Senin, 06 Oktober 2008

Menjadi Teladan (Be An Example)

Menjadi Teladan (Be An Exampel)

(I Tomotius 4:12)

Saudara, dalam renungan kita kali ini, kita akan mempelajari bersama satu teks firman Tuhan yang dapat menolong kita untuk memberkati banyak orang secara praktis, yakni melalui hidup kita yang menjadi model, contoh atau teladan.

Saudara, tentang hal ini Kitab Suci mengatakan, yakni dari I Tim.4: 12, demikian: “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda.Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dan dalam kesucianmu.

Saudara…, Paulus sebagai seorang Rasul atau hamba Tuhan yang senior memiliki tanggungjawab terhadap juniornya yang dia bimbing yakni Timotius. Dan Saudara, tanggungjawabnya ini dia nampakkan dalam memberikan kepercayaan, nasihat dan dukungan bagi Timotius dalam melakukan segala sesuatu yang telah diembankan kepadanya sebagai seorang hamba Tuhan. Dalam mendelegasikan/memberikan kepercayaan ini Paulus juga memberikan teladan kepada Timotius baik dalam sikap hidup, pengorbanan dan pengajaran yang sehat. Dengan melihat teladan, dukungan dan kesetiaan Paulus ditambah dengan janji penyertaan Tuhan tentunya maka Timotius dapat bertahan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada, baik dari pihak pengajar-pengajar sesat maupun dari rekan-rekan dan jemaat yang dilayaninya. Hal berikutnya yang turut menjadi kendala bagi Timotius adalah usianya yang masih relatif muda dan otomatis belum berpengalaman dalam memimpin jemaat dengan segala macam permasalahan yang mereka hadapi. Karena itu Saudara …, Paulus menasihatkan dia agar jangan sampai orang lain memandang rendah dia hanya karena usianya yang masih muda, tetapi justru dalam kemudaan usia dan pengalamannya ia dituntut untuk menjadi teladan. Sungguh bukan merupakan hal yang sederhana karena Timotius harus menjadi teladan di antara orang percaya lainnya dan bukan orang berdosa. Yakni kumpulan orang yang mengerti dengan baik firman Tuhan dan yang tentu tahu juga bagaimana mengaplikasikan/menerapkan firman itu. Intinya Saudara, Timotius memerlukan integritas diri yang sempurna yang lahir dari dirinya sendiri dan yang dapat dipancarkan kepada dunia sekitarnya sehingga nampak wibawa ilahi sebagai seorang hamba Tuhan.

Saudara…, teladan hidup yang harus ditampakkan oleh Timotius harus nyata dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Teladan dalam hal perkataan
Saudara…, menjadi atau memberikan teladan dalam hal perkataan adalah satu hal yang cukup sulit atau tidak mudah. Masalahnya manusia, termasuk kita semua adalah orang-orang yang sulit untuk mengendalikan lidah yang kecil ini. Apa kata Alkitab tentang lidah manusia? Ia diibaratkan dengan api yang kecil yang berbahaya dan mampu membakar hutan yang lebat dan luas. Hal atau perkara mana saja dapat disebabkan oleh kecenderungan manusia dalam bersilat kata dan menyebarkan gosip atau fitnah terhadap orang lain. Sehingga umumnya seorang manusia lebih cepat untuk berbicara dan lambat untuk mendengar. Padahal sebagaimana kata Alkitab, dalam banyak bicara banyak pelanggaran. Tentunya hal ini juga bukan hal yang mudah bagi Timotius, karena ia juga sedang berhadapan dengan para pengajar sesat yang ada di sekitarnya, yang merongrong kehidupan jemaat yang menjadi tanggungjawabnya. Kehadiran para pengajar sesat yang ada ini notabene akan menantang pengajaran sehat yang telah diberikan oleh Paulus dan juga Timotius saat itu. Tentu para pengajar sesat ini akan melecehkan ajaran yang sehat dan yang benar. Nah masalahnya jika Timotius tidak mampu mengendalikan emosi maka ia akan terjebak dalam perdebatan yang kosong dan tidak perlu dengan mereka. Peluang ke arah sana sangat besar, karena jika Timotius membiarkan dirinya termakan umpan mereka, maka dia akan terjebak dan bisa saja termakan ajaran mereka. Dan jika hal itu sampai terjadi maka jemaat yang dia pimpin akan menjadi korbannya. Dengan demikian Timotius gagal membina dan membangun jemaat itu.

Saudara, begitu pentingnya hal berkata-kata ini, maka Paulus menegaskan kepada Timotius supaya Timotius mengawasi dirinya dan juga ajarannya. Karena bisa jadi kesalahan pengajaran atau perkataan mengakibatkan kesesatan, demikian juga perkataan-perkataan lainnya yang tidak pantas sebagai seorang hamba Tuhan berakibat fatal bagi jemaat. Itulah teladan yang pertama, yakni melalui perkataan.


2. Teladan dalam hal tingkah laku atau sikap hidup
Saudara, Kitab Suci menyatakan kepada kita bahwa Timotius dituntut untuk jadi teladan bukan hanya dalam perkataannya, namun juga dalam sikapnya. Hal ini berarti bahwa Timotius yang menyampaikan firman Tuhan dan memerintahkan jemaat untuk melakukannya justru harus menampakkan firman itu lebih dulu dalam hidupnya. Karena jemaat tentu akan belajar dari apa yang dilihatnya dan bukan yang sekedar didengarnya. Apalagi kita ingat bahwa Timotius masih muda dalam usia. Tentunya jika dia hanya memberikan teori tanpa praktek, hal ini sangat menyakitkan bagi jemaatnya terutama yang sudah dewasa dan senior. Mereka akan melihat itu sebagai satu penghinaan karena Timotius yang muda itu berani mendikte dan memerintah mereka yang sudah tua seenaknya saja. Hal yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang hamba Tuhan. Tetapi sebaliknya jika Timotius mampu melakukan dengan tulus dan benar apa yang dia sampaikan dari mimbar tentang perintah Tuhan, maka tentunya para penatua, diaken dan majelis serta seluruh jemaat yang dia layani akan malu dan tentunya akan meneladani si Timotius yang muda dan yang memiliki integritas diri ini.

Saudara, belajar dari apa yang diperintahkan Paulus kepada Timotius, maka kita yang hidup di masa kinipun harus meneladaninya. Bahwa apa yang kita katakan harus sejalan atau selaras denga tingkah kita. Jika kita berbicara tentang kepedulian atau perhatian, maka tentu kita harus menunjukkan perhatian dan kepedulian kasih kita kepada sesama. Adakah kita mau berbagi dengan mereka yang membutuhkan makanan, minuman, pakaian, perhatian, kepedulian dan kasih kita? Ataukah itu hanya slogan semata bagi kita? Atau jika kita berbicara kejujuran, dsb, maka jangan lupa bahwa orang lainnya menuntut itu nyata dalam sikap hidup kita. Jangan pernah biarkan diri kita dilekatkan dengan istilah “NATO “not action talk only – hanya omongan yang kosong tanpa hasil.” Atau mungkin kita ingin hidup kita ada variasinya yakni beda perkataan – beda perbuatan/sikap hidup. Jika kehidupan yang kita jalani hanya serendah itu nilainya maka jangan pernah menuntut penghargaan dari orang lain. Dan jangan pernah marah atau tersinggung jika orang lain menilai picik diri kita. Karena apa yang kita takabur, sesungguhnya itulah yang akan kita tuai. Sesungguhnya integritas diri adalah keutuhan sikap kita dengan apa yang kita pikirkan dan katakan. Itulah teladan yang kedua, yakni melalui tingkah laku/sikap hidup.

3. Teladan dalam hal kasih
Saudara, menghadapi jemaat yang mungkin sarat dengan masalah dan juga menghadapi jemaat yang mungkin sekali kurang bisa menerima kehadiran Timotius dan juga para pengajar sesat yang membenci Timotius karena menentang ajaran mereka tentulah tidak muda baginya. Kasih akan menjadi senjata yang sangat ampuh bagi Timotius untuk bertahan dan memenangkan pertandingan itu. Bukan kasih yang pasif, dan pasrah, dan tak bernyali, tidak! Tetapi sebaliknya kasih yang mendidik, yang tulus dan yang melepaskan belenggu-belenggu kelaliman. Itulah kasih yang mengalir dari atas dari Bapa Sorgawi. Kasih yang rela berkorban, kasih yang peduli, kasih yang membawa orang kepada Kebenaran, dan kasih yang dibakar oleh kebenaran dan kesucian pengorbanan Kristus di kayu salib. Apakah Timotius peduli dan menggumuli serta mau turut menyelesaikan masalah yang ada dalam jemaat; apakah dia mau merangkul mereka yang menolak dia dengan kekuatan doa dan kasih yang dari Tuhan; dan apakah Timotius mau meratapi para pengajar sesat ini dan menolong mereka untuk memiliki ajaran yang sehat dan Alkitabiah? Hal ini bergantung pada kekuatan kasih dari Tuhan Yesus Kristus yang menjadi dasar dia mangasihi orang lain.

Saudara, apa yang dapat kita pelajari dari teladan kasih yang dituntut dari Timotious ini adalah bahwa: “people don’t care how much you know until they know how much you care – orang tidak peduli seberapa banyak Anda tahu (pengetahuan anda), sampai mereka tahu begitu banyaknya Anda peduli terhadap mereka.” Kasih itu hanya akan nampak dalam tindakan. Memang hanya Tuhan yang tahu dan mampu melihat bahwa kita memiliki kasih kita terhadap orang lain di dalam hati kita, tetapi manusia atau orang lain hanya mampu melihat kasih kita dan mampu merasakan kasih itu kalau ia nampak dalam kepedulian kita terhadap orang lain. Maka kasih kita berbicara lebih tegas daripada perkataan kasih itu sendiri. Itulah teladan yang ketiga, yakni melalui kasih.

4. Teladan dalam hal kesetiaan
Saudara, kesetiaan adalah satu kata yang sulit ditemukan dalam hidup banyak orang. Bisa jadi banyak orang jujur, banyak orang taat, banyak orang baik, tetapi orang setia siapakah dia? Maka kesetiaan adalah salah satu yang dituntut dari seorang Timotius. Kesetiaan berarti sampai pada akhirnya. Jika ia berhenti di tengah jalan atau telah hampir sampai pada penghujung, tetapi ia tidak sampai pada akhirnya maka ia tetap disebut tidak setia. Memang sulit bagi seorang Timotius yang masih muda dengan segala permasalahan yang dia hadapi di dalam jemaat dan ditambah dengan para pengajar sesat yang dia hadapi, maka mungkin Timotius akan segera mundur dari pelayanan, tetapi Kitab Suci menyatakan kepada kita bahwa Paulus tetap memberi semangat kepada Timotius untuk tetap setia, sebagaimana Paulus telah membuktikan dirinya setia sampai harus mencucurkan darahnya, dan bahkan di atas segalanya Paulus mengingatkan Timotius bahwa ada Tuhan yang sama yang Mahasetia yang akan setia menolong Timotius untuk mencapai garis akhir. Karena itu Saudara, sesungguhnya waktulah yang akan membuktikan kesetiaan kita dan kesetiaan kita akan membuktikan siapa sesungguhnya diri kita dihadapan Tuhan dan sesama kita. Itulah teladan yang keempat, yakni melalui kesetiaan.

5. Teladan dalam hal kesucian
Kesucian hidup! Satu kata yang cukup menakutkan bagi manusia berdosa. Tuntutan untuk tetap hidup dalam kekudusan atau kesucian adalah tuntutan yang mutlak dan wajib hukumnya. Sulit memang yang diminta dari Timotius karena Timotius tidak sedang berada di lingkaran orang-orang berdosa, namun justru ia berada di tengah-tengah kumpulan orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Bukankah menjadi teladan di antara orang-orang berdosa adalah satu hal yang cukup sederhana terutama bagi orang-orang kudus? Tetapi apakah akan semudah itu lagi jika kita berada di antara orang-orang percaya yang tahu apa itu kasih kepada Tuhan dan sesama dan juga tahu bagaimana mewujudkan kasih itu dalam hidup mereka? Karena itu Timotius harus bersaing dalam arti bukan untuk sekedar dilihat oleh orang lain, tetapi sebaliknya dia harus tetap dan terus membakar api kesucuian dalam hidupnya, bukan supaya dia mendapat pujian, tetapi karena memang demikianlah seharusnya. Bahkan dia dituntut untuk itu karena dia harus menjadi teladan bagi jemaat yang dia layani.

Suadara, intinya Timotius menjadi yang terbaik dalam hidup dan pelayananya. Dia menunjukkan kasih kepada orang lain walaupun dia sendiri sangat membutuhkan kasih itu; dia memperhatikan mereka yang lain walaupun dia sendiri sangat perlu untuk diperhatikan; dia harus tetap bersukacita di hadapan orang lain walaupun suasana hatinya bersedih atau berduka. Dia menjadi segalanya untuk dapat memenangkan mereka. Dia memang manusia lemah/terbatas, namun dalam berjuang melawan kelemahannya dia harus muncul sebagai orang yang dapat diteladani oleh banyak orang dalam segala hal. Dan untuk mencapai semua itu rahasianya hanya satu yakni relasi yang akrab dan manis yang dia bangun dengan Tuhannya di atas kasih Kristus dan juga ketekunannya dalam merenungkan firman Tuhan siang dan malam serta kekuatanya dalam kehidupan doa dan puasa kesetiaannya dalam mengikut dan melayani Tuhan.

Saudara, jika Tuhan menuntut hal itu dari Paulus dan Timotius, maka Dia menuntut hal yang sama dari kita juga, orang percaya di segala tempat dan abad. Kita tidak dapat berlindung di balik alasan bahwa kita bukan Paulus, bukan Timotius atau juga bukan pendeta/hamba Tuhan. Karena kita semua adalah anak-anak dari Tuhan kita Yesus Kristus.Dan kita memiliki tanggungjawab untuk memberi perbedaan dalam hidup kita sebagai garam dan terang. Apalagi di tengah-tengah dunia yang semakin hari semakin jahat dan egois ini. Dimanakah kebenaran dan kasih sejati yang dibutuhkan manusia abad milenium itu? Bukankah semua itu kebenaran sejati dan kasih sejati yang tulus hanya ada dalam Kristus? Dan bukankah kita adalah surat Kristus yang terbuka dapat dibaca oleh orang lain sehingga akhirnya mereka dapat menemukan apa yang mereka butuhkan kehidupan kekal mereka?

Pada akhirnya, Saudara!! biarlah ini menjadi kerinduan hati kita yakni menjadi teladan dan memancarkan kasih Tuhan agar dunia ini dapat dimenangkan dan direbut dari perapian yang menyala-nyala dan membinasakan mereka. Mari kita berdoa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar