Rabu, 27 Mei 2009

Standar hidup orang percaya

Daniel 1:6-8 yang tertulis demikian: “Diantara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda yakni Daniel, Hanaya, Misael dan Azarya. Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Asarya dinamainya Abednego. Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja, dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tidak usah menajiskan dirinya.”

Standar hidup orang Kristen yaitu “Dapat menjaga jati diri/identitas diri sebagai orang percaya.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 6-7 yang tertulis demikian: ““Diantara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda yakni Daniel, Hanaya, Misael dan Azarya. Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Asarya dinamainya Abednego.”

Dalam ayat-ayat sebelumnya yaitu ayat 3-5 di sini dijelaskan mengenai perintah Raja Nebukadnezar kepada Aspenas, kepala istananya untuk memilih anak-anak muda yang unggul dari orang Israel. Dengan tujuan untuk dididik menjadi orang yang cakap bekerja dalam istana raja. Untuk dapat bekerja di istana raja Nebukadnezar ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh orang yang mau bekerja tersebut. Syarat-syaratnya yaitu anak muda tersebut harus yang terbaik, harus keturunan raja atau bangsawan, umurnya harus masih muda. Secara fisik: anak muda tersebut tidak bercela, sempurna dan berperawakan baik/cakap. Secara intelegensi, orang yang memahami berbagai hikmat, berpengetahuan banyak dan memahami berbagai ilmu. Mereka didik untuk belajar tulisan dan bahasa orang Kasdim (ayat 4). Istilah “tulisan” di dalam ayat 4 berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu, kesusasteraan, resep obat, ilmu pengobatan, rumus-rumus ilmiah, matematika, astronomi, ilmu doa, mantera, dan ilmu-ilmu lainnya. Dari anak-anak muda unggulan itu yang terpilih yaitu Daniel dan ketiga temannya yaitu: Hanaya, Misael dan Azarya (ayat 6). Nama-nama mereka berakhiran El atau akhiran Ya yang memiliki arti “Allah yang Mahakuasa.” Di dalam ayat 7, nama mereka diganti menjadi nama orang Babel. Daniel diganti namanya menjadi Beltsazar. Hanaya diganti namanya menjadi Sadrakh. Misael diganti namanya menjadi Mesakh, sedangkan Azarya diganti namanya menjadi Abednego. Nama Beltsazar merupakan nama dewa Babel yaitu Belet, isteri dewa Marduk. Abednego memiliki arti “hamba Nebo atau Nebu,” salah satu dewa Babel juga. Sedangkan nama Sadrakh dan Mesakh yang diberakhiran “akh” merupakan singkatan nama dewa bulan di Babel yaitu “dewa Aku.”

Tentu saja penggantian nama yang dilakukan oleh pemimpin pegawai istana raja Nebukadnezar memiliki tujuan. Pemberian nama ini bertujuan agar memudahkan Daniel dan kawan-kawannya Sadrak, Mesakh dan Abednego supaya tidak merasa asing walaupun diam di negeri asing. Di sisi yang lain Daniel, Hanaya (Sadrak) dan Misael (Mesakh), Azarya (Abednego) supaya kehilangan identitas Yahudinya yang merupakan negeri asalnya. Kehilangan kebudayaannya dan Tuhannya dan sekaligus mengabdikan diri kepada dewa Babel. Dengan kata lain penggantian nama itu memiliki tujuan supaya kehilangan identitas dirinya sebagai umat Allah. Tetapi kalau kita melihat ayat-ayat sesudahnya dari teks yang kita pelajari hari ini. Mereka masih menggunakan nama asli mereka (Dan 1:19, 21, Dan 2:14, 16, 19 dst). Hal ini, menunjukkan bahwa Daniel dan teman-temannya tetap/dapat mempertahankan identitasnya/jati-dirinya sebagai umat Allah, walaupun berada di negeri asing. Di negeri asing, ditempat orang lain memang tiak mudah bagi mereka untuk mempertahakan jati diri/identitas diri sebagai seorang anak Tuhan/umat pilihan Allah. Pasti Daniel dengan teman-temannya mendapat tantangan dan rintangan, namun dengan kesemuanya itu mereka mampu menjaga identitas dirinya/jati dirinya dengan baik. Ini adalah standar hidup orang percaya, dimana setiap orang percaya harus mampu menjaga/mempertahankan jati dirinya sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Pengaruh dari bangsa asing seperti pergantian nama, lokasi, dan lain-lain tidak seharusnya menghilangkan identitas, karakter, kebudayaan, iman dan kesetiaan kita kepada Tuhan. Tetapi sebalikanya harus menjadi tantangan atau batu lompatan untuk lebih giat menyatakan kemuliaan dan kebesaran Tuhan. Jangan sampai sebagai anak Tuhan, kita kehilangan identitas diri dalam hidup dengan Allah.

Jagalah identitas dirimu /jati dirimu sebaagi seorang anak Tuhan!!


Daniel 1:6-8 yang tertulis demikian: “Diantara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda yakni Daniel, Hanaya, Misael dan Azarya. Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Asarya dinamainya Abednego. Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja, dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tidak usah menajiskan dirinya.”

Standar hidup orang Kristen yaitu “Setiap orang percaya dapat menjadi kekudusan hidup/tidak kompromi dengan dosa.” Ini dapat dilihat di dalam ayat yang ke delapan yang tertulis demikian: “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja, dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tidak usah menajiskan dirinya.”

Untuk pertumbuhan fisik yang kuat dan sehat, raja Nebukadnezar menetapkan agar Daniel dan kawan-kawannya setiap hari disediakan “pelabur.” Kata “pelabur” dalam bahasa Ibraninya yaitu pat bag yang memiliki arti “makanan dan minuman anggur yang disediakan bagi raja.” Istilah “pelabur” ini hanya muncul dalam Daniel 1:5. Daniel 1:5 tertulis demikian: “Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya.” Pelabur merupakan istilah yang berakar dari bahasa Persia yang memiliki arti “pemberian kehormatan dari meja makan raja.” Di pandang dari segi tujuan, ini memang baik bagi Daniel dan kawan-kawannya. Yaitu supaya Daniel dan teman-temannya lebih sehat dan kuat, khususnya dalam masa pendidikan selama tiga tahun sebelum melayani raja. Memang kelihatannya tidak ada masalah apa-apa, namun ditinjau dari sudut iman, ternyata bukanlah hal yang mudah. Bagi Daniel dan kawan-kawannya, tawaran iti merupakan tantangan iman yang serius. Karena dengan memakan makanan yang disiapkan raja, maka mereka telah menajiskan diri mereka dihadapan Tuhan. Ini dapat dilihat dari ayat 8 yang tertulis demikian: “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tidak usah menajiskan dirinya.”

Daniel dan teman-temannya berkeyakinan bahwa dengan memakan makanan dari meja raja atau minum anggurnya, sama dengan “menajiskan diri” mereka. Mengapa demikian? Berkaitan dengan hal ini, ada beberapa alasan. Alasan yang pertama, daging biasa yang dimakan oleh raja adalah daging babi dan kuda. Juga beberapa binatang lain yang bagi orang Yahudi adalah binatang “haram.” Selain itu orang Babel juga makan darah segar binatang yang dicurahkan ke atas daging, sebelum dimasak. Sedangkan bagi orang Israel, mereka tidak diperbolehkan untuk makan lemak dan darah. Ini dapat dilihat di dalam Imamat 3:17 yang tertulis demikian: “Inilah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun temurun di segala tempat kediamanmu: janganlah sekali-kali kamu makan lemak dan darah.” Imamat 17:10-14 tertulis demikian:
“Setiap orang dari bangsa Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, yang makan darah apapun juga, Aku sendiri akan menetang dia dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya. Karena nyawa mahluk ada di dalam darahnya dan aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa. Itulah sebabnya aku berfirman kepada orang Israel: Seorangpun diantaramu janganlah makan darah. Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah. Setiap orang dari orang Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu yang menangkap dalam perburuan seekor binatang atau burung yang boleh dimana, haruslah mencurahkan darahnya dan menimbunnya dengan tanah. Karena darah itulah nyawa segala mahluk. Sebab itu Aku telah berfirman kepada orang Israel. Darah mahluk apapun janganlah kamu makan karena darah itulah nyawa segala mahluk; setiap orang yang memakannya haruslah dilenyapkan.”

Bagi Daniel dengan kawan-kawannya jika mereka makan makanan raja, hal tersebut sama dengan melanggar hukum Taurat Tuhan. Ini adalah alasan yang pertama. Sedangkan alasan yang kedua, sebenarnya bagi orang Yahudi, anggur bukanlah minuman haram kecuali Daniel dan kawan-kawannya adalah para “nazir” yang telah bernazar untuk tidak minum anggur. Di sini ada kemungkinan Daniel dan teman-temannya menolak minuman anggur yang merupakan paket dari pelabur santapan raja. Sedangkan alasan yang ketiga yaitu, makanan dan minuman raja dipersembahkan terlebih dahulu kepada dewa Babel, sebagai pengakuan dan keilahian sang dewa dan dengan keyakinan agar sang dewa berkenan kepada orang yang memakannya. Yang keempat, penerimaan makanan itu juga sebagai simbol perjanjian bahwa mereka akan mengikatkan diri dan taat sepenuhnya terhadap raja Nebukadnezar. Hal ini sama dengan mentuhankan sang raja. Namun apapun alasannya, jelas sekali Daniel tidak mau memakannya karena hal itu merupakan hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Sebab itu dia meminta kepada kepala istana raja Nebukadnezar agar mereka memperbolehkan untuk tidak makan makanan dan minuman anggur dari meja raja melainkan makan sayu-sayuran.

Memang tidak mudah bagi Daniel untuk tidak menajiskan diri dengan memakan makanan yang disiapkan raja Nebukadnezar. Karena resikonya sangat tinggi sekali. Jika Daniel dan teman-temannya menolak makanan raja Nebukadnezar, berarti sama dengan menolak raja; dan akibatnya dianggap salah, dan akan menerima hukuman berat. Daniel dan teman-temannya akan kehilangan kesempatan untuk menjadi pejabat tinggi raja. Namun iman Daniel dan kawan-kawannya melampaui semua ketakutan, kekuatiran dan kebingungan. Dengan pasti mereka mengambil keputusan untuk tetap setia kepada Tuhan, apapun resikonya. Daniel dan teman-temannya tidak mau kompromi dengan dosa, mereka tidak mau mengecewakan Tuhan. Daniel dan teman-temannya dapat menjaga kekudusan hidup mereka dihadapan sesama dan Tuhan.

Jagalah hidupmu dengan penuh kekudusan, inilah standar hidup kita dihadapan Tuhan dan sesama.

Tuhan memberkati!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar