Selasa, 14 Juli 2009

Disiplin Rohani

Ibrani 12:1-12 tertulis demikian:
“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita. Dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan tahta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: Hai anakku janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang dikuasai-Nya sebagai anak.” Jika kamu harus menanggung ganjaran: Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi jikalau kamu bebas dari ganjaran yang harus diderita setipa orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa mereka yang anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. Memang tiap-tiap ganjaran pada wkatu ia diberikan tidak mendapatkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada merkea yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah.”

Berbicara mengenai disiplin, sebenarnya disiplin dapat dilakukan melalui banyak hal, bukan hanya melalui peraturan, tapi dapat diterapkan melalui kegiatan. Dalam masyarakat Yunani contohnya, disiplin itu dilatih melalui pendidikan, atau disiplin “ilmu pengetahuan”, lazimnya disebut gnostik, yang melahirkan ilmu-ilmu filsafat. Disiplin mereka juga dilakukan melalui olah raga, yang kemudian melahirkan cabang olahraga yang populer. Diantaranya seperti: lari cepat, tinju, dan circus. Pada jaman Yunani ini, juga sudah lahir olahraga tinju, gulat, lompat tinggi, lempar lembing, dan lain-lain. Sebelum peserta masuk pertandingan, mereka diharuskan melatih diri dengan disiplin dan matang, setelah itu diuji dan barulah diijinkan untuk bertanding. Dalam pertandingan ini ada ribuan orang yang menonton, dan peserta akan mendapatkan hadiah sesuai dengan prestasinya. Untuk orang-orang Romawi jenis olahraganya pun berbeda dengan jenis olahraga orang-orang Yunani. Olahraga orang Romawi disebut “perkelahian gladiator”. Olahraga ini adalah perkelahian antara manusia dengan binatang buas, manusia dengan manusia ataupun binatang buas dengan binatang buas. Peserta dari olahraga ini biasanya orang-orang kriminal yang ada di penjara-penjara Romawi. Mereka dilatih sedemikian rupa untuk dipertontonkan di muka umum. Pertandingan ini dinyatakan selesai apabila ada salah satu pesertanya cidera hingga mati dan darah korban biasanya dipersembahkan kepada berhala. Dan bagi peserta yang menang, ia akan dibebaskan dari penjara. Pertandingan olahraga yang mematikan ini menuntut pesertanya untuk melatih diri dengan sungguh-sungguh dan dengan disiplin tinggi apabila ia tidak ingin menjadi korban. Pendengar yang dikasihi Tuhan, kita sekarang masih di dunia. Dunia ini adalah gelanggang pertandingan rohani yang di kelilingi oleh begitu banyak penonton rohani. Kita juga membutuhkan disiplin diri supaya dapat memenangkan pertandingan iman. Kalau kita gagal, kita juga akan di disiplin oleh Tuhan supaya kita kelak dapat merebut kemenangan. Disiplin rohani yang harus kita kerjakan untuk memenangkan pertandingan iman adalah seperti apa ditulis dalam kitab Ibrani pasal 12:1-12, yakni:

Yang Pertama, “kita harus meninggalkan beban dan dosa yang merintangi kita untuk memenangkan pertandingan iman tersebut.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 1 yang tertulis demikian: ““Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita. Dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” Kata yang digunakan untuk “meninggalkan beban dan dosa” dalam ayat ini adalah “membuang segala sesuatu yang menjadi beban”. Pada waktu kapal Titanik menabrak gunung es di lautan Atlantik, maka kapten kapal memerintahkan penumpang untuk membuang sebagian muatan kapal tersebut untuk mengurangi beban kapal sehingga kapal itu tidak segera tenggelam dan mereka mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri dari dalam kapal. Beban-beban dosa yang sering menghalangi kita memang harus dibuang dari hidup kita seperti keinginan-keinginan daging dan dosa-dosa yang menjadi kesukaan kita. Membuang segala beban dosa dan menganggapnya sampah yang tidak berguna dan harus dibersihkan dari jiwa kita. Sampah-sampah duniawi ini tidak boleh diberikan tempat dalam kehidupan iman karena akan membuat bahtera rohani kita menjadi tenggelam.

Yang Kedua, “kita harus berlomba dengan tekun dalam perlombaan iman yang sudah diwajibkan oleh Tuhan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2 yang tertulis demikian: “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan tahta Allah.” Di sini kita tidak dipanggil oleh Tuhan untuk hidup pasif atau kita sudah cukup puas dengan keadaan sudah diselamatkan oleh Yesus. Kita dipanggil untuk maju dalam iman, bertumbuh, melayani dan menjadi saksi-saksi hidup, bahkan dalam penderitaan. Ini merupakan kewajiban bukan pilihan.

Yang Ketiga, dalam memenangkan pertandingan iman, kita harus melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus yang telah memulai rencana yang indah dalam hidup kita dan akan menyelesaikan rencana itu apabila kita hidup dalam ketaatan dan dalam disiplin rohani (ayat 2). Dengan menujukan mata iman kepada Yesus, kita mempunyai tujuan dan sasaran untuk mencapai sesuatu yang berharga bagi hidup kita. Tujuan yang hendak dicapai adalah penggilan sorgawi seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus dalam Filipi 3:14, yaitu “berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dalam Kristus Yesus.

Yang Keempat, dalam perlombaan iman kita harus ingat akan Dia yang sudah mengalami perlombaan tersebut dengan penderitaan yang berat di kayu salib. Ini dapat dilihat di dalam ayat 3 yang tertulis demikian: “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.” Dalam mengingat Dia, kita meneladani Kristus yang telah menjadi teladan bagi kita. Apabila kita mengalami penderitaan dalam pertandingan iman ini, maka hati kita akan tetap pada Dia dan terhibur karena Ia sendiri telah mengalami penderitaan yang jauh lebih besar untuk kita semua. Memang di dunia ini tidak ada teladan yang sempurna seperti Kristus. Dia adalah figur yang terbaik untuk kita. Identitas dan integritasNya teruji oleh kesukaan dan penderitaan. Dalam perlombaan ini, kita harus percaya bahwa Kristus menyertai kita dan menolong kita saat kita tidak mampu untuk menanggungnya. Yesus tidak akan membiarkan penderitaan itu melampaui kemampuan kita. Setiap saat Ia ada bersama kita. Saya ingin memberikan sebuah illustrasi tentang “Naik Sepeda”: “Hidup itu bagaikan naik sepeda, engkau tidak akan jatuh, kecuali berhenti mengayuh. Diatas sepeda dengan dua gayuh. Dan aku melihat Tuhan berada di belakangku membantuku mengayuh pedal. Aku tidak tahu kapan Dia menyarankan kita berganti tempat, tetapi hidup tidak akan pernah sama karena hidup dengannya akan membuat kehidupan lebih tinggi, menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Ketika aku memiliki kontrol, aku tahu jalan yang ku tempuh. Itu agaknya membosankan, tetapi tidak bisa diramalkan. Itu selalu merupakan jarak terdekat diantara dua titik. Tetapi ketika Ia mengambil pimpinan, Dia tahu bagian-bagian yang menyenangkan, mendaki gunung-gunung, dan melewati tempat-tempat yang berbatu-batu dan dengan kecepatan yang sangat tinggi; itulah semua yang dapat kulakukan untuk bertahan. Meskipun itu tampak seperti kegilaan, Dia terus saja berkata: “Kayuh, Kayuh…! Aku kuatir dan menjadi takut, lalu bertanya, kemana Engkau akan membawaku? Dia hanya tertawa dan tidak menjawab pertanyaanku, dan aku mendapati diriku mulai percaya. Segera aku melupakan kehidupanku yang membosankan dan mulai memasuki sebuah petualangan, dan ketika aku berkata: Aku takut, Dia bersandar dan menyentuh tanganku. Dia membawaku kepada orang-orang yang mempunyai berkah yang kuperlukan; berkah penyembuhan, berkat penerimaan, berkat sukacita. Mereka memberikan berkati itu untuk melanjutkan perjalananku. Perjalanan kami, yakni Tuhan dan aku. Dan kami berangkat lagi. Dia berkata: “Berikan berkat yang kau terima kepada orang lain, semua itu merupakan beban tambahan, terlalu berat. Maka kulakukan apa yang menjadi perintahnya, kepada orang-orang yang kutemui dan aku mendapati bahwa dalam memberi aku menerima, lagipula beban kami menjadi ringan. Awalnya aku tidak percaya kepadaNya bahwa Dia mengontrol hidupku. Aku mengira Dia mengacaukannya. Tetapi Dia mengetahui rahasia sepeda, tahu bagaimana untuk berbelok di tikungan-tikungan yang tajam, melompat ke tempat-tempat yang terang dan penuh dengan batu-batu, terbang untuk mempersingkat perjalanan yang menakutkan. Dan aku belajar untuk diam dan mengayuh pedal di tempat-tempat yang paling asing, dan aku mulai menikmati pemandangan dan angin bertiup sepoi-sepoi yang menerpa wajahku, bersama temanku yang selalu menyenangkan, kekuatanku lebih tinggi. Dan ketika aku yakin bahwa aku tidak lagi bisa melanjutkan perjalanan, Dia tersenyum dan berkata, kayuhlah…!. Dalam perlombaan iman ini, kita harus menyadari bahwa kita sering lengah dan gagal. Namun apabila kita gagal, Allah akan mendisiplin kita. Walaupun rasanya tidak enak karena didisiplin, tapi kita adalah tergolong anak-anak yang dikasihiNya. Disiplin memperlihatkan suatu perhatian dan kepedulian Allah yang besar. Ia ingin kita berhasil dan menjadi dewasa dalam pengiringan kita kepadaNya sehingga pada akhirnya kita akan bersyukur dan memuji Dia. Pendengar yang dikasihi Tuhan, disiplin rohani memang mempunyai manfaat yang besar dalam pengiringan kita kepada Tuhan. Kita dilatih untuk aktif dalam segala hal dan siap menghadapi segala tantangan dan ujian. Kita akan mampu melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan namaNya. Dalam disiplin rohani iman percaya kita akan bertumbuh secara wajar dan normal dengan mengikuti rencana Tuhan dalam kehidupan kita. Apapun yang kita hadapi dalam dunia ini akan tetap berada dibawah kendali disiplin iman kita yang sudah terlatih. Dengan disiplin rohani kita akan sanggup mencapai tujuan akhir yakni mahkota surgawi yang tersedia bagi kita. Relakan dirimu dan disiplinkan hidup rohanimu dengan keempat hal yang sudah kita bahas sebelumnya yakni: Membuang segala sampah-sampah dunia dari hati kita; berlombalah dengan tekun dan setia, maju terus dalam mengasihi Tuhan dan jangan undur; arahkan mata rohanimu kepada Yesus sebagai teladan dalam perlombaan iman; pandanglah Dia yang telah tersalib bagimu, sebab dibalik itu ada mahkota menantimu.

Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar