Selasa, 14 Juli 2009

Tuhan Melakukan Perkara Besar

Mazmur 126:1-6 tertulis demikian: “Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang diantara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini.” TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negep! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak sorai sambil membawa berkas-berkasnya.”

Pengalaman kita dalam mengiringi Tuhan, kita selalu mengalami perkara-perkara besar yang dilakukan oleh Tuhan dalam hidup kita. Kita dapat bernafas setiap hari saja merupakan suatu perkara besar. Kita tidak usah membeli udara setiap hari, semua itu disediakan oleh Allah bagi semua orang. Tetapi perkara besar yang dilakukan oleh Allah itu tidak terbatas dengan hal-hal yang bersifat jasmani, tetapi hal-hal yang bersifat rohani. Menurut konteks kitab Mazmur 126:1-6, perkara besar yang dilakukan oleh Allah dinyatakan-Nya dalam bentuk pemulihan. Pemulihan memiliki arti yang sangat dalam, lebih dari sekedar kesembuhan ilahi, karunia-karunia roh, mujijat, pelayanan misi, dan berkat-berkat jasmani. Karena pemulihan ini dilakukan oleh Allah untuk suatu penderitaan yang dalam bagi umat Israel. Jadi Allah adalah sumber dan agen pemulihan itu sendiri. Dalam nats ini terdapat dua agen pemulihan: Yang Pertama, Allah sebagai agen Pemulihan, dan Yang Kedua, Umat Israel sebagai agen pemulihan itu sendiri.

Yang Pertama, Allah sebagai agen pemulihan. Ini dapat dilihat di dalam ayat 1 yang tertulis demikian: “Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.” Di sini, berdasarkan ayat 1 ini, pemulihan terjadi oleh karena inisiatif Allah. Pada waktu itu, umat Israel sangat menderita karena dosa mereka di pembuangan. Mereka sudah kehilangan harapan dalam pembuangan. Mereka tidak berharap pulang lagi karena bangsa yang memperbudak mereka begitu kuat. Bahkan pada saat Allah mengadakan pemulihan, mereka tidak percaya akan hal itu. Dalam Mazmur 126, dikatakan bahwa pemulihan itu seperti mimpi, karena di tengah-tengah pemulihanpun ada penderitaan. Bangsa Israel tidak mengakui bahwa itu perbuatan Allah yang besar, tapi oleh bangsa-bangsa yang lain lebih dahulu mengakui. Kata “pemulihan” salam bahasa Ibrani memakai kata: “Sub” yang memiliki arti: “Restore, atau pemulihan.” Kata ini mempunyai dua arti: Yang Pertama, Movement back to the point of depature, artinya: “suatu gerakan yang kembali keposisi semula.” Pemulihan berarti Allah membawa mereka untuk kembali kepada keadaan mereka yang semula atau kepada kasih yang mula-mula seperti ketika mereka keluar dari Mesir dan mengalami berkat-berkat dari Tuhan. Di sini umat Israel harus mengingat segala kebaikan dan kasih setiaNya di masa lalu. Umat Israel bernyanyi dan memuji Allah sesuai dengan pertolonganNya di masa yang sudah-sudah. Yang Kedua, Floodwaters return to the previous level. Artinya Pada waktu mereka dibuang, mereka mengalami badai, dan pada waktu mereka dipulihkan, peristiwa ini bagaikan air sungai yang meluap dan melanda seluruh daerah tapi kemudian air itu mulai surut dan kembali kepada level yang semula, namun demikian masih terasa pasang dan surut. Masih ada ombak dan badai, tapi sudah wajar dan dapat dikendalikan. Jadi setelah mereka kembali ke Yerusalem, mereka masih mengalami trauma. Namun setelah mereka mengerti apa Tuhan perbuat, barulah sukacita itu ada. Charles Kraft memberikan ilustrasi mengenai trauma apabila perubahan terjadi. Pada waktu Abraham Lincoln menjadi Presiden Amerika Serikat, ia mengadakan suatu perubahan sosial dalam masyarakat Amerika pada waktu itu. Di tahun 1863, Abraham Lincoln mengadakan suatu emansipasi untuk mengakhiri perbudakan. Pada waktu budak-budak itu dibebaskan oleh para tuannya orang kulit putih, mereka mengalami kesulitan untuk beradaptasi di masyarakat. Mereka tidak dapat berperan dan bekerja karena orang kulit putih tidak mau menganggap mereka sederajat. Sedangkan para budak yang baru dibebaskan itu tidak mempunyai keahlian apapun untuk bekerja dan berkarya. Dalam kondisi ini baik para budak, maupun orang kulit putih yang pernah memperbudak mereka mengalami suatu trauma yang berat. Dalam kehidupan di masyarakat mereka selama beberapa waktu tidak dapat bergabung atau berkomunikasi. Disini pemulihan yang terjadi menimbulkan trauma dalam kehidupan mereka. Beberapa waktu yang lampau, terjadi sebuah malapetaka banjir di Mozambique. Pdt. Samuel Naftal berusaha menyelamatkan jemaatnya dari banjir dan mengangkat jemaatnya keatas rumahnya. Selama dua hari ia bersama 16 orang lainnya naik kepohon untuk melindungi diri dan menunggu air itu surut. Ia melihat TV, Furniture mereka dibawa pergi oleh air yang deras. Tapi setiap malam di atas pohon mereka digigit nyamuk sehingga mereka tidak bisa tidur, tapi ia bersyukur kepada Tuhan karena nyamuk-nyamuk itu, kalau tidak, mereka akan ketiduran dan kemudian jatuh dari pohon terbawa banjir yang deras. Jadi waktu Allah mengadakan pemulihan dalam kehidupan seseorang, maka juga ada konsekwensi yang harus ditanggung. Disini transformasi atau pemulihan juga mengakibatkan trauma, tapi dibalik trauma itu kemudian menjadi berkat bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah dan pujian dari mereka yang dipulihkan. Pemulihan ini adalah inisiatif dari Allah karena kasih setiaNya. Allah yang bertindak dan manusia mengalami.

Kita akan melihat yang kedua yaitu: “umat Israel sebagai agen pemulihan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat yang ke 4-6 tertulis demikian: “Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negep! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak soraisambil membawa berkas-berkasnya.”

Inisiatif Allah seperti yang dijelaskan tadi tidaklah cukup, maka harus melibatkan inisiatif manusia. Mari kita lihat bagian yang kedua, umat Allah sebagai agen pemulihan. Setelah umat Israel dipulihkan, yakni kembali dari pembuangan ke rumah mereka masing-masing di tanah Israel, maka mereka tidak boleh berdiam diri. Mereka harus mempertahankan iman, berusaha dan berdoa. Tapi umat Israel lupa daratan. Mereka memohon Allah untuk melakukan semua bentuk pemulihan. Umat Israel meminta agar gurun negev itu diberi air. Tapi Allah mengajar mereka untuk mengerti, bahwa negev itu ada air kalau musim dingin datang. Jadi ada masanya umat mengalami waktu senang, dan waktu susah. Umat Israel harus mengusahakan tanah yang sudah ditinggal bertahun-tahun. Tanah ini sudah menjadi keras, panas, dan berbatu-batu. Mereka harus mengusahakan sumber daya alam atau SDA, yakni menabur dengan mencucurkan air mata, dan mengembangkan sumber daya manusia atau yang lazimnya disebut SDM yakni. Berjalan maju dengan menangis. Jadi mereka bukan hanya punya iman, tapi juga punya ilmu. Kita sering mendengar istilah Ora et Labora yakni bekerja sambil berdoa. Bangsa Babel memang terkenal dengan perkembangan Sumber Daya Manusianya seperti terlihat dari bangunan-bangunan dan peninggalan-peninggalan mereka. Pada waktu Daniel dan teman-teman di Babel, oleh raja Babel, Daniel, Sadrach, Mesach, dan Abednego terlebih dahulu dikembangkan dulu SDM mereka sebelum diberi tugas. Apalagi bangsa Romawi dikenal dengan SDM yang maju, sehingga Allah mempersiapkan Yesus lahir di jaman Romawi. Saudara-saudara! harus menyadari bahwa Allah telah melakukan perkara besar bagi kita hingga pada hari ini. Ia menyelamatkan jiwa kita dan memelihara hidup saudara dalam segala kondisi. Allah juga telah melakukan perkara besar dalam hidup saudara secara pribadi, sebagai keluarga, sebagai mahasiswa. Allah telah berinisiatif untuk itu. Tapi saudara tidak boleh hanya puas sampai disini, saudara harus mengerjakan keselamatan, pemulihan itu, dan perkara besar itu dalam hidup saduara. Kalau saudara duduk diam, maka kemajuan akan menjadi kemunduran. Saudara bukan hanya membangun iman, Sumber Daya Iman, atau SDI, tapi juga sumber daya pelayanan, atau SDP, dan Sumber Daya Manusia, atau, SDM. Saudara harus mengembangkan diri saudara dalam segala potensi yang saudara miliki. Saudara harus mampu membawa kontribusi sosial dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis-krisis. Saudara dapat membagikan iman kepada mereka melalui pemberitaan kasih Kristus, tapi itu tidaklah cukup, saudara harus membawa berkat dan menjadi berkat bagi orang lain yang membutuhkan pertolongan Anda. Saduara-saudara tidak boleh hanya memikirkan hal-hal yang rohani, tapi keseimbangan dengan hal-hal jasamani juga sangat penting. Dan sebaliknya, kita tidak hanya memikirkan hal-hal yang rasiional, tapi juga yang rohani. Jadi saudara dapat menarik kesimpulan disini bahwa apabila Allah memulihkan kehidupan iman saudara, maka saudara juga harus mengerjakannya dalam kehidupan sehari-hari. Saudara harus menciptakan keseimbangan antara hal-hal yang rohani dan potensi-potensi yang saudara miliki untuk dikembangkan dan menjadi berkat bagi orang lain. GBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar