Kamis, 27 Agustus 2009

Kehidupan Naomi (II)

Kitab Rut 1-4.

Hal positif yang pertama dari kehidupan Naomi yang dapat dipelajari oleh kita yaitu: “Naomi adalah orang yang cantik, menyenangkan dan menggembirakan.” Hal ini terlihat dari arti kata “Naomi” yang memiliki arti: “menyenangkan, cantik, menggembirakan.” Naomi merupakan orang yang menyenangkan bagi banyak orang, di mana ketika dia kembali dari Moab ke Betlehem, dia disambut oleh orang-orang yang berada di Betlehem. Ini dapat dilihat di dalam Rut 2:19 yang tertulis demikian: “Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: “Naomikah itu?” Pada waktu Naomi tinggal di Moab, kurang lebih mereka berada di sana sekitar sepuluh tahun. Namun dalam jangka waktu 10 tahun ini, dia masih dikenal oleh orang-orang yang ada di Betlehem. Bahkan Rut 1:19 menunjukan kepada kita seluruh masyarakat di kota Betlehem menjadi gempar dengan kedatangannya. Ini menunjukan bahwa Naomi merupakan orang yang dikenal dam memiliki kepribadian yang cantik dan menyenangkan. Memiliki kepribadian yang menyenangkan ini dapat di rasakan oleh Rut, sebagai angota keluarganya. Kalau kita memperhatikan kitab Rut secara keseluruhan, apapun yang diperintahkan oleh Naomi, Rut selalu menurutinya, tanpa bantahan. Hal ini jelas bahwa Naomi memiliki kepribadian yang menarik dan menyenangkan bagi setiap orang.

Dari sini kita dapat belajar bahwa untuk menjadi anak Tuhan maka kita harus memiliki kepribadian yang menyenangkan bagi setiap orang. Menyenangkan bagi anggota keluarga kita dan orang-orang yang berada di sekeliling kita. Sebagai seorang anak harus memiliki kepribadian yang sangat menyenangkan bagi kedua orang tua. Sebagai orang tua, kita dituntut untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan bagi anggota keluarga kita. Dimanapun kita berada bagi itu di sekolah, ditempat kerja, dilingkungan masyarakat umum marilah kita memili kepribadian yang menyenangkan bagi banyak orang. Sehingga melalui hal itu kita dapat menjadi berkat bagi orang lain. Apalagi kita adalah orang yang sudah di tebus oleh Kristus, kita memiliki mandat Tuhan untuk menjadi garam dan terang dunia. Kita dituntut Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Milikilah dan jadilah pribadi yang menyenangkan sesama.

Kita akan melihat hal positif kedua dari kehidupan Naomi yang dapat kita pelajari yaitu: “Naomi adalah mertua yang suka memberikan kebebasan untuk memilih dan tidak memaksakan kehendak. Ini terbukti dengan adanya Orpa pulang ke Moab dan Rut mengikuti Naomi pulang ke Yehuda.” Ini dapat dilihat di dalam Rut 1:11-15 yang tertulis demikian:
“Tetapi Naomi berkata: “Pulanglah anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk kujadikan suamimu nanti? Pulanglah, anak-anakku, pergilah sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki. Masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu?” Sebab tangan Tuhan teracung terhadap aku?” Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu dengan minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya. Berkatalah Naomi: Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu.”

Kalau kita melihat Rut 1:11-15 ini, di dalam ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Naomi menyuruh pulang menantu-menantunya yaitu Orpa dan Rut kepada bangsanya dan kepada allahnya. Orpa akhirnya pulang ke bangsanya dan kepada allahnya yaitu allah dan bangsa Moab. Sedangkan disisi yang lain yaitu Rut, dia tidak mau pulang ke bangsa Moab dan allahnya, melainkan dia mengikuti Naomi pulang ke Yehuda dan percaya kepada Allah Yahweh. Di sini menunjukan bahwa Naomi adalah seorang yang memberikan kebebasan kepada para menantunya. Dia tidak memaksakan kehendak kepada kedua menantunya untuk ikut dengan dirinya ke Betlehem. Naomi bukanlah orang yang suka memaksakan kehendak demi kepentingan dirinya sendiri. Kita tahu bahwa Naomi adalah seorang janda, yang tidak memiliki anak. Untuk kehidupan sehari-harinya dia harus bekerja mencukupi kebutuhannya. Bisa saja Naomi berkata kepada Orpa dan Rut, jangan pulang, bersamalah dengan saya, kasihanilah saya, saya sendirian, saya tidak bisa bekerja. Naomi bisa berkata seperti itu, namun dia tidak memaksakan kepada para menantunya.

Yang seringkali terjadi di dalam kehidupan kita, orang tua seringkali memaksakan kehendaknya kepada ank-anaknya/anggota keluarganya. Contohnya dalam studi: anaknya memiliki minat studi tehnik, orang tuanya menganjurkan untuk mengambil pakultas kedokteran. Dan akhirnya anaknya kuliah mengambil pakultas kedokteran karena kehendak orang tua. Ini merupakan masalah yang dianggap sepele, dan akhirnya memiliki dampak yang besar. Marilah kita belajar dari Naomi untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain termasuk dalam anggota keluarga kita.

Kita akan melihat hal positif yang ketiga dari kehidupan Naomi yaitu: “Naomi memiliki sifat pengasih dan penyayang terhadap anggota keluarganya secara khusus cucunya.” Ini dapat dilihat di dalam Rut 4:16 yang tertulis demikian: “Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakannya pada pangkuannya dan dialah yang mengasuhnya.” Naomi adalah orang yang sangat mengasihi keluarganya, termasuk cucunya. Sebagai seorang mertua, Naomi merasa bahagia mendapatkan cucu dari Rut dan Boas. Ketika anak Rut lahir, Naomi mengambil anak itu dalam meletakannya pada pangkuannya, bahkan lebih dari itu dikatakan bahwa dia yang mengasuhnya. Kasih sayang Naomi kepada anggota keluarganya sangat luar biasa.

Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah Anda sangat mengasihi dan menyangi anggota keluarga Anda. Banyak di masa kini, keluarga-keluarga Kristen yang hidupnya berantakan. Relasi isteri dengan suami tidak baik, relasi orang tua dengan anak tidak baik. Relasi menantu dengan mertua tidak baik. Jika Anda diantara Anda yang memiliki kehidupan seperti itu, mari belajarlah dari kehidupan Naomi. Milikilah hati kasih kepada anggota keluarga.

Kita akan melihat hal yang positif yang keempat dari kehidupan Naomi yaitu: “Dari semua kepahitan hidup yang dialami, Naomi memiliki hati yang tegar, dan menang dalam menghadapi persoalan hidup. Lebih dari itu, Naomi menjadi orang yang berbahagia.” Setelah saya mempelajari kehidupan Naomi dari Rut 1-4, ketika dia diperhadapkan dengan kesulitan-kesulitan hidup, saya tidak menemukan bahwa Naomi menjadi orang yang lemah, menjadi orang yang patah semangat. Alkitab tidak mencatat demikian. Namun sebaliknya Naomi dalam menjalani kesulitan hidupnya, dia begitu tegar, tenang, tidak kuatir, melainkan dia berharap sepenuhnya kepada pemeliharaan Tuhan. Disinilah kita belajar, ketika kita diperhadapkan dengan kesulitan, kesusahan dan banyak pergumulan hidup, marilah kita memiliki sikap tenang, tidak kuatir, tegar dalam menghadapi situasi apapun sambil berusaha dan mempercayai pemeliharaan Tuhan.

Tuhan memberkati.

Kehidupan Naomi (I)

(Rut 1-4)
Asal usul atau latar belakang Naomi serta masalah yang dihadapi olehnya.” (Rut 1:1-6). “Naomi” memiliki arti: “menyenangkan, cantik, menggembirakan.” Naomi merupakan orang Efrata dari Betlehem Yehuda. Suaminya bernama Elimelekh. Naomi dikaruniai oleh Tuhan dua orang anak yaitu Mahlon dan Kilyon. Sedangkan menantunya bernama Orpa dan Rut. Keluarga Naomi pada waktu itu diperhadapkan dengan sebuah persoalan, dimana pada waktu itu daerahnya yaitu Betlehem, sedang terjadi kelaparan. Kelaparan ini ada kemungkinan disebabkan oleh adanya kekacauan pada zaman para Hakim. Contohnya serbuan bangsa Midian pada zaman Gideon sangat merusak hasil bumi dan ternak. Dengan adanya bencana kelaparan yang terjadi di Betlehem ini, akhirnya Naomi bersama dengan suaminya: Elimelekh dan anak-anaknya: Mahlon dan Kilyon, memutuskan untuk pergi ke daerah Moab yang merupakan penduduk asing. Moab berpusat di dataran tinggi sebelah timur Laut Mati, Moab di huni oleh keturunan Lot (Kej 19:37). Meskipun bangsa Moab yang tidak terkenal ramah, tidak di serang oleh Israel ketika mereka kembali ke tanah perjanjian setelah ke luar dari Mesir. Mereka tidak diterima dalam persekutuan orang Israel (Ul 23:3-4). Hal ini, dikarenakan mereka menyembah Kamos, dewa yang rupanya menuntut manusia sebagai korban persembahan. Bangsa Moab kadang-kadang di sebut bangsa Kamos (Bil 21:29). Pada masa awal zaman hakim-hakim, Eglon, raja Moab menyerbu bangsa Israel dan memperbudak bangsa Israel selama 18 tahun (Hak 3:12-30).

Dengan melihat keadaan Moab seperti ini, maka Naomi dan Elimelekh sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, bukan sesuatu yang mudah pindah ke tempat itu dan berada di tempat itu. Banyak tantangan dan persoalan yang harus dihadapi oleh mereka. Dan yang paling mengenaskan dari kehidupan rumah tangga Naomi. Pada saat Naomi berada di Moab, suami dan anak-anaknya meninggal dunia. Dengan adanya masalah seperti kelaparan, hidup dinegeri orang asing yang tidak takut akan Tuhan dan suami serta anak-anaknya telah meninggal, maka Naomi sebagai ibu rumah tangga harus menghidupi kehidupannya dan kedua menantunya yaitu Orpa dan Rut. Begitu berat penderitaan hidup yang dialami oleh Naomi.

Dari penderitaan-penderitaan dan kesusahan-kesusahan hidup yang dialami oleh Naomi ada hal-hal positif yang bisa kita pelajari dari kehidupan Naomi.

Hal-hal positif yang bisa kita pelajari dari kehidupan Naomi, yang pertama yaitu: “Naomi adalah seorang yang hidup di dalam takut akan Tuhan.” Kalau kita memperhatikan kitab Rut, kita akan menemukan bahwa Naomi sebagai seorang ibu rumah tangga yang memiliki status janda, dalam kesusahannya dan penderitaan hidupnya, dia telah hidup di dalam takut akan Tuhan. Ini terbukti bahwa dalam segala sesuatunya, Naomi selalu memberkati menantu-menantunya dengan membawa nama Tuhan. Ini dapat dilihat di dalam Rut 1:8-9 yang tertulis demikian: “Berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: “Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.” Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras.” Rut 2:19-20 tertulis: “Maka berkatalah mertuanya kepadanya: “Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau ini!” Lalu diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: “Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini adalah Boas.” Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati.” Lagi kata Naomi kepadanya: Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.”

Ayat-ayat di atas menunjukan kepada kita bahwa Naomi adalah seorang yang takut akan Tuhan, dia adalah seorang yang suka memberkati kehidupan orang lain. Dengan adanya persoalan dan kesusahan hidup yang dialaminya, Naomi hidup di dalam takut akan Tuhan, dan dia selalu memberkati dan mendoakan orang lain. Naomi sanggup menjaga integritas dirinya sebagai orang Yehuda, umat Allah yang takut akan Tuhan. Walaupun banyak persoalan dan penderitaan hidup, dia terus berpegang teguh dan hidup di dalam takut akan Tuhan

Bagaimana dengan kehidupan kita? Ketika kita diperhadapkan dengan persoalan dan pergumulan, serta kesulitan-kesulitan hidup, akankah kita hidup di dalam takut akan Tuhan? Terkadang dengan banyak persoalan dan kesulitan-kesulitan hidup yang menimpa kepada kita, kita tidak hidup di dalam takut akan Tuhan. Melainkan kita selalu berkata-kata yang “aral,” kata-kata yang keluar dari mulut kita bukanlah kata-kata yang memberkati melainkan kata-kata yang melemahkan, mengutuk dan mengecewakan orang lain. Banyak orang pada masa kini, ketika diperhadapkan dengan persoalan dan kesulitan-kesulitan hidup, untuk mencukupi segala kebutuhannya banyak orang melakukan segala macam cara seperti mencuri, membunuh dan lain sebagainya. Kenapa hal ini terjadi di dalam kehidupan seseorang, karena rasa takut akan Tuhan tidak ada di dalam hidupnya. Yang dipikirkan adalah hanya sekedar bagaimana bisa mencukupi kebutuhannya.

Pada hari ini, marilah kita belajar dari kehidupan Naomi, walaupun banyak persoalan dan pergumulan dalam hidupnya, namun dia mampu memberkati dan mendoakan orang lain. Dia mampu hidup di dalam takut akan Tuhan. Dia mampu menjaga integritasnya sebagai bangsa yang takut akan Tuhan. Persoalan dan pergumulan serta kesulitan hidup boleh datang kepada kita. Namun satu hal dengan persoalan dan pergumulan itu kita tidak boleh hidup di luar jalur Tuhan. Kita harus hidup di dalam takut akan Tuhan. Kita selalu berdoa dan memberkati kehidupan orang lain. Sehingga ketika hidup seperti ini, walaupun dalam keadaan susah kita dapat menjadi berkat bagi kehidupan orang lain.

Hal positif yang kedua yang bisa kita pelajari dari kehidupan Naomi yaitu: “Naomi memiliki komunikasi yang baik bagi keluarganya, secara khusus bagi menantunya yaitu Orpa dan Rut.” Ini dapat dilihat di dalam Rut 1:11-13 yang tertulis demikian:
“Tetapi Naomi berkata: “Pulanglah anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk kujadikan suamimu nanti? Pulanglah, anak-anakku, pergilah sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki. Masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu?” Sebab tangan Tuhan teracung terhadap aku?”

Ketika Anda membaca ayat ini, apa yang ada dibenak/dipikiran Anda? Bagi saya ayat ini menunjukkan bahwa Naomi sebagai mertua memiliki komunikasi yang baik dengan menantunya. Naomi memiliki relasi yang baik dengan kedua menantunya yaitu Orpa dan Rut. Walaupun kondisi waktu itu Naomi sedang diperhadapkan dengan kesengsaraan yang dialami oleh-nya dan oleh menantunya, namun tidak membuat keluarga ini menjadi keluarga yang berantakan atau broken home. Melainkan Naomi sebagai mertua memiliki relasi yang baik dengan kedua menantunya. Setiap persoalan dan pergumulannya, apa yang ada di dalam lubuk hati Naomi dikemukakan oleh Naomi kepada menantu-menantunya. Naomi tidak mau melihat kedua menantunya ikut-ikutan sengsara oleh karena situasi atau keadaan dirinya. Dengan adanya hal ini, Naomi mengungkapkan perasaan hatinya yang terdalam kepada menantunya dengan berkata: “Pulanglah anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk kujadikan suamimu nanti? Pulanglah, anak-anakku, pergilah sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami.” Naomi menyuruh pulang kedua menantunya kepada bangsanya, karena di dalam dirinya tidak ada harapan. Naomi tidak mau melihat hidup mereka sengsara dan mengalami kesulitan yang luar biasa. Disinilah letak komunikasi dan relasi begitu nyata di dalam kehidupan Naomi dan menantu-menantunya.

Yang menjadi pertanyaannya adalah ketika kita diperhadapkan dengan kesulitan, kesusahan dan penderitaan hidup, masihkah kita dapat menjaga relasi yang baik dengan keluarga? Masihkah kita memiliki komunikasi yang baik dengan anggota keluarga Anda? Atau kah sebaliknya dengan banyak persoalan dan pergumulan dan kesulitan hidup, Anda dan anggota keluarga Anda saling menyalahkan satu sama lain. Sehingga pada akhirnya, keluarga Anda dengan saudara-saudara Anda saling bermusuhan. Ketika kita diperhadapkan dengan banyak cobaan hidup, disitulah kita seharusnya secara khusus dalam anggota keluarga untuk saling mendukung, memberikan motivasi untuk bangkit dari persoalan dan kesulitan hidup itu. Ketika diperhadapkan dengan kesulitan hidup, anggota keluarga dituntut untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah-masalah hidup, mencari jalan keluar secara bersama-sama. Anggota keluarga wajib bersatu, saling menolong dan mendukung. Niscaya dengan adanya hal ini, ketika kita diperhadapkan dengan persoalan hidup ada sukacita yang luar biasa, ada kebersamaan yang luar biasa di dalam kehidupan kita. Hiduplah dan milikilah relasi yang baik dengan sesama anggota keluarga.

Tuhan memberkati.

Selasa, 18 Agustus 2009

Perumpamaan Kantong Lama dan Baru

Fasal ini dalam Matius 9:14-17 merupakan suatu fasal yang sangat penting di dalam pengajaran Tuhan Yesus. Kepentingannya dapat dilihat dari kenyataan bahwa fasal ini diulang-ulangi di dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. Mari kita membaca fasal ini:

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."

Di sini kita melihat bahwa beberapa dari murid-murid Yohanes datang kepada murid-murid Tuhan Yesus dan berkata, "Mengapa kami berpuasa, dan orang Farisi juga berpuasa, tetapi kamu tidak berpuasa?" Tuhan Yesus menjawab, "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?"

Berpuasa mengungkapkan dukacita karena dosa. Berpuasa juga berguna untuk mendisiplinkan diri terhadap dosa - yaitu, untuk melawan dosa di dalam kehidupan kita. Berpuasa itu sangat berguna, tetapi tidak pada waktu Tuhan Yesus sedang bersekutu dengan murid-murid-Nya. Tuhan Yesus berkata, "Tetapi waktunya akan datang mempelai itu (Tuhan Yesus sendiri) diambil dari mereka (murid-murid-Nya) dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa." Dengan kata lain, Ia berkata, "Waktunya akan datang apabila Aku tidak lagi bersama mereka secara jasmani, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa."

Kemudian Ia melanjutkan untuk berkata, "Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Kain yang baru belum pernah susut, karena itu apabila ditambalkan pada baju yang lama, kain yang baru itu akan susut dan mengoyakkan yang lama. Begitu pula anda tidak menuangkan anggur baru ke dalam kantong yang lama karena anggur yang baru meragi dan berkembang." Anda harus menyimpan anggur yang baru ke dalam kantong yang baru karena kantong yang baru masih segar dan lembut, dan masih dapat berkembang. Pada waktu itu, mereka tidak menggunakan botol. Mereka menggunakan kulit binatang untuk menyimpan air dan anggur. Karena itu apabila anggur yang baru, yang masih berkembang tatkala meragi, diisikan ke dalam kantong kulit yang baru, semuanya baik-baik saja. Tetapi jika anda menyimpan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, yang telah menjadi keras dan tidak lagi fleksibel, apabila anggur yang baru itu mengembang, ia akan menghancurkan kantong kulit itu."

Pertama anda akan bertanya: mengapa suatu saat Tuhan berbicara tentang mempelai dan saat berikutnya berbicara tentang kain dan anggur? Apa hubungannya satu dengan yang lain? Yesus menggunakan bahasa kiasan tetapi apa pertaliannya satu dengan yang lain?
Saya selalu kagum akan pengajaran Tuhan. Sebagaimana anda tahu, dua hal yang tidak bisa kekurangan di dalam upacara perkawinan adalah baju baru dan anggur baru. Anda tidak mengharapkan mempelai laki-laki atau mempelai perempuan untuk datang ke perkawinan dengan pakaian lama yang ditambal di sana sini. Pada setiap perkawinan, pasti ada anggur, yang mengungkapkan rasa sukacita. Anda pasti masih ingat, pada upacara perkawinan yang pertama kali dihadiri oleh Tuhan Yesus di Kana, mereka kekurangan anggur, dan Tuhan Yesus menyediakan anggur baru untuk mereka apabila Ia mengubah air menjadi anggur.

Kalian yang pernah membaca buku tentang kebangkitan rohani di Indonesia tahu bahwa Tuhan Yesus masih melakukan hal-hal seperti itu kalau perlu. Anda harus ingat bahwa Tuhan Yesus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. Pada waktu kebangkitan rohani di Indonesia, ribuan orang datang kepada Tuhan, dan mereka dibaptiskan di dalam laut, dan begitu mereka ingin mengadakan Perjamuan Kudus. Dapatkah anda bayangkan lima atau enam ribu orang mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus? Anda membutuhkan roti yang banyak sekali, meskipun setiap orang hanya mengambil sepotong yang kecil. Bagaimana dengan anggur? Di Indonesia, tidak ada tempat untuk mendapatkan anggur merah. Dari mana anggur merah yang mewakili darah Kristus itu harus datang? Dari mana mereka mendapatkan anggur merah? Jadi mereka berkata, "Nah, kita akan mengadakan Perjamuan Kudus sekarang, tetapi kita tidak bisa makan roti dan minum air putih saja. Tetapi dari mana kita mendapatkan anggur?"

Maka mereka berkumpul bersama dan berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, apa yang harus kami lakukan?" Salah seorang dari mereka yang memiliki karunia bernubuat berkata, "Penuhkan kendi-kendi itu dengan air." Lalu mereka berdoa selama setengah jam, dan apabila mereka menuangkan airnya keluar, mereka mendapati anggur yang keluar. Air telah berubah menjadi anggur merah. Hal ini terjadi bukan sekali, atau dua kali atau tiga kali, tetapi saya percaya pada waktu laporan itu ditulis, hal itu sudah terjadi lebih dari sepuluh kali. Buku itu ditulis oleh seorang Jerman yang agak skeptis tentang kejadian-kejadian semacam ini, sebagaimana kebiasaannya orang Jerman. Tetapi sesudah ia menyaksikan kejadian-kejadian ini, ia menjadi malu dan direndahkan, karena ia melihat dengan matanya sendiri. Yesus memang tetap sama hari ini.

Tetapi pelajaran apa yang dapat ditarik dari peristiwa air berubah menjadi anggur ini? Memang benar, tujuannya untuk menyediakan anggur bagi orang-orang ini pada Perjamuan Kudus, tetapi lebih penting adalah pelajaran bahwa Tuhan Yesuslah yang mengubah kita. Itulah sebabnya di dalam firman Tuhan, selalu disebutkan tentang anggur baru. Mengapa anggur baru? Mengapa baju baru? Kuasa - itulah intinya. Proses meragi digunakan untuk menunjukkan kepada kita kuasa Injil. Untuk mengubah sesuatu, anda membutuhkan kuasa.

Kain yang lama menunjuk kepada apa? Rasul Paulus berkata di Efesus 4:22 dan beberapa tempat yang lain bahwa kita harus menanggalkan pakaian yang lama (yang melambangkan kehidupan yang lama) dan mengenakan yang baru (yaitu, mengenakan Kristus). Dengan kata lain, menjadi seorang Kristen bukan berarti menambalkan beberapa cerita Injil kepada manusia lama itu; bukan berarti menambahkan sedikit iman kepada karakter dan sifat anda yang lama itu. Menjadi seorang Kristen berarti suatu perubahan yang menyeluruh dimana anda menanggalkan yang lama dan mengenakan manusia yang baru. Justru itulah yang dimaksudkan Paulus dalam 2 Korintus 5:15-17, menjadi seorang Kristen berarti menjadi suatu ciptaan baru. Menjadi seorang Kristen bukan menambahkan sedikit agama kepada manusia lama, tetapi menjadi manusia yang baru. Melalui manusia baru inilah kemuliaan dan kuasa Tuhan Yesus diperlihatkan.

Yang mana lebih menakjubkan - mengubah air menjadi anggur, atau mengubah seorang berdosa menjadi seorang kudus? Menurut saya kedua-duanya mengherankan tetapi menurut saya mengubah seorang berdosa menjadi seorang kudus jauh lebih berarti. Perubahan air menjadi anggur dimaksudkan untuk mengacu kepada perkara yang jauh lebih berarti dan lebih penting itu, yaitu perubahan seluruh karakter dan kehidupan kita.

Beberapa Orang Hanya Menghendaki Agama Untuk Merasa Bagus Dan AmanJika anda telah mengalami kuasa Tuhan Yesus yang mengubah kehidupan anda, anda sedang dalam perjalanan untuk mengenal Dia. Menjadi seorang Kristen tidak berarti menambahkan sedikit agama ke dalam kehidupan anda. Barangkali anda berkata, "Nah, kehidupanku tidak sempurna. Aku merasa sedikit kosong; aku ada satu lubang kecil di sini dan satu lubang di sana, karena itu aku akan mengambil sedikit Kekristenan dan menambal lubang-lubang itu." Tuhan Yesus berkata, "Jangan melakukan itu. Jika kamu melakukan itu, kamu akan bertambah buruk pada akhirnya. Kamu akan bertambah buruk. Keadaan kamu yang terakhir akan lebih buruk dari keadaan yang semula." Cobalah, dan anda akan tahu bahwa kata-kata Tuhan ini adalah benar. Mereka adalah orang-orang yang sesudah mendengar Injil, memilih apa yang mereka suka dan menolak apa yang mereka tidak suka. Mereka mengambil secarik Injil yang mereka sukai dan mereka berkata, "Aku suka yang ini tetapi aku tidak suka bagian tentang komitmen total itu. Aku tidak suka yang itu. Sedikit agama itu baik untuk aku tetapi jangan terlalu banyak. Jika aku terlalu beragama, aku akan menjadi fanatik. Nah, aku tidak mau menjadi fanatik!"

Saya sudah mendengar banyak orang yang berkata, "Adalah baik kalau ke gereja sekali seminggu." Bagaimana kalau dua kali seminggu? "Ah tidak, dua kali terlalu banyak." Atau, anda mendengar seorang pendeta berkata, "Ambillah sedikit, bagus untuk kamu. Jangan ambil terlalu banyak. Itu tidak bagus untuk kamu." Apakah anda menerima segala sesuatu yang dikatakan Yesus? Karena itu, gereja dipenuhi dengan pengemis. Jika anda melihat seseorang memakai pakaian yang ditambal di sana sini, apa yang anda pikirkan? Seorang pengemis! Entah pakaian anda berlubang-lubang entah ditambal-tambal, bagaimanapun anda seorang pengemis. Dan gereja penuh dengan pengemis. Mereka itu orang-orang yang datang ke gereja dan berkata, "Bagian ini aku suka; aku akan menerima yang ini. Bagian yang lain itu terlalu banyak, terlalu keras untukku; aku tidak dapat menahannya. Aku cukup menambal di sini saja."

Ada Yang Bahkan Bermegah Karena Iman Mereka Yang Tambal SulamAda juga yang sangat bermegah karena pakaian mereka yang tambal sulam itu. Mereka berkata itulah gaya yang paling baru. Umpamanya apabila anda pergi ke toko-toko pakaian, anda akan menemukan beberapa jaket dan celana panjang yang ditambal di sana sini, dan mereka jauh lebih mahal dari yang tak ditambal-tambal. Pernah sekali saya bertanya kepada pelayan toko, "Mengapa pakaian ini ditambal-tambal? Mengapa begitu mahal? Dan di bawah, benang-benangnya sudah keluar dari hujung celana itu. Bagaimana kamu bisa menjual barang-loak ini lebih mahal dari yang baru?" Jawabannya ialah, "Ini bukan barang-loak; ini baru." Lalu saya bertanya, "Mengapa ditambal-tambal?" Ia berkata, "Itulah gaya paling baru." Lalu saya bertanya, "Mengapa lebih mahal sedangkan sudah ditambal-tambal?" Ia berkata, "Nah, kamu harus membayar tenaga kerjanya. Tenaga kerja sangat mahal pada masa sekarang. Jauh lebih banyak tenaga kerja dibutuhkan untuk menjahit potongan-potongan kain itu kembali. Sesudah kamu menjahit mereka kembali, kamu harus mengoyak setiap benang itu dengan tangan supaya kelihatan koyak."

Dunia ini benar-benar sudah terbalik. Anda harus membayar lebih untuk kain buruk daripada pakaian yang bagus. Anda harus membayar toko-toko itu untuk mengoyak-goyakkan celana anda. Tetapi terdapat begitu banyak orang Kristen di dalam gereja yang berbangga karena iman mereka yang tambal sulam itu. Mereka bahkan berpikir ia tampak cantik. Dan kadang-kadang mereka merasakan bahwa celana mereka belum cukup kotor, lalu mereka menggosok-gosoknya supaya mereka tampak lebih kotor. Mereka pikir celana mereka tampak lebih bagus begitu.
Jangan Memetik Dan MemilihKalau anda ingin menjadi seorang Kristen yang sejati, janganlah memetik dan memilih bagian Injil yang sesuai dengan selera anda. Pada permulaannya, barangkali anda berpikir celana anda tampak bagus; anda menyukai tambalan itu. Akan tetapi apabila hujan turun, anda akan mengalami masalah. Tambalan itu kelihatan bagus sehingga hujan turun. Apabila celana anda mulai kering, apa terjadi kepada tambalan itu? Kain yang belum susut itu akan mulai susut dan mencabik-cabik anda. Itulah sebabnya mengapa terdapat begitu banyak korban di dalam gereja masa kini. Banyak orang pergi ke gereja yang suka memetik dan memilih apa yang ingin mereka dengar, dan dalam masa dua atau tiga tahun, mereka menjadi bingung dan dicabik-cabik secara rohani.

Anda harus memilih antara mengenakan seluruh pakaian keselamatan atau tidak mengenakannya sama sekali. Alasannya karena terdapat kuasa di dalam Injil - bahkan secarik kecil yang anda keluarkan mempunyai kuasa. Kuasa itu cukup untuk membinasakan, dan membuat manusia lama anda sengsara. Orang Kristen 'satu-suku atau tiga-suku' semacam ini akan merasa tidak nyaman sebelum terlalu lama. Saya pernah melihat beberapa orang yang melakukan hal seperti ini dan mereka sedang menuai hasilnya. Pada tahap itu, kadang-kadang sangat sulit untuk menolong mereka lagi. Injil sangat berkuasa dan sebaiknya anda jangan bermain-main dengannya. Sekalipun anda mengambil sedikit darinya dan berkata, "Sedikit ini tidak akan menyakiti aku. Jika aku mengambil terlalu banyak, aku akan menjadi seorang fanatik. Aku akan mengambil secarik yang kecil ini; tidak mungkin menyakiti aku." Biar saya katakan kepada anda, Injil sangat berkuasa. Secarik yang kecil itu akan menyebabkan anda merasa sangat tidak nyaman. Jadi Tuhan Yesus berkata, "Kamu tidak bisa menerima keselamatan yang Aku berikan sedikit demi sedikit. Kamu menerima semuanya, kamu mengambil seluruhnya, atau jangan mengambil apa-apa sama sekali."

Prinsip yang sama berlaku untuk kantong kulit itu. Ada banyak ayat-ayat Perjanjian Lama mengenai pakaian yang melambangkan kehidupan manusia. Ayat-ayat itu termasuk Yesaya 50:9, 51:8, 61:10 dan Mazmur 102:26. Dalam ayat-ayat ini, pakaian (atau baju) mewakili kehidupan manusia.

Dari ayat-ayat ini, saya ingin menunjukkan kepada anda bahwa seringkali apabila anda mempelajari pengajaran Tuhan dan tidak mengertinya, itu karena anda tidak mengerti Perjanjian Lama. Prinsipnya ialah: Jika anda menemukan sesuatu yang tidak anda mengerti, carilah di dalam Perjanjian Lama dan hal itu akan dijelaskan kepada anda di situ. Jika anda tidak mengerti apa yang diwakili oleh pakaian atau kantong kulit, maka carilah di dalam Perjanjian Lama dan di situ anda akan menemukan penjelasannya.

Dalam Ayub 32:19, kita mendapati bahwa hati manusia digambarkan sebagai kantong kulit: Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat jalan hawa, seperti kirbat baru (atau, kantong kulit) yang akan meletup. Dalam Mazmur 119:83, pemazmur menggambarkan dirinya seperti kirbat (atau, kantong kulit) yang diasapi. Dalam Yeremia 13:12, penduduk Yerusalem dibandingkan dengan kantong kulit.

Anda tidak bisa mengambil anggur baru Injil dan diisikan ke dalam kehidupan anda yang lama karena anggur baru itu berkuasa; apabila ia mengembang, ia akan meletupkan seluruh kehidupan yang lama. Injil akan mengoyak habis kehidupan anda yang lama. Kehidupan yang lama dan Injil tidak dapat berjalan bersama-sama. Dengan kata lain, anda tidak dapat hidup di dalam dosa dan masih percaya kepada Injil. Tidak akan berhasil. Anda tidak dapat menjalankan suatu kehidupan yang mementingkan diri, yang sombong, yang egois dan masih berharap untuk percaya kepada Injil. Mereka tidak sepadan. Hanya apabila anda siap untuk berkata, "Tuhan, ubahlah aku sepenuhnya. Aku akan menanggalkan dosa-dosaku; aku akan menanggalkan kehidupanku yang lama." Hanya sesudah itu anda dapat menerima anggur baru Injil.

Apabila saya memberitakan Injil, saya tidak berbicara tentang agama; saya berbicara tentang kuasa Allah. Saya tidak meminta anda untuk lebih giat beragama. Saya juga tidak meminta anda memeluk suatu agama atau menjadi saleh dan kudus di luar. Injil ialah kuasa Allah yang menyelamatkan. Anda tidak dapat menyelamatkan diri anda, tetapi Allah dapat menyelamatkan anda. Sesudah anda mengalami kuasa-Nya, anda akan mengerti apa yang sedang kita bicarakan.
Di dalam Alkitab, pakaian baru melambangkan sukacita. Di Negeri Cina, pada perayaan Imlek, kami semua mengenakan pakaian baru. Semua anak-anak kecil memakai pakaian baru. Mereka tidak banyak berlari kiri kanan karena takut mengotorkan pakaian baru mereka. Itulah satu-satunya waktu mereka berkelakuan baik. Dan mengapa mereka begitu bersukacita? Karena itu adalah Tahun Baru Cina!

Anggur juga melambangkan sukacita di dalam Alkitab. Tatkala Roh Kudus masuk ke dalam kehidupan anda, anda akan mengenal apa itu sukacita. Sebelum saya mengenal Tuhan, saya tidak pernah mengetahui apa itu sukacita. Saya tidak mengerti apa itu sukacita. Setiap hari saya bertanya, "Apa artinya kehidupan ini? Begitu tidak berarti!" Sepanjang masa kanak-kanak saya, saya dibesarkan di tengah-tengah penderitaan. Kenangan pertama tentang masa kanak-kanak saya di Negeri Cina adalah peperangan - peperangan antara Jepang dan Cina. Terjadinya begitu banyak penderitaan. Banyak keluarga dipisahkan. Bapa saya meninggalkan kami untuk melawan orang Jepang. Ibu saya dan saya menangis ketika kami melihatnya masuk medan pertempuran, tanpa mengetahui apakah kami akan melihatnya lagi, atau entah kapan kami akan melihatnya lagi. Ternyata saat ia kembali, saya tidak dapat mengenalnya lagi karena saya terlalu muda saat ia pergi. Lima tahun adalah waktu yang lama. Saya tidak pernah menikmati kehidupan kekeluargaan karena peperangan itu.
Kemudian, tidak lama sesudah berakhirnya Perang Jepang, terjadi pula perang saudara di Negeri Cina - kali ini pihak Nationalist berperang melawan pihak Komunis. Sekali lagi terjadinya kesengsaraan di mana-mana. Tidak cukup makanan, tidak cukup segala sesuatu. Setiap hari anda melihat pengungsi di jalan-jalan, dan mereka sedang menderita. Banyak kali saya melihat mayat-mayat terlantar di mana-mana - entah terbunuh dalam perang entah membunuh diri karena tidak tahan lagi. Saya dibesarkan dalam peperangan, dan jika anda bertanya kepada saya, "Apa itu sukacita?" Saya tidak tahu. Saya tidak ada gambaran sama sekali.

Salah satu kesan yang paling mendalam dalam benak saya adalah pada waktu saya berdiri diluar apartemen dan melihat pesawat-pesawat datang. Saya melihat bom-bom dijatuhkan di depan mata saya dan membunuh tiga ribu jiwa - tiga ribu jiwa yang telah begitu banyak menderita, tiga ribu jiwa yang tidak tahu apa-apa tentang peperangan itu. Semua yang mereka maukan adalah suatu kehidupan yang tenteram. Jika anda bertanya kepada saya, "Ada apa yang memberikan kebahagiaan?" Saya tidak dapat menjawab anda. Apakah artinya kehidupan ini? Mengapa kita perlu saling membunuh? Mengapa orang-orang malang yang tidak cukup makan ini harus dibom sampai mati? Kalau tidak mati, mereka menjadi pincang atau buta. Tidak cukup susahkah untuk menjalani kehidupan ini apa adanya?

Kali pertama saya mengerti apa yang menyebabkan semua kekacauan ini adalah pada saat saya mengerti Injil oleh anugerah Tuhan. Dosalah yang menyebabkan manusia berkelakuan seperti ini. Dunia ini tidak akan menjadi lebih baik sehingga dosa disingkirkan. Tetapi dosa begitu berkuasa. Bagaimana mungkin kita dapat melawan dosa? Kita semua adalah hamba-hamba dosa, dan ini termasuk pemimpin-pemimpin dunia ini. Bagaimana mungkin mereka dapat menyeret diri mereka keluar dari dosa? Anda bisa duduk di PBB dan merundingkan cara-cara untuk memecahkan masalah-masalah dunia ini tetapi anda tidak dapat memecahkan persoalan dosa! Itulah sebabnya mengapa akan selalu ada peperangan di dunia ini selama masih ada manusia. Itulah sebabnya mengapa setiap hari ada perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan. Hal-hal ini akan terus terjadi selama masih ada manusia. Dan sehingga kita manusia diselamatkan dari dosa, dan menjadi manusia baru oleh kuasa Allah, tidak ada apa-apa yang akan berubah. Hanya kuasa Allah dapat mengubah kejahatan di dalam manusia.
Saya tidak mengerti mengapa beberapa orang mengatakan hal-hal yang buruk tentang apa yang saya ajarkan dari Firman Allah. Mereka menuduh saya memberitakan keselamatan oleh perbuatan. Allah menjadi saksi saya - kapan saya mengajarkan hal seperti itu? Bagaimana anda dapat menyelamatkan diri anda dari dosa oleh perbuatan? Tidak mungkin anda dapat berbuat seperti itu. Tidak ada orang waras yang akan memberitakan Injil seperti itu. Itu bukan Injil namanya. Hanya kuasa Allah yang dapat menyelamatkan kita. Saya merayu kepada setiap orang untuk mengalami kuasa Tuhan Yesus, Penyelamat kita. Lalu anda akan mengenal kemuliaan Tuhan yang telah kita bicarakan selama ini. Itulah langkah yang pertama. Tanpa langkah yang pertama itu, anda tidak akan pernah mengenal apa-apa lagi tentang Dia.

Kemudian anda akan mengalami sukacita anggur yang baru. Anda bisa tersenyum di dalam badai. Apakah anda takut akan sesuatu? Saya tidak takut akan suatu apapun karena Tuhan saya adalah Tuhan langit dan bumi. Anda akan mengenal sukacita karena pakaian baru itu, pakaian keselamatan yang Allah berikan cuma-cuma kepada anda karena anda tidak mampu membelinya sendiri. Ia memberikan secara cuma-cuma anggur baru itu. Anda tidak dapat menghasilkan anggur itu sendiri. Lalu anda akan mengalami apa itu sukacita.

Kristus adalah Mutiara

Matius 13:45-46 tertulis: “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Kalau kita memperhatikan Matius 13:45-46, Tuhan Yesus pada waktu itu berada di Galilea. Dalam mengajar kepada para murid dan orang Yahudi, Yesus selalu menggunakan perumpamaan kepada mereka. Salah satu diantaranya yaitu perumpamaan mengenai seorang pedagang yang mencari mutiara. Kalau kita melihat Matius 13:45-46 ini, seorang pedagang yang mencari mutira ini merupakan seorang pedagang yang sangat kaya. Pada zaman Yesus dan para Rasul, mutiara merupakan barang yang sangat diminati oleh para pedagang. Pedagang-pedagang harus pergi ke Laut Merah, Teluk Persia dan juga ke India untuk mendapatkan mutiara-mutiara. Mutiara yang rendah mutunya berasal dari Laut Merah, sedangkan mutiara yang berasal dari Teluk Persia, pesisir Srilangka dan India adalah mutiara yang memiliki mutu yang bagus. Pedagang yang digambarkan oleh Yesus dalam Matius 13:45-46 ini sedang mencari mutiara yang baik. Kita tidak mengetahui berapa jauh dia telah mengadakan perjalanan, tetapi pada hari yang di tentukan dia menemukan sebuah mutiara yang instimewa, yang bernilai besar. Bagi dia, penemuan ini merupakan sebuah kesempatan di dalam kehidupannya. Lalu pedagang ini menjual seluruh miliknya untuk membeli mutiara tersebut.

Yang menjadi pertanyaannya adalah siapa yang dimaksud dengan “mutiara” di dalam Matius 13:45-46 ini? Kata “mutiara” ditulis di dalam Perjanjian Baru hanya dua kali. Matius 13:45-46 merupakan kali kedua kata “mutiara” ini di tulis. Sedangkan kata “mutiara” yang muncul pertama kali yaitu di dalam Matius 7:6 yang tertulis demikian: "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."

Yang pertama, yang bisa kita lihat di dalam Matius 7:6, kata “mutiara” dipasang sejajar dengan kata “barang yang kudus.” Kata “kudus” dengan kata “mutiara” berdiri sejajar, sama halnya dengan kata “anjing dab babi.” Kesejajaran akan hal ini sering kita temui di dalam kitab Amsal dan kitab Mazmur. Jadi ketika Yesus berbicara mengenai mutiara, pada dasarnya, Dia sedang berbicara mengenai sesuatu yang kudus.

Hal yang kedua, yang dapat ditarik di dalam paralelisme atau kesejajaran ini yaitu barang yang kudus itu harus di kenali, sama halnya dengan nilai mutiara yang harus di kenali dan diketahui. Kita tahu bahwa anjing/babi tidak dapat membedakan barang yang kudus dengan barang yang najis. Mereka hanya bisa membedakan mana makanan dan mana yang bukan makanan. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan melemparkan mutiara kepada babi.” Jadi intinya adalah bahwa mutiara, sebagaimana barang yang kudus, harus di kenali, nilainya harus dipahami. Ketika Tuhan Yesus berbicara mengenai mutiara, Dia sedang berbiara mengenai sesuatu yang kudus yang menunjuk kepada sesuatu yang rohani. Di mana sesuatu yang rohani memerlukan pemahaman atau pengenalan. 1 Korintus 2:14 tertulis: “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.” Dari semua ini, kita memahami bahwa “mutiara” merupakan gambaran dari sesuatu yang kudus, yang rohani dan hanya manusia rohani yang dapat mengenalinya.

Yang ketiga, yang dapat kita lihat dari Matius 7:6 ini, ada kata “mutiaramu.” Mutiara itu adalah sesuatu yang dapat kita miliki, dapat dijadikan milik kita.

Di dalam Perjanjian Lama, yang sering di tekankan untuk dicari seperti “mutiara,” salah satunya adalah “hikmat.” Mutiara menunjuk kepada hikmat. Amsal 3:13-15 tertulis demikian: “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya.” Amsal 3:13-15 memberikan pernyataan kepada kita bahwa “hikmat atau kepandaian” lebih berharga ketimbang emas atau permata. Lebih berharga ketimbang apapun yang kita inginkan di dalam kehidupan kita. “Hikmat” sangatlah berharga. Kalau kita secara terus-menerus memperhatikan dan membaca kitab Amsal, kita dapat melihat bahwa melalui “hikmat”, kita dapat mengenal Allah. Melalui hikmat kita dapat memiliki hidup yang kekal di dalam Allah. Tidak heran jika “hikmat” menjadi hal yang sangat berharga. Hal ini dijelaskan di dalam Ayub 2:12-19 “Tetapi di mana hikmat dapat diperoleh, di mana tempat akal budi? Jalan ke sana tidak diketahui manusia, dan tidak didapati di negeri orang hidup. Kata samudera raya: Ia tidak terdapat di dalamku, dan kata laut: Ia tidak ada padaku. Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni, dan harganya tidak dapat ditimbang dengan perak. Ia tidak dapat dinilai dengan emas Ofir, ataupun dengan permata krisopras yang mahal atau dengan permata lazurit; tidak dapat diimbangi oleh emas, atau kaca, ataupun ditukar dengan permata dari emas tua. Baik gewang, baik hablur, tidak terhitung lagi; memiliki hikmat adalah lebih baik dari pada mutiara. Permata krisolit Etiopia tidak dapat mengimbanginya, ia tidak dapat dinilai dengan emas murni.” Di dalam ayat ini ada pertanyaan, dimana hikmat dapat di peroleh? Jawabannya, hikmat ada di dalam firman Allah. Mazmur 19:8-10 tertulis: “Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.” Di dalam Mazmur 19:-10, dijelaskan bahwa firman Allah sangat berharga dari pada emas bahkan emas tua. Sejalan dengan penelaahan tentang “mutiara,” kita mulai melihat bahwa “mutiara” itu merupakan firman Allah. Dengan demikian kita mulai memahami bahwa apa yang disampaikan di dalam Matius 7:6 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu." Dari sini kita mengerti bahwa firman Allah merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi mereka yang mencarinya. Namun bagi mereka yang tidak menginginkannya, kita tidak boleh menjejalkannya ke dalam kerongkongan mereka, karena mereka toh pada akhirnya tidak akan menghargainya. Dari ayat ini tidak diragukan lagi bahwa “mutiara” di dalam pengajaran Tuhan yang berkaitan dengan Matius 13:45-46, ini menunjuk kepada “firman Allah.” Di sisi yang lain kalau kita melihat kepada perumpaman sebelumnya yaitu perumpamaan tentang seorang penabur benih, maka kita dapat menyimpulkan bahwa “mutiara” yang dimaksud di dalam ayat ini adalah firman Allah yang menunjuk kepada Yesus Kristus. Kristus adalah mutiara orang percaya. Yesus adalah satu-satunya pribadi yang memiliki hikmat, pengetahuan dan akal budi. Ini tertulis di dalam Kolose 2:3: “sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” Di dalam ayat ini disebutkan bahwa segala hikmat, segala kekayaan, harta pengetahuan, pemahaman dan akal budi Allah tersimpan di dalam Kristus Yesus. Jelaslah bahwa Yesus merupakan mutiara orang percaya. Keunikan dari mutiara ini adalah hal yang harus kita perhatikan. Ia bukan sekedar satu diantara sekian banyak mutiara. Yesus adalah mutiara yang tidak ada bandingnya. Tiada yang dapat dibandingkan dengan Yesus. Dalam Alkitab KJV, NIV perumpamaan ini berkata “satu mutiara” (one). Kata “satu” ini menekankan keunikan dari mutiara ini. Tidak ada mutiara lain yang seperti Yesus di dunia ini. Dari sekian banyak mutiara, Yesus adalah mutiara yang terindah, lebih berharga dari apapun dan siapapun di dunia ini. Keindahan mutiara ini, terbukti dengan adanya seorang pedagang yang menjual seluruh miliknya. Ini dapat dilihat di dalam ayat 46 dari Matius 13 “Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” Kata “seluruh” dalam teks asli Alkitab memakai kata Pas yang memiliki arti “semua, seluruh segala.” Demi mendapatkan mutiara ini, seorang pedagang rela kehilangan seluruh miliknya. Demi mendapatkan sebuah mutiara yang sangat berharga yaitu Yesus, dia mengorbankan segala-galanya. Totalitas hidupnya dipersembahkan untuk mutiara ini.

Sudah saya jelaskan kepada Anda bahwa yang dimaksud dengan “mutiara” di dalam Matius 13:45-46 ini menunjuk kepada Yesus. Yesus adalah mutiara hidup setiap orang percaya. Dia adalah satu-satunya mutiara yang terindah di dalam kehidupan kita. Yesus adalah mutiara orang percaya yang tiada bandingnya dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun dan siapapun. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah seberapa berharganya Yesus di dalam kehidupan Anda? Apakah Yesus memiliki “nilai” di dalam kehidupan Anda? Apakah Yesus dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan Anda? Saya ingin mengajak kepada Anda untuk merenungkan hal ini di dalam kehidupan kita. Apakah benar Anda menganggap bahwa Yesus itu sangatlah berharga bagi kehidupan Anda, sehingga totalitas hidup Anda dipersembahkan kepada Dia? Jika kita menganggap bahwa Yesus sangat berharga bagi kita, jika kita menganggap bahwa Yesus memiliki nilai di dalam kehidupan kita. Maka secara otomatis ini dapat memberikan pengaruh bagi kehidupan kita. Salah satunya, kita akan menganggap bahwa segala sesuatu yang berada di luar Yesus itu adalah sesuatu yang tidak berharga. Kita akan mengasihi Yesus lebih dari apapun dan siapapun. Kita akan mengabdi dengan sepenuh hati kepada Yesus. Seluruh totalitas hidup kita akan dipersembahkan kepada Dia dan untuk menyenangkan Dia. Di sisi yang lain kita akan hidup seperti Paulus, dimana Kristus dianggap lebih mulia dari apapun. Filipi 3:8 berkata: "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus." Bertanyalah pada diri Anda, bernakah Yesus sangat berharga bagi Anda? Seberapa berharga Yesus bagi Anda? Kalau Anda menganggap Yesus berharga apa yang Anda dapat lakukan untuk Dia? Sangat disayangkan bagi sebagian orang Kristen menganggap bahwa Yesus tidaklah berharga? Bagi sebagian orang Kristen Yesus bukanlah sebuah mutiara yang indah? Ini ditunjukan dan terbukti oleh gaya hidup mereka yang tidak menyenangkan hati Kristus. Demi jodoh/teman hidup, kepercayaan kepada Kristus ditinggalkan. Demi pekerjaan atau jabatan, Kristus diabaikan. Banyak orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing tanpa mengingat Kristus yang sudah menebus dan menyelamatkan hidupnya. Hidupnya lebih banyak berorientasi kepada diri sendiri. Demi kebutuhan hidup atau karena faktor ekonomi, orang rela meninggalkan/melepaskan kepercayaan kepada Yesus Kristus.

Sikap kita terhadap Kristus sangat menentukan apakah dia berharga bagi kita atau tidak? Yesus adalah mutiara hidup orang percaya, tanpa Dia, kita binasa. Tuhan memberkati.

Rabu, 12 Agustus 2009

Sikap Yang Benar Dalam Menyampaikan Firman Tuhan

2 Timotius 4:1-5 tertulis demikian: “Dihadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan demi kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”

Kita akan melihat yang pertama yaitu “Ajakan untuk menyampaikan firman Allah.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2 yang tertulis demikian: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Di dalam ayat 2 ini ada kata “beritakanlah firman” dalam teks asli Alkitab memakai kata kerusso yang memiliki arti: “memberitahukan, menceritakan dan berkhotbah.” Paulus mengajak kepada Timotius sebagai anak didiknya untuk memberitakan, menceritakan firman Tuhan kepada orang-orang yang dilayaninya. Ini merupakan ajakan Paulus yang sungguh-sungguh ditujukan kepada Timotius. Kewajiban Timotius sebagai hamba Tuhan/gembala sidang adalah memberitakan firman Tuhan. Karena firman Tuhan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi kehidupan jemaat. Firman Tuhan merupakan pondasi hidup umat Tuhan. Tanpa firman Tuhan, jemaat yang dilayani oleh Timotius akan hidup diluar jalur Tuhan. Dari sini kita diajar oleh firman Tuhan, bahwa kita sebagai orang percaya harus memberitakan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Entah kita sebagai hamba Tuhan, atau kaum awam kita diperintahkan oleh Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan itu kepada orang lain. Matius 28:19-20 tertulis: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Kita akan melihat yang kedua yaitu “Sikap yang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2 yang tertulis demikian: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Berdasarkan ayat 2 ini ada beberapa sikap yang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan. Yang pertama yaitu “memiliki sikap yang siap dalam menyampaikan firman Tuhan.” Ini dapat dilihat dengan adanya kalimat: “siap sedialah baik atau tidak baik waktunya.” Kata “siap sedialah” dalm teks asli alkitab memakai kata ephistemi yang memiliki arti “berdiri dekat dengan tiba-tiba, siap sedia.” Timotius adalah seorang hamba Tuhan, dia merupakan anak didik Paulus. Tentu sebagai seorang hamba Tuhan, dalam setiap saat, setiap waktu, dalam keadaan baik dan dalam keadaan tidak baik, dia harus selalu siap dalam menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang dilayaninya pada waktu itu. Tanpa siap sedia dalam menyampaikan firman Tuhan, maka secara otomatis firman Tuhan itu tidak dapat diberitakan dengan baik. Suadara-saudara, ketika Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk menyampaikan firmanNya, entah itu dimimbar gereja, diradio, di TV bahkan diberbagai media lain. Maka kita selalu dituntut untuk siap sedia menyampaikan firman Tuhan dengan baik. Untuk memiliki sikap siap sedia dalam menyampaikan firman Tuhan, kita selalu dituntut untuk belajar dan belajar, membaca dan merenungkan firman Tuhan itu di dalam kehidupan kita.

Sikap yang kedua dari sikap yang benar dalam menyampaikan firman Tuhan yaitu: “harus mampu menyatakan kesalahan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2, di mana di dalam ayat ini ada kalimat: “Nyatakanlah apa yang salah.” Kata “menyatakanlah” dalam teks asli Alkitab memakai kata elengkho yang memiliki arti: “menyingkapkan, membuktikan, menegur dan menghukum.” Ketika dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan, Timotius merupakan seorang anak yang masih muda. Entah berapa usia dia pada waktu dipangil oleh Tuhan untuk melayani Tuhan. Namun Alkitab mencatat dan memberikan penjelasan kepada kita, ketika Timotius dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hambaNya, dia pada waktu itu masih muda. Ini tertulis di dalam 1 Timotius 4:12: “Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” Kalau kita melihat dalam 1 Timotius 4:12, jelas sekali bahwa ketika dia dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba-Nya, dia adalah seorang yang masih muda. Sebagai seorang yang masih muda, dia dituntut untuk menyatakan apa yang salah, menyingkapkan, membuktikan menegur orang-orang yang berbuat salah. Untuk menyingkapkan kesalahan, untuk menyatakan kesalahan maka Timotius tidak boleh kompromi dengan dosa. Dia harus jujur menyatakan kebenaran kepada setiap orang yang dilayaninya. Diusianya yang muda, bagi Timotius hal tersebut bukan sesautu yang mudah/gampang. Hal ini akan mengalami hambatan jika dia sebagai seorang hamba Tuhan tidak hidup sungguh sungguh takut akan Tuhan. Untuk menegur dan menyatakan kesalahan kepada setiap orang maka, maka Timotius dituntut untuk hidup menjadi teladan, menjungjung tinggi integritas dan kredibilitas. Menjungjung tinggi kejujuran dan hidup menjadi berkat bagi orang lain. Tanpa hal ini dia tidak bisa menyatakan kesalahan kepada orang lain. jadi sikap yang benar dalam menyampaikan firman Tuhan adalah tidak komproni dengan dosa, kesalahan harus dinyatakan sebagai kesalahan, kebenaran harus dinyatakan sebagai kebenaran.

Sikap yang ketiga dari sikap yang benar dalam menyampaikan firman Tuhan yaitu “menegur dan menasihati dengan segala kesabaran.” Ini tertulis di dalam ayat 2, di mana di dalam ayat 2 ini ada kalimat: “tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Kata “tegorlah” dalam teks asli Alkitab memakai kata epitimao yang memiliki arti: “menghardik, berbicara dengan serius, memperingati, melarang atau menghukum.” Sikap Timotius dalam menyampaikan firman Tuhan, harus disertai dengan sikap menegur, menasihati dengan penuh kesabaran terhadapa orang-orang yang dilayaninya. Timotius diharapankan oleh Paulus untuk berbicara secara serius dengan penuh kesabaran di dalam menasihati orang-orang yang dilayaninya. Tanpa rasa sabar maka dia tidak akan berhasil dalam melayani Tuhan dan membawa umat Tuhan untuk hidup di dalam takut akan Tuhan.

Kita akan melihat bagian yang ketiga yaitu: “Alasan dari sikap yang benar dalam menyampaikan firman Tuhan.” Ini tertulis di dalam ayat 3-4: “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” Berdasarkan ayat 3-4, ada dua alasan supaya kita memiliki sikap yang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan. Alasan yang pertama, yaitu “akan datang saatnya orang yang menerima ajaran yang sehat beralih kepada ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.” Ini tertulis di dalam ayat 3: “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendak-Nya untuk memuaskan keinginan telinganya.” Di dalam ayat ini ada kalimat: “ajaran yang sehat.” Ajaran yang sehat di sini bisa dikatakan ajaran yang benar. Kehidupan orang-orang yang dilayani oleh Timotius akan beralih dari ajaran yang sehat/benar akan beralih kepada ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Kalau kita memperhatikan dalam teks sebelumnya yaitu 2 Timotius 3:1-9. Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa pada masa akhir zaman akan terjadi masa-masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan menjadi pembual, pemfitnah, pemberontak, tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekan orang, garang, tidak suka yang baik, suka berkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah, tetapi hidupnya tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Dengan keadaan seperti ini, maka Timotius dituntut untuk memiliki sikap yang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan. Alasan yang kedua, yaitu: “memalingkan telinganya dari kebenaran.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 4 yang tertulis demikian: “Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” Di dalam ayat ini ada kata “memalingkan” dalam teks asli alkitab memakai kata apostrepho yang memiliki arti “memalingkan, berpaling dari, mengembalikan, menolak, menyingkirkan.” Banyak jemaat Tuhan akan memalingkan telinganya dari kebenaran, mereka akan menolak kebenaran. Mereka akan berpaling dari firman Tuhan. Ini disebabkan oleh karena adanya pengajaran sesat. Pengajaran sesat itu diumpamakan oleh Paulus sebagai penyakit kanker. Suatu penyakit yang sangat berbahaya. Dengan dua alasan ini maka Timotius sebagai seorang hamba Tuhan harus memiliki sikap yuang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang dilayaninya. Dan hal ini tidak hanya berlaku bagi Timotius dijaman dulu. Hal ini berlaku juga di dalam kehidupan kita untuk masa kini. Dalam menyampaikan firman Tuhan kita juga harus memiliki sikap yang benar. Orientasi pelayanan kita harus ditujukan untuk kepentingan Tuhan yaitu memajukan umat Tuhan untuk hidup dalam takut akan Tuhan. Membina umat Tuhan untuk hidup dalkam takut akan Tuhan dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka tidak berlaih kepada ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab. Saudara-saudara, marilah kita senantiasa sungguh-sungguh berjuang dengan sekuat tenaga memberitakan firman Tuhan kepada orang-orang yang dilayani supaya mereka hidup di dalam ajaran yang benar dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh ajaran-ajaran sesat. Tugas kita sebagai seorang hamba Tuhan dan pembina orang-orang yang dilayani adalah membawa mereka hidup di dalam kebenaran Tuhan.

Tuhan memberkati.

Surat Kristus

2 Korintus 3:1-6 tertulis demikian: “Adakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu? Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia. Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.”

Kita akan melihat bagian yang pertama yaitu “siapa yang menjadi surat Kristus.” Yang menjadi surat Kristus yaitu “orang percaya: jemaat di Korintus.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2 dan 3 yang tertulis demikian: “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia.”

Di dalam ayat 2 dan 3 ini ada kata “kamu adalah.” Kata ini menunjuk kepada jemaat yang berada di Korintus, bahwa mereka adalah surat Kristus. Paulus menyatakan kepada jemaat di Korintus bahwa mereka adalah surat Kristus. Kenapa jemaat di Korintus disebut sebagai surat Kristus? Alasannya, karena mereka telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Jemaat di Korintus ini adalah jemaat yang pernah dilayani oleh Paulus. Pertama kali, Paulus mengunjungi jemaat di Korintus dalam perjalanan misi yang kedua (Kis 18:1-17). Di Korintus, Paulus tinggal bersama-sama dengan Priskila dan Akwila. Di Korintus, Paulus memulai pelayanannya di dalam rumah ibadah orang Yahudi. Dari situ, dia masuk ke rumah seorang yang bernama Titius Yustus, melalaui pelayanan Paulus ini banyak orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam kehidupan mereka. Dengan adanya hal ini, jelas sekali bahwa jemaat di Korintus adalah jemaat yang sudah menerima dan percaya kepada Yesus Kristus, sehingga di dalam kehidupan mereka disebut sebagai surat Kristus yang ditulis melalui pelayanan Paulus. Jadi setiap orang percaya termasuk kita yang hidup di masa kini adalah surat Kristus. Setiap orang percaya adalah surat Kristus yang memancarkan pribadi Kristus.

Kita akan melihat bagian yang kedua yaitu “keunikan dari surat Kristus.” Keunikan dari surat Kristus, ini dapat dilihat di dalam ayat 2-3 yang tertulis demikian: “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia.”

Berdasarkan ayat 2-3 ini ada beberapa keunikan dari surat Kristus. Keunikan yang pertama dari surat Kristus yaitu “tertulis dalam hati.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2a yang tertulis demikian: “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami.” Di dalam ayat ini ada kata “tertulis” dalam teks asli Alkitab memakai kata enggrapho yang memiliki arti: “tertulis atau terdaptar.” Dengan kata lain, jemaat yang ada di Korintus selalu ada di dalam hati Paulus. Paulus selalu mengingat jemaat yang ada di kota Korintus. Kedekatan antara Paulus dengan jemaat di Korintus sangat luar biasa, ini terbukti dengan kunjungan Paulus sebanyak dua/tiga kali ke jemaat yang berada di kota Korintus. Di sisi yang lain, Paulus juga berani meminta bantuan yang belum dikumpulkan oleh jemaat di Korintus untuk jemaat yang ada di Yerusalem. Dengan adanya hal ini, jelas sekali bahwa relasi Paulus dengan jemaat di Korintus sangat baik. Relasi antara pelayan Tuhan dengan orang yang dilayani sangat baik. Kehidupan seperti ini, perlu kita tiru di dalam setiap kehidupan kita. Anda sebagai pelayan Tuhan dengan orang yang dilayani oleh Anda harus ada relasi/kedekatan yang baik. Begitupula sebaliknya orang yang dilayani harus memiliki relasi/kedekatan yang baik dengan pelayan Tuhan. Tetapi yang sangat disayangkan, banyak sekali di masa kini pelayan Tuhan dengan orang yang dilayani, begitupula sebaliknya antara orang yang dilayani dengan pelayan Tuhan tidak adanya relasi/kedekatan yang baik. Contoh: Ketika jemaat yang dilayani memiliki masalah dan pergumulan serta kesulitan-kesulitan hidup, lebih banyak mereka tidak sharing dengan pelayan Tuhannya, melainkan sharing dengan pelayan Tuhan yang lain. Hal ini bisa terjadi, biasanya disebabkan karena adanya jarak yang jauh antara pelayan Tuhan dengan orang yang dilayani. Marilah kita hidup seperti Paulus yang memiliki kedekatan dengan jemaat yang dilayaninya.

Keunikan yang kedua dari surat Kristus yaitu “dikenal oleh semua orang.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2 dimana di dalam ayat ini ada kata “yang dikenal” dalam teks asli Alkitab memakai kata ginosko yang memiliki arti: “mengetahui, mengenal, mengetahui dengan pasti, memahami.” Sebagai surat Kristus, jemaat di Korintus merupakan salah satu jemaat yang dikenal oleh semua orang yang ada di Korintus.

Keunikan yang ketiga dari surat Kristus yaitu “dapat dibaca.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2, di mana di dalam ayat ini ada kalimat: “yang dapat dibaca oleh semua orang.” Kata “yang dapat di baca” dalam teks asli Alkitab memakai kata anaginoskomene dari kata dasar anaginosko yang memiliki arti: “dibaca (didepan umum).”

Dengan dua pengertian kata dari kata “dikenal dan dibaca” hal ini menunjukan bahwa totalitas hidup jemaat di Korintus dilihat oleh semua orang. Bagaimana cara mereka menjalani hidup, bagaimana cara mereka berkata-kata, bagaimana cara mereka bersopan santun. Bagaimana cara mereka melakukan sesamanya. Hal itu dilihat, dikenal dan dapat dibaca oleh semua orang yang berada di kota Korintus. Dengan kata lain, seluruh keberadaan hidup jemaat di Korintus dapat dikenal dan dibaca oleh orang lain. Dengan adanya hal ini, maka jemaat di Korintus sebagai surat Kristus yang membawa nama Pribadi Kristus harus dapat menjadi berkat dan memberkati kehidupan orang lain. Dan hal ini, tidak hanya ditujukan kepada jemaat yang ada di Korintus saja pada saat itu. Tetapi hal ini juga ditujukan secara khusus kepada kita orang percaya di masa kini. Kita sebagai orang percaya adalah surat Kristus yang membawa nama pribadi Kristus. Dimanapun kita berada/hadir, kemanapun kita pergi, ingatlah satu hal bahwa kita selalu membawa nama pribadi Kristus.

Dengan memiliki kesadaran bahwa kita selalu membawa nama pribadi Kristus dalam setiap totalitas hidup kita. Dengan memiliki kesadaran bahwa kita dikenal dan dibaca oleh semua orang tentang bagaimana kita hidup. Maka kita sudah seharusnya selalu berusaha dan berusaha untuk menjadi berkat bagi orang lain. Maka kita seharusnya mengenakan karakter Kristus di dalam setiap kehidupan kita. Maka, sudah seharusnya kita hidup untuk terus menerus menjadi berkat dan memberkati kehidupan orang lain.

Ada seekor burung beo pandai meniru perkataan orang. Burung beo ini mempunyai kebiasaan yang buruk. Ia suka mengejar-ngejar ayam-ayam betina tetangga. Suatu kali tetangga pemilik burung beo itu memergoki tingkah laku beo ini. Maka ia mendatangi pemilik burung beo dan melaporkannya. Setelah mendengar laporan tetangganya, pemilik burung beo menasehati burung beonya. Dan syukurlah, burung beo itu bisa mengerti. Namun perubahan burung beo itu tidak berlangsung lama. Kembali burung beo itu mengejar-ngejar ayam -ayam betina tetangga. Tetangga pun sempat memergokinya. Lantas kembali tetangga meminta pemilik burung beo untuk mengajari burung beonya. Pemilik burung beo sekarang agak keras terhadap beonya. Beo itu digundulinya. Untuk beberapa waktu yang cukup lama, burung beo itu “bertobat”. Tapi suatu kali ia pun kembali pada kebiasaan lamanya. Kali ini sang pemilik memergokinya. Maka dengan sangat kesal, pemilik itu berkata: “Hei botak, kau kejar terus ayam-ayam betina itu! Ke sini kau! Kurantai kau sekarang.” Beo itu akhirnya dirantai di dekat jendela ruang tamu. Suatu hari pemilik beo itu mengadakan pesta di rumahnya. Tiap tamu disambut baik oleh tuan rumah. Selalu tuan rumah, yakni pemilik beo itu, berkata demikian kepada tamu yang baru datang: “Selamat datang, Tuan dan Nyonya Alfred.” Lalu beo itu pun menirunya: “Selamat datang, Tuan dan Nyonya Alfred.” “Selamat datang Tuan Boni,” sapa tuan rumah. “Selamat datang Tuan Boni,” kata beo itu. Kini giliran tamu yang datang adalah Bapak Arnold. Bapak Arnold ini “gunawan” atau “gundul tapi menawan.” Belum sempat pemilik beo mengucapkan selamat datang, eh beo itu berkata keras: “Hei botak, kau kejar terus ayam-ayam betina itu! Ke sini kau! Kurantai kau sekarang.” Burung beo memang suka meniru suara pemiliknya. Oleh karena itu, hati-hati punya burung beo di rumah, bisa-bisa rahasia rumah ketahuan orang, sebab apa yang disampaikan oleh pemilik beo, itu pulalah yang keluar dari mulutnya. Burung beo itu ibarat kertas putih untuk menulis surat. Ia menyampaikan apa yang ditulis oleh pemiliknya. Kita ini bukan lagi kertas putih. Kita telah dicemari dosa. Oleh karena itu, apa yang keluar dari diri kita, seringkali adalah hal-hal yang memuat dosa. Buktinya: kita cenderung suka dengan hal-hal yang tidak baik: menyoraki maling yang dipukuli, dsb. Namun, syukur kepada Allah. Karena karya Roh Kudus, maka kita pun menjadi surat Kristus. Roh Kudus menuliskan hal-hal yang seturut kehendak Kristus Yesus di dalam diri kita, sehingga kita menjadi manusia yang baru. Nah, apakah kita ini sungguh-sungguh surat Kristus? Itu bergantung dari apa yang dibaca orang melalui hidup kita. Kalau kita mengungkapkan perbuatan Kristus dalam hidup kita, maka berarti kita adalah surat Kristus. Sebaliknya kalau kita masih mengungkapkan perbuatan dosa, dan tidak pernah bertobat, maka berarti kita adalah surat pendosa dan bukan surat Kristus.

Tuhan memberkati.