berikut Absalom bin Daud mempunyai seorang adik perempuan yang cantik, namanya tamar, dan Amnon bin Daud jatuh cinta kepadanya. Hati Amnon sangat tergoda, sehingga ia jatuh sakit karena Tamar, saudaranya itu. Sebab anak perempuan itu masih perawan dan menurut anggapan Amnon mustahil untuk melakukan sesuatu terhadap dia. Amnon mempunyai seorang sahabat bernama Yonadab, anak Simea kakak Daud. Yonadab itu seorang yang cerdik. Katanya kepada Amnon: “Hai anak raja, mengapa engkau demikian merana setiap pagi? Tidaklah lebih baik engkau memberitahukannya kepadaku? Kata Amnon kepadaku Aku cinta kepada Tamar, adik perempuan Absalom, Saudaraku itu. Lalu berkatalah Yonadab kepadanya: Berbaringlah di tempat tidurmu dan berbuat pura-pura sakit. Apabila ayahmu datang menengok engkau, maka engkau haruslah berkata kepadanya. Izinkanlah adikku Tamar datang memberi aku makan. Apabila ia menyediakan makanan di depan mataku, sehingga aku dapat melihatnya maka aku akan memakannya dari tangannya.”

Berdasarkan teks di atas, dijelaskan bahwa Amnon, anak Daud yang sulung ternyata jatuh cinta dengan saudaranya sendiri yaitu Tamar adik Absalom. Amnon memiliki nafsu birahi yang bertentangan dengan peraturan hukum Taurat yang melarang hubungan seks terhadap keluarga yang dekat. Ini tertulis di dalam Imamat 18:11 yang berkata demikian: “Mengenai aurat anak perempuan dari seorang isteri ayahmu, yang lahir pada ayahmu sendiri, janganlah kau singkapkan auratnya.” Menurut adat istiadat orang Israel, gadis-gadis dipisahkan dari kumpulan pria meskipun keluarganya sendiri. Mereka hanya dapat bertemu apabila ada saksi yang hadir. Itulah sebabnya Amnon yang tertarik dengan Tamar mengalami hambatan besar untuk dapat mendekati gadis itu untuk bercengkrama berduan, sehingga akibatnya ia jatuh sakit yaitu sakit rindu. Bertemu dengan Tamar merupakan sesuatu yang sulit bagi Amnon. Namun Yonadab sahabat Amnon menganjurkan supaya Amnon berpura-pura sakit. Ini dapat dilihat di dalam ayat 5 yang tertulis demikian: “Lalu berkatalah Yonadab kepadanya: Berbaringlah di tempat tidurmu dan berbuat pura-pura sakit. Apabila ayahmu datang menengok engkau, maka engkau haruslah berkata kepadanya. Izinkanlah adikku Tamar datang memberi aku makan. Apabila ia menyediakan makanan di depan mataku, sehingga aku dapat melihatnya maka aku akan memakannya dari tangannya.” Kalau kita melihat anjuran Yonadab, Amnon melakukannya dengan baik. Padahal anjuran ini bersifat negatif. Suatu anjuran yang berlaku munafik namun Amnon melakukannya. Amnon berbaring tidur dan membuat dirinya pura-pura sakit. Setelah itu Amnon bertindak supaya ayahnya yaitu Daud mengizinkan Tamar datang untuk membuat kue dihadapan matanya. Dengan berpikir bahwa adanya orang-orang yang akan menyertai Tamar, maka Daud mengiakan permintaan Amnon tanpa curiga. Lalu Amnon menggunakan siasat liciknya dan memperkosa Tamar adiknya. Dengan melakukan perkosaan terhadap Tamar, Amnon telah melanggar hukum Taurat. Demi nafsunya terlampiaskan Amnon rela memperkosa adiknya. Demi nafsunya, Amnon rela melangar hukum dan ketetapan-ketetapan Tuhan. Demi pementingan dirinya sendiri, dia rela mengabaikan firman Tuhan. Ini tertulis di dalam Imamat 18:6-9 yang tertulis demikian: “Siapapun di antaramu janganlah menghampiri seorang kerabatnya yang terdekat untuk menyingkapkan auratnya. Akulah TUHAN, janganlah kau singkapkan. Mengenai aurat saudaramu perempuan, anak ayahmu atau anak ibumu, baik yang lahir di mana ayahmu maupun yang lahir di luar, janganlah kau singkapkan auratnya.” Berdasarkan Imamat 18:6-9, kita melihat sangat jelas bahwa Amnon melanggar ketetapan dan peraturan-peraturan Tuhan. Ini adalah sebagian contoh dari banyak contoh. Bukan hanya dalam hal seks saja, tetapi di dalam hal yang lainpun, demi pementingan/pemuasan hasrat diri sendiri, mereka rela mengabaikan firman Tuhan. Dan hal ini tidak hanya terjadi di dalam kehidupan Amnon saja, tetapi hal itu sering kali terjadi di dalam kehidupan kita di masa kini. Banyak orang di masa kini, demi kepentingannya sendiri, rela melanggar ketetapan-ketetapan Tuhan. Banyak orang demi kepuasan hatinya sendiri rela melanggar firman Tuhan. Bahkan banyak diantara kita yang rela melakukan segala cara untuk kepentingan/pemuasan pribadi tanpa melihat itu baik atau tidak baik, berkenan atau tidak berkenan dihadapan Tuhan.

Saya ingin bertanya kepada Anda, bagaimana dengan kehidupan Anda saat ini? Apakah Anda sering bertindak melakukan hal-hal yang melanggar firman Tuhan dan merugikan orang lain demi kepentingan pribadi Anda? Kalau Anda hidupmu seperti itu, kembalilah kepada jalan yang benar/sesuai dengan kehendakNya.

Akibat cinta yang terlarang, yaitu “Cinta berubah menjadi benci.” Ini dapat dilihat di dalam 2 Samuel 13:15-17 yang tertulis demikian: “Kemudian timbulah kebencian yang sangat besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya. Lalu Amnon berkata kepadanya: Bangunlah, enyahlah! Lalu berkatalah gadis itu kepadanya: Tidak kakakku sebab menyuruh aku pergi adalah lebih jahat dari pada apa yang telah kaulakukan kepadaku tadi. Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan dia. Dipanggilnya orang muda yang melayani dia katanya: suruhlah perempuan ini pergi dari padaku dan kuncilah pintu dibelakangnya.”

Kalau kita melihat dan memperhatikan ayat ini, betapa cepatnya cinta Amnon berubah. Cinta yang menggebu-gebu, sekarang lenyap sama sekali, bahkan berbalik menjadi kebencian yang sangat besar. Dengan adanya kenyataan ini, jelaslah bahwa cinta Amnon kepada Tamar hanyalah cinta hawa nafsu, cinta birahi/cinta eros. Ada pepatah yang mengatakan “habis manis sepah dibuang,” dan itulah yang dilakukan oleh Amnon terhadap Tamar. Setelah ia memuaskan hawa nafsunya dia menyuruh Tamar untuk pergi meninggalkannya dan oleh karena Tamar enggan. Maka Amnon memerintahkan orang-orang muda yang melayaninya untuk menyeret Tamar keluar dari kamarnya. Suatu perbuatan yang benar-benar tidak etis, sebab dengan berbuat demikian, Amnon kembali melanggar peraturan hukum Taurat sebab hukum Taurat menuntut tanggung jawab terhadap setiap perbuatan umat-Nya. Ini dapat dilihat di dalam Keluaran 22:16-17 yang tertulis demikian: “Apabila seseorang membujuk seorang anak perawan yang belum bertunangan, dan tidur dengan dia, maka haruslah ia mengambilknya menjadi isterinya dengan membayar mas kawin. Jika ayah perempuan itu sungguh-sungguh menolak memberikannya kepadanya, maka ia harus juga membayar perak itu sepenuhnya sebanyk mas kawin anak perawan.” Ulangan 22:2-30 tertulis demikian: “Apabila seseorang bertemu dengan seorang gadis, yang masih perawan dan belum bertunangan, memaksa gadis itu tidur dengan dia, dan keduanya kedapatan, maka haruslah laki-laki yang sudah tidur dengan gadis itu memberikan lima puluh syikal perak kepada ayah gadis itu, dan gadis itu haruslah menjadi isterinya, sebab laki-laki itu, telah memperkosa dia, selama hidupnya tidak boleh lakilaki itu menyuruh dia pergi.” Jadi kalau diringkaskan, kesalahan Amnon ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu bersetubuh dengan keluarga dekat, tidak bertanggung jawab, menyuruh Tamar pergi bahkan dengan cara yang kasar. Ini adalah akibat dari cinta yang terlarang, cinta berubah menjadi benci.

Akibat yang pertama cinta yang terlarang yaitu: “Tamar menanggung noda.” Ini 2 Samuel 13:18-19 yang tertulis demikian: “Gadis itu memakai baju kurung yang maha indah, sebab demikianlah puteri-puteri raja yang masih perawan berpakaian baju kurung panjang. Kemudian pelayan itu menyuruh dia keluar, lalu mengunci pintu di belakangnya. Lalu Tamar menaruh abu di atas kepalanya, mengoyakan baju kurung yang maha indah yang dipakainya, meletakan tangannya di atas kepala dan pergilah ia sambil meratap dengan nyaring.”

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Tamar memanggung noda. Dia kehilangan keperawanannya akibat perlakuan Amnon kakaknya. Wanita yang cantik dinodai oleh seorang kakaknya. Ini merupakan kekejian di hadapan Tuhan. Seharusnya sebagai seorang kakak menjaga adiknya, namun Amnon gagal. Dia telah gagal menjadi seorang kakak yang baik, dia tidak bisa menjaga adiknya, melainkan dia merusak masa depan dan kehidupan adiknya. Dari sini kita belajar bagaimana hidup untuk saling menjaga, menolong, menghormati diantara anggota keluarga. Sudahkah Anda saling tolong menolong, menghormati antar angota keluarga!!

Cinta yang terlarang selalu membawa noda dan malu, milikilah cinta yang sejati jangan cinta yang terlarang!!.

Akibat yang kedua dari cinta yang terlarang yaitu “Cinta yang terlarang menimbulkan dendam.” Dendam ini dilakukan oleh Absalom kakaknya Tamar. Ini dapat dilihat di dalam 2 Samuel 13-22 yang tertulis demikian: “Bertanyalah Absalom, kakaknya, kepadanya: Apakah Amnon, kakakmu itu, bersetubuh dengan engkau? Maka sekarang, adikku, diamlah saja, bukankah ia kakakmu, janganlah begitu memikirkan perkara itu. Lalu Tamar tinggal di rumah Absalom, kakaknya itu seorang diri. Ketika segala perkara itu di dengar raja Daud sangat marahlah ia. Dan Absalom tidak berkata-kata dengan Amnon, baik tentang yang jahat maupun tentang yang baik, tetapi Absalom membenci Amon, sebab ia telah memperkosa Tamar, adiknya.”

Akibat cinta yang terlarang, Absalom kakak Tamar menaruh rasa dendam kepada Amnon yang telah memperkosa adiknya. Bahkan dengan jelas ayat firman Tuhan menjelaskan kepada kita, Absalom tidak berkata-kata tentang yang baik dan yang jahat. Kalau kita melihat orang yang berbuat salah/berbuat dosa firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk menegor orang yang berbuat salah. Namun Absalom tidak melakukan hal itu, melainkan menaruh rasa dendam kepada Amnon. Sehingga kalau kita memperhatikan dalam ayat-ayat sesudahnya Absalom membunuh Amnon (ayat 23-39). Seharusnya Absalom menasehati, menegur kesalaha Amnon, namun kakak kandung Tamar ini membunuh Amnon. Matius 1:15-17 tertulis demikian: “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.” Galatia 6:11 tertulis: “Saudara-saudara, kalau seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lembah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu sendiri juga jangan kena cobaan.” Ketika seseorang berbuat dosa, kejahatan/kesalahan maka kita harus menegurnya dengan hikmat. Suadara-saudara!! Dari kebenaran firman Tuhan hari ini, kita diajar untuk tidak memiliki cinta yang terlarang, seperti anggota keluarga melakukan hubungan seks, orang yang sudah menikah melakukan perzinahan dengan orang lain. Bahkan orang yang belum menikah melakukan perzinahan tanpa hukum pernikahan. Cinta yang terlarang selalu memiliki dampak yang negative bagi rumah tangga, keluarga menjadi berantakan daln lain sebagainya. Milikilah cinta, tetapi bukan cinta yang terlarang.

Tuhan memberkati Anda.

Standar hidup orang percaya (II)

Standar hidup orang percaya yaitu “Orang percaya harus berani menolak ajakan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan.” Ini dapat dilihat di dalam Daniel 3:14-15a yang tertulis demikian: “Berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: “Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai bagai jenis bunyi-bunyian sujudlah menyembah patung yang kubuat itu!

Ujian demi ujian terhadap iman bagi orang percaya, terus dialami untuk kemurnian iman dan pembentukan karakter yang semakin berkenan kepada Allah. Memasuki pasal ketiga dari kitab Daniel ini, kita dapat diperhadapkan kepada ujian iman yang baru. Yaitu soal penyembahan terhadap patung emas yang didirikan oleh raja Nebukadnezar (ayat1-16). Tidak ada catatan yang jelas dari Daniel, kapan peristiwa ini terjadi. Sadrakh, Mesakh dan Abednego, ketiga teman Daniel yang menjadi kepala wilayah di Babel, menghadapi tantangan iman dari orang di sekitarnya. Mereka dalam hidupnya mengambil keputusan untuk tidak ikut-ikutan menyembah patung emas raja yang didirikan oleh raja Nebukadnezar. Mereka jelas tahu bahwa yang patut menerima penyembahan mereka, hanyalah Allah Yahweh yang Mahakuasa pencipta langit dan bumi. Hanya Pencipta yang pantas disembah, bukan patung ciptaan tangan manusia. Keputusan untuk tidak menyembah patung yang didirikan oleh raja Nebukadnezar bukan merupakan keputusan yang mudah, melainkan tidak mudah dan tentunya sangat berbahaya, dan mengandung banyak resiko bagi mereka. Karena selain mereka (Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego) tinggal di wilayah Babel, mereka juga adalah tawanan yang mendapat belaskasihan raja, sehingga diangkat sebagai kepala wilayah. Sebagai orang yang bekerja di bawah raja Nebukadnezar, kini Sadrakh, Mesakh dan Abednego, harus memilih untuk tidak mentaati kehendak raja. Betul-betul suatu keputusan yang membahayakan bagi mereka. Keputusan Sadrakh, Mesakh dan Abednego untuk tidak menyembah patung emas raksasa itu, sangat beresiko tinggi. Namun mereka berani menolak ajakan dari raja Nebukadnezar untuk menyembah patung emas yang didirikan olehnya. Mereka dengan tegas menolak ajakan raja Nebukadnezar, karena mereka tahu bahwa hal itu tidak berkenan di hadapan Tuhan. Menyembah berhala merupakan sebuah penghinaan bagi Tuhan. Menyembah berhala merupakan tindakan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Menyembah berhala berarti melanggar hukum Tuhan. Ulangan 5:7-9 tertulis demikian: “Jangalan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku. Janganlah membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada dilangit di atas atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Janganlah sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.”

Sadrakh, Mesakh dan Abednego berani menolak hal-hal yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Mereka berani menolak hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan. Mereka berani menolak hal-hal yang mendatangkan dosa.

Bagaimana dengan Anda, ketika Anda diperhadapkan dengan suatu ajakan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan, seperti korupsi, mencuri, berzinah, berbuat jahat dan lain sebagainya. Beranikah Anda menolak ajakan-ajakan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan? Ataukah sebaliknya malah Anda kompromi dengan dosa, dan melakukan dosa? Upah dosa ialah maut/kematian. Dengan memiliki kesadaran bahwa upah dosa adalah maut/kematian. Harapan saya, kita semua berani menolak untuk tidak berbuat dosa! Harapan saya, kita semua dapat berkata tidak kepada hal yang tidak menyenangkan Tuhan. Harapan saya, kita semua berkata tidak, untuk tidak kompromi dengan dosa. Melaikan kita selalu berkata Ya untuk melakukan kehendak Tuhan. 1 Yohanes 2:17 tertulis “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” Standar hidup orang percaya adalah berani menolak ajakan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Inilah yang menjadi standar hidup kita sebagai orang percaya.

Standar hidup orang percaya yaitu “Orang percaya harus rela menderita demi mempertahankan kesetiaan imannya kepada Tuhan.”

Ini dapat dilihat di dalam ayat 15-16 yang tertulis demikian: “Sekarang jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai bagai jenis bunyi-bunyian sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah kamu akan dicampakan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakan yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku. Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Ayat 21 tertulis : “Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.”

Sadrak, Mesakh dan Abednego berani menderita demi kesetiaannya kepada Tuhan. Demi kesetiaannya kepada Tuhan, mereka rela di bakar hidup-hidup oleh raja Nebukadnezar diperapian yang menyala-nyala/yang dipanaskan sebanyak tujuh kali lipat (ayat 19). Demi kesetiaannya kepada Tuhan, mereka rela menderita bagi Tuhan. Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana jika kita sekarang ini, diperhadapkan dengan penderitaan karena Kristus? Akankah kita setia kepada Tuhan!! Akankah kita menerima semua penderitaan itu dengan penuh sukacita. Ataukah kita hanya ingin menerima yang baik saja dari Tuhan seperti berkat-berkat-Nya tanpa mau menderita bagi Tuhan. Saudara-saudara..!! Jangankan diperhadapkan dengan tantangan/penderitaan/penganiayaan!! Diperhadapkan dengan kesulitan hidup saja terkadang kita bersungut-sungut kepada Tuhan dan tidak setia kepada Tuhan. Banyak orang Kristen berpuluh-puluh tahun menganggap dirinya sebagai seorang anak Tuhan. Menganggap dirinya sebagai orang Kristen, namun mereka tidak memiliki kesetiaan kepada Allah. Sisa-sisa hidupnya hanya ditujukan kepada diri mereka sendiri. Mereka tidak mau menderita untuk kepentingan Tuhan. Jika ada diantara Anda yang sedang menderita karena Tuhan ingatlah bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Roma 8:18 tertulis: “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” 2 Korintus 4:17 tertulis demikian: “Sebab penderitaan yang ringan sekarang ini mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.”


Standar hidup orang Kristen yaitu “Selalu mempercayai Tuhan sekalipun Tuhan tidak menolong hidupnya.” Ini dapat dilihat di dalamm ayat 17-18 yang tertulis demikian: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu dan dari dalam tanganku, ya raja. Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”

Sadrakh, Mesakh dan Abednego, tidak mau menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar itu, maka dia marah. Tetapi mereka tetap setia dapat mempertahankan imannya kepada Allah. Ini merupakan keindahan dan keagungan iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka jelas tahu bahwa Allah mereka sanggup menyelamatkan mereka. Tetapi jikalau Allah menghendaki lain, bahwa mereka diizinkan Allah untuk mati syahid dalam dapur perapian itu mereka sudah siap. Demi kemuliaan Allah, iman mereka tidak goyah, penyerahan diri mereka tetap penuh, dan kesetiaan mereka tetap abadi. Dengan kata lain, Sadrakh, Mesakh dan Abednego telah siap menerima dan berani menanggung resiko karena imannya kepada Tuhan. Dan bahaya apapun, bahkan bila perlu mati dibakar hidup-hidup, demi mempertahankan iman mereka kepada Allah Yahweh. Mereka tidak akan pernah tunduk dan menyembah kepada allah atau dewa apapun. Tuhan menolong atau tidak menolong, mereka tetap setia kepada Tuhan. Ini terlihat dengan adanya kalimat: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu dan dari dalam tanganku, ya raja. Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Dengan kata lain, sekalipun Tuhan tidak menolong Sadrak, Mesakh dan Abednego mereka tetapi setia kepada Tuhan. Sekalipun Tuhan tidak melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala, kepercayaan dan kesetiaan mereka kepada Tuhan tidak pudar! Kalau kita coba membandingkan dengan kehidupan Ayub. Ayub juga memiliki kesetiaan yang sama dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Ayub 1:9-10 tertulis demikian: “Maka berkatalah isterinya kepadanya: masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah! Tetapi jawab Ayub kepadanya: Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.”

Berbicara mengenai kesetiaan kepada Tuhan, marilah kita selalu belajar dari tokoh-tokoh Alkitab. Marilah kita selalu belajar dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Mengikuti Tuhan sekalipun Tuhan tidak menolong kita. Mengikuti Tuhan sekalipun doa-doa kita belum di jawab Tuhan!! Mengikuti Tuhan sekalipun banyak tantangan! Inilah yang menjadi standar hidup kita sebagai orang percaya yaitu tetap mempercayai Tuhan sekalipun harus diperhadapkan dengan penderitaan dan kesulitan hidup. Selalu mempercayai Tuhan sekalipun Tuhan tidak memberkati kita. Dan ini adalah sebuah kehidupan yang luar biasa di Tuhan. Kalau kita memiliki standar hidup seperti itu, maka Tuhan akan memberkati kita, Dia bangga dengan kehidupan kita sebagai anak-anak-Nya. Tuhan memberkati Anda.

Standar hidup orang percaya

Daniel 1:6-8 yang tertulis demikian: “Diantara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda yakni Daniel, Hanaya, Misael dan Azarya. Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Asarya dinamainya Abednego. Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja, dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tidak usah menajiskan dirinya.”

Standar hidup orang Kristen yaitu “Dapat menjaga jati diri/identitas diri sebagai orang percaya.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 6-7 yang tertulis demikian: ““Diantara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda yakni Daniel, Hanaya, Misael dan Azarya. Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Asarya dinamainya Abednego.”

Dalam ayat-ayat sebelumnya yaitu ayat 3-5 di sini dijelaskan mengenai perintah Raja Nebukadnezar kepada Aspenas, kepala istananya untuk memilih anak-anak muda yang unggul dari orang Israel. Dengan tujuan untuk dididik menjadi orang yang cakap bekerja dalam istana raja. Untuk dapat bekerja di istana raja Nebukadnezar ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh orang yang mau bekerja tersebut. Syarat-syaratnya yaitu anak muda tersebut harus yang terbaik, harus keturunan raja atau bangsawan, umurnya harus masih muda. Secara fisik: anak muda tersebut tidak bercela, sempurna dan berperawakan baik/cakap. Secara intelegensi, orang yang memahami berbagai hikmat, berpengetahuan banyak dan memahami berbagai ilmu. Mereka didik untuk belajar tulisan dan bahasa orang Kasdim (ayat 4). Istilah “tulisan” di dalam ayat 4 berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu, kesusasteraan, resep obat, ilmu pengobatan, rumus-rumus ilmiah, matematika, astronomi, ilmu doa, mantera, dan ilmu-ilmu lainnya. Dari anak-anak muda unggulan itu yang terpilih yaitu Daniel dan ketiga temannya yaitu: Hanaya, Misael dan Azarya (ayat 6). Nama-nama mereka berakhiran El atau akhiran Ya yang memiliki arti “Allah yang Mahakuasa.” Di dalam ayat 7, nama mereka diganti menjadi nama orang Babel. Daniel diganti namanya menjadi Beltsazar. Hanaya diganti namanya menjadi Sadrakh. Misael diganti namanya menjadi Mesakh, sedangkan Azarya diganti namanya menjadi Abednego. Nama Beltsazar merupakan nama dewa Babel yaitu Belet, isteri dewa Marduk. Abednego memiliki arti “hamba Nebo atau Nebu,” salah satu dewa Babel juga. Sedangkan nama Sadrakh dan Mesakh yang diberakhiran “akh” merupakan singkatan nama dewa bulan di Babel yaitu “dewa Aku.”

Tentu saja penggantian nama yang dilakukan oleh pemimpin pegawai istana raja Nebukadnezar memiliki tujuan. Pemberian nama ini bertujuan agar memudahkan Daniel dan kawan-kawannya Sadrak, Mesakh dan Abednego supaya tidak merasa asing walaupun diam di negeri asing. Di sisi yang lain Daniel, Hanaya (Sadrak) dan Misael (Mesakh), Azarya (Abednego) supaya kehilangan identitas Yahudinya yang merupakan negeri asalnya. Kehilangan kebudayaannya dan Tuhannya dan sekaligus mengabdikan diri kepada dewa Babel. Dengan kata lain penggantian nama itu memiliki tujuan supaya kehilangan identitas dirinya sebagai umat Allah. Tetapi kalau kita melihat ayat-ayat sesudahnya dari teks yang kita pelajari hari ini. Mereka masih menggunakan nama asli mereka (Dan 1:19, 21, Dan 2:14, 16, 19 dst). Hal ini, menunjukkan bahwa Daniel dan teman-temannya tetap/dapat mempertahankan identitasnya/jati-dirinya sebagai umat Allah, walaupun berada di negeri asing. Di negeri asing, ditempat orang lain memang tiak mudah bagi mereka untuk mempertahakan jati diri/identitas diri sebagai seorang anak Tuhan/umat pilihan Allah. Pasti Daniel dengan teman-temannya mendapat tantangan dan rintangan, namun dengan kesemuanya itu mereka mampu menjaga identitas dirinya/jati dirinya dengan baik. Ini adalah standar hidup orang percaya, dimana setiap orang percaya harus mampu menjaga/mempertahankan jati dirinya sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Pengaruh dari bangsa asing seperti pergantian nama, lokasi, dan lain-lain tidak seharusnya menghilangkan identitas, karakter, kebudayaan, iman dan kesetiaan kita kepada Tuhan. Tetapi sebalikanya harus menjadi tantangan atau batu lompatan untuk lebih giat menyatakan kemuliaan dan kebesaran Tuhan. Jangan sampai sebagai anak Tuhan, kita kehilangan identitas diri dalam hidup dengan Allah.

Jagalah identitas dirimu /jati dirimu sebaagi seorang anak Tuhan!!


Daniel 1:6-8 yang tertulis demikian: “Diantara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda yakni Daniel, Hanaya, Misael dan Azarya. Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Asarya dinamainya Abednego. Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja, dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tidak usah menajiskan dirinya.”

Standar hidup orang Kristen yaitu “Setiap orang percaya dapat menjadi kekudusan hidup/tidak kompromi dengan dosa.” Ini dapat dilihat di dalam ayat yang ke delapan yang tertulis demikian: “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja, dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tidak usah menajiskan dirinya.”

Untuk pertumbuhan fisik yang kuat dan sehat, raja Nebukadnezar menetapkan agar Daniel dan kawan-kawannya setiap hari disediakan “pelabur.” Kata “pelabur” dalam bahasa Ibraninya yaitu pat bag yang memiliki arti “makanan dan minuman anggur yang disediakan bagi raja.” Istilah “pelabur” ini hanya muncul dalam Daniel 1:5. Daniel 1:5 tertulis demikian: “Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya.” Pelabur merupakan istilah yang berakar dari bahasa Persia yang memiliki arti “pemberian kehormatan dari meja makan raja.” Di pandang dari segi tujuan, ini memang baik bagi Daniel dan kawan-kawannya. Yaitu supaya Daniel dan teman-temannya lebih sehat dan kuat, khususnya dalam masa pendidikan selama tiga tahun sebelum melayani raja. Memang kelihatannya tidak ada masalah apa-apa, namun ditinjau dari sudut iman, ternyata bukanlah hal yang mudah. Bagi Daniel dan kawan-kawannya, tawaran iti merupakan tantangan iman yang serius. Karena dengan memakan makanan yang disiapkan raja, maka mereka telah menajiskan diri mereka dihadapan Tuhan. Ini dapat dilihat dari ayat 8 yang tertulis demikian: “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tidak usah menajiskan dirinya.”

Daniel dan teman-temannya berkeyakinan bahwa dengan memakan makanan dari meja raja atau minum anggurnya, sama dengan “menajiskan diri” mereka. Mengapa demikian? Berkaitan dengan hal ini, ada beberapa alasan. Alasan yang pertama, daging biasa yang dimakan oleh raja adalah daging babi dan kuda. Juga beberapa binatang lain yang bagi orang Yahudi adalah binatang “haram.” Selain itu orang Babel juga makan darah segar binatang yang dicurahkan ke atas daging, sebelum dimasak. Sedangkan bagi orang Israel, mereka tidak diperbolehkan untuk makan lemak dan darah. Ini dapat dilihat di dalam Imamat 3:17 yang tertulis demikian: “Inilah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun temurun di segala tempat kediamanmu: janganlah sekali-kali kamu makan lemak dan darah.” Imamat 17:10-14 tertulis demikian:
“Setiap orang dari bangsa Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, yang makan darah apapun juga, Aku sendiri akan menetang dia dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya. Karena nyawa mahluk ada di dalam darahnya dan aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa. Itulah sebabnya aku berfirman kepada orang Israel: Seorangpun diantaramu janganlah makan darah. Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah. Setiap orang dari orang Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu yang menangkap dalam perburuan seekor binatang atau burung yang boleh dimana, haruslah mencurahkan darahnya dan menimbunnya dengan tanah. Karena darah itulah nyawa segala mahluk. Sebab itu Aku telah berfirman kepada orang Israel. Darah mahluk apapun janganlah kamu makan karena darah itulah nyawa segala mahluk; setiap orang yang memakannya haruslah dilenyapkan.”

Bagi Daniel dengan kawan-kawannya jika mereka makan makanan raja, hal tersebut sama dengan melanggar hukum Taurat Tuhan. Ini adalah alasan yang pertama. Sedangkan alasan yang kedua, sebenarnya bagi orang Yahudi, anggur bukanlah minuman haram kecuali Daniel dan kawan-kawannya adalah para “nazir” yang telah bernazar untuk tidak minum anggur. Di sini ada kemungkinan Daniel dan teman-temannya menolak minuman anggur yang merupakan paket dari pelabur santapan raja. Sedangkan alasan yang ketiga yaitu, makanan dan minuman raja dipersembahkan terlebih dahulu kepada dewa Babel, sebagai pengakuan dan keilahian sang dewa dan dengan keyakinan agar sang dewa berkenan kepada orang yang memakannya. Yang keempat, penerimaan makanan itu juga sebagai simbol perjanjian bahwa mereka akan mengikatkan diri dan taat sepenuhnya terhadap raja Nebukadnezar. Hal ini sama dengan mentuhankan sang raja. Namun apapun alasannya, jelas sekali Daniel tidak mau memakannya karena hal itu merupakan hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Sebab itu dia meminta kepada kepala istana raja Nebukadnezar agar mereka memperbolehkan untuk tidak makan makanan dan minuman anggur dari meja raja melainkan makan sayu-sayuran.

Memang tidak mudah bagi Daniel untuk tidak menajiskan diri dengan memakan makanan yang disiapkan raja Nebukadnezar. Karena resikonya sangat tinggi sekali. Jika Daniel dan teman-temannya menolak makanan raja Nebukadnezar, berarti sama dengan menolak raja; dan akibatnya dianggap salah, dan akan menerima hukuman berat. Daniel dan teman-temannya akan kehilangan kesempatan untuk menjadi pejabat tinggi raja. Namun iman Daniel dan kawan-kawannya melampaui semua ketakutan, kekuatiran dan kebingungan. Dengan pasti mereka mengambil keputusan untuk tetap setia kepada Tuhan, apapun resikonya. Daniel dan teman-temannya tidak mau kompromi dengan dosa, mereka tidak mau mengecewakan Tuhan. Daniel dan teman-temannya dapat menjaga kekudusan hidup mereka dihadapan sesama dan Tuhan.

Jagalah hidupmu dengan penuh kekudusan, inilah standar hidup kita dihadapan Tuhan dan sesama.

Tuhan memberkati!!!