Kamis, 27 Agustus 2009

Kehidupan Naomi (I)

(Rut 1-4)
Asal usul atau latar belakang Naomi serta masalah yang dihadapi olehnya.” (Rut 1:1-6). “Naomi” memiliki arti: “menyenangkan, cantik, menggembirakan.” Naomi merupakan orang Efrata dari Betlehem Yehuda. Suaminya bernama Elimelekh. Naomi dikaruniai oleh Tuhan dua orang anak yaitu Mahlon dan Kilyon. Sedangkan menantunya bernama Orpa dan Rut. Keluarga Naomi pada waktu itu diperhadapkan dengan sebuah persoalan, dimana pada waktu itu daerahnya yaitu Betlehem, sedang terjadi kelaparan. Kelaparan ini ada kemungkinan disebabkan oleh adanya kekacauan pada zaman para Hakim. Contohnya serbuan bangsa Midian pada zaman Gideon sangat merusak hasil bumi dan ternak. Dengan adanya bencana kelaparan yang terjadi di Betlehem ini, akhirnya Naomi bersama dengan suaminya: Elimelekh dan anak-anaknya: Mahlon dan Kilyon, memutuskan untuk pergi ke daerah Moab yang merupakan penduduk asing. Moab berpusat di dataran tinggi sebelah timur Laut Mati, Moab di huni oleh keturunan Lot (Kej 19:37). Meskipun bangsa Moab yang tidak terkenal ramah, tidak di serang oleh Israel ketika mereka kembali ke tanah perjanjian setelah ke luar dari Mesir. Mereka tidak diterima dalam persekutuan orang Israel (Ul 23:3-4). Hal ini, dikarenakan mereka menyembah Kamos, dewa yang rupanya menuntut manusia sebagai korban persembahan. Bangsa Moab kadang-kadang di sebut bangsa Kamos (Bil 21:29). Pada masa awal zaman hakim-hakim, Eglon, raja Moab menyerbu bangsa Israel dan memperbudak bangsa Israel selama 18 tahun (Hak 3:12-30).

Dengan melihat keadaan Moab seperti ini, maka Naomi dan Elimelekh sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, bukan sesuatu yang mudah pindah ke tempat itu dan berada di tempat itu. Banyak tantangan dan persoalan yang harus dihadapi oleh mereka. Dan yang paling mengenaskan dari kehidupan rumah tangga Naomi. Pada saat Naomi berada di Moab, suami dan anak-anaknya meninggal dunia. Dengan adanya masalah seperti kelaparan, hidup dinegeri orang asing yang tidak takut akan Tuhan dan suami serta anak-anaknya telah meninggal, maka Naomi sebagai ibu rumah tangga harus menghidupi kehidupannya dan kedua menantunya yaitu Orpa dan Rut. Begitu berat penderitaan hidup yang dialami oleh Naomi.

Dari penderitaan-penderitaan dan kesusahan-kesusahan hidup yang dialami oleh Naomi ada hal-hal positif yang bisa kita pelajari dari kehidupan Naomi.

Hal-hal positif yang bisa kita pelajari dari kehidupan Naomi, yang pertama yaitu: “Naomi adalah seorang yang hidup di dalam takut akan Tuhan.” Kalau kita memperhatikan kitab Rut, kita akan menemukan bahwa Naomi sebagai seorang ibu rumah tangga yang memiliki status janda, dalam kesusahannya dan penderitaan hidupnya, dia telah hidup di dalam takut akan Tuhan. Ini terbukti bahwa dalam segala sesuatunya, Naomi selalu memberkati menantu-menantunya dengan membawa nama Tuhan. Ini dapat dilihat di dalam Rut 1:8-9 yang tertulis demikian: “Berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: “Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.” Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras.” Rut 2:19-20 tertulis: “Maka berkatalah mertuanya kepadanya: “Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau ini!” Lalu diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: “Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini adalah Boas.” Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati.” Lagi kata Naomi kepadanya: Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.”

Ayat-ayat di atas menunjukan kepada kita bahwa Naomi adalah seorang yang takut akan Tuhan, dia adalah seorang yang suka memberkati kehidupan orang lain. Dengan adanya persoalan dan kesusahan hidup yang dialaminya, Naomi hidup di dalam takut akan Tuhan, dan dia selalu memberkati dan mendoakan orang lain. Naomi sanggup menjaga integritas dirinya sebagai orang Yehuda, umat Allah yang takut akan Tuhan. Walaupun banyak persoalan dan penderitaan hidup, dia terus berpegang teguh dan hidup di dalam takut akan Tuhan

Bagaimana dengan kehidupan kita? Ketika kita diperhadapkan dengan persoalan dan pergumulan, serta kesulitan-kesulitan hidup, akankah kita hidup di dalam takut akan Tuhan? Terkadang dengan banyak persoalan dan kesulitan-kesulitan hidup yang menimpa kepada kita, kita tidak hidup di dalam takut akan Tuhan. Melainkan kita selalu berkata-kata yang “aral,” kata-kata yang keluar dari mulut kita bukanlah kata-kata yang memberkati melainkan kata-kata yang melemahkan, mengutuk dan mengecewakan orang lain. Banyak orang pada masa kini, ketika diperhadapkan dengan persoalan dan kesulitan-kesulitan hidup, untuk mencukupi segala kebutuhannya banyak orang melakukan segala macam cara seperti mencuri, membunuh dan lain sebagainya. Kenapa hal ini terjadi di dalam kehidupan seseorang, karena rasa takut akan Tuhan tidak ada di dalam hidupnya. Yang dipikirkan adalah hanya sekedar bagaimana bisa mencukupi kebutuhannya.

Pada hari ini, marilah kita belajar dari kehidupan Naomi, walaupun banyak persoalan dan pergumulan dalam hidupnya, namun dia mampu memberkati dan mendoakan orang lain. Dia mampu hidup di dalam takut akan Tuhan. Dia mampu menjaga integritasnya sebagai bangsa yang takut akan Tuhan. Persoalan dan pergumulan serta kesulitan hidup boleh datang kepada kita. Namun satu hal dengan persoalan dan pergumulan itu kita tidak boleh hidup di luar jalur Tuhan. Kita harus hidup di dalam takut akan Tuhan. Kita selalu berdoa dan memberkati kehidupan orang lain. Sehingga ketika hidup seperti ini, walaupun dalam keadaan susah kita dapat menjadi berkat bagi kehidupan orang lain.

Hal positif yang kedua yang bisa kita pelajari dari kehidupan Naomi yaitu: “Naomi memiliki komunikasi yang baik bagi keluarganya, secara khusus bagi menantunya yaitu Orpa dan Rut.” Ini dapat dilihat di dalam Rut 1:11-13 yang tertulis demikian:
“Tetapi Naomi berkata: “Pulanglah anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk kujadikan suamimu nanti? Pulanglah, anak-anakku, pergilah sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki. Masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu?” Sebab tangan Tuhan teracung terhadap aku?”

Ketika Anda membaca ayat ini, apa yang ada dibenak/dipikiran Anda? Bagi saya ayat ini menunjukkan bahwa Naomi sebagai mertua memiliki komunikasi yang baik dengan menantunya. Naomi memiliki relasi yang baik dengan kedua menantunya yaitu Orpa dan Rut. Walaupun kondisi waktu itu Naomi sedang diperhadapkan dengan kesengsaraan yang dialami oleh-nya dan oleh menantunya, namun tidak membuat keluarga ini menjadi keluarga yang berantakan atau broken home. Melainkan Naomi sebagai mertua memiliki relasi yang baik dengan kedua menantunya. Setiap persoalan dan pergumulannya, apa yang ada di dalam lubuk hati Naomi dikemukakan oleh Naomi kepada menantu-menantunya. Naomi tidak mau melihat kedua menantunya ikut-ikutan sengsara oleh karena situasi atau keadaan dirinya. Dengan adanya hal ini, Naomi mengungkapkan perasaan hatinya yang terdalam kepada menantunya dengan berkata: “Pulanglah anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk kujadikan suamimu nanti? Pulanglah, anak-anakku, pergilah sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami.” Naomi menyuruh pulang kedua menantunya kepada bangsanya, karena di dalam dirinya tidak ada harapan. Naomi tidak mau melihat hidup mereka sengsara dan mengalami kesulitan yang luar biasa. Disinilah letak komunikasi dan relasi begitu nyata di dalam kehidupan Naomi dan menantu-menantunya.

Yang menjadi pertanyaannya adalah ketika kita diperhadapkan dengan kesulitan, kesusahan dan penderitaan hidup, masihkah kita dapat menjaga relasi yang baik dengan keluarga? Masihkah kita memiliki komunikasi yang baik dengan anggota keluarga Anda? Atau kah sebaliknya dengan banyak persoalan dan pergumulan dan kesulitan hidup, Anda dan anggota keluarga Anda saling menyalahkan satu sama lain. Sehingga pada akhirnya, keluarga Anda dengan saudara-saudara Anda saling bermusuhan. Ketika kita diperhadapkan dengan banyak cobaan hidup, disitulah kita seharusnya secara khusus dalam anggota keluarga untuk saling mendukung, memberikan motivasi untuk bangkit dari persoalan dan kesulitan hidup itu. Ketika diperhadapkan dengan kesulitan hidup, anggota keluarga dituntut untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah-masalah hidup, mencari jalan keluar secara bersama-sama. Anggota keluarga wajib bersatu, saling menolong dan mendukung. Niscaya dengan adanya hal ini, ketika kita diperhadapkan dengan persoalan hidup ada sukacita yang luar biasa, ada kebersamaan yang luar biasa di dalam kehidupan kita. Hiduplah dan milikilah relasi yang baik dengan sesama anggota keluarga.

Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar