Rabu, 12 Agustus 2009

Surat Kristus

2 Korintus 3:1-6 tertulis demikian: “Adakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu? Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia. Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.”

Kita akan melihat bagian yang pertama yaitu “siapa yang menjadi surat Kristus.” Yang menjadi surat Kristus yaitu “orang percaya: jemaat di Korintus.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2 dan 3 yang tertulis demikian: “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia.”

Di dalam ayat 2 dan 3 ini ada kata “kamu adalah.” Kata ini menunjuk kepada jemaat yang berada di Korintus, bahwa mereka adalah surat Kristus. Paulus menyatakan kepada jemaat di Korintus bahwa mereka adalah surat Kristus. Kenapa jemaat di Korintus disebut sebagai surat Kristus? Alasannya, karena mereka telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Jemaat di Korintus ini adalah jemaat yang pernah dilayani oleh Paulus. Pertama kali, Paulus mengunjungi jemaat di Korintus dalam perjalanan misi yang kedua (Kis 18:1-17). Di Korintus, Paulus tinggal bersama-sama dengan Priskila dan Akwila. Di Korintus, Paulus memulai pelayanannya di dalam rumah ibadah orang Yahudi. Dari situ, dia masuk ke rumah seorang yang bernama Titius Yustus, melalaui pelayanan Paulus ini banyak orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam kehidupan mereka. Dengan adanya hal ini, jelas sekali bahwa jemaat di Korintus adalah jemaat yang sudah menerima dan percaya kepada Yesus Kristus, sehingga di dalam kehidupan mereka disebut sebagai surat Kristus yang ditulis melalui pelayanan Paulus. Jadi setiap orang percaya termasuk kita yang hidup di masa kini adalah surat Kristus. Setiap orang percaya adalah surat Kristus yang memancarkan pribadi Kristus.

Kita akan melihat bagian yang kedua yaitu “keunikan dari surat Kristus.” Keunikan dari surat Kristus, ini dapat dilihat di dalam ayat 2-3 yang tertulis demikian: “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia.”

Berdasarkan ayat 2-3 ini ada beberapa keunikan dari surat Kristus. Keunikan yang pertama dari surat Kristus yaitu “tertulis dalam hati.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2a yang tertulis demikian: “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami.” Di dalam ayat ini ada kata “tertulis” dalam teks asli Alkitab memakai kata enggrapho yang memiliki arti: “tertulis atau terdaptar.” Dengan kata lain, jemaat yang ada di Korintus selalu ada di dalam hati Paulus. Paulus selalu mengingat jemaat yang ada di kota Korintus. Kedekatan antara Paulus dengan jemaat di Korintus sangat luar biasa, ini terbukti dengan kunjungan Paulus sebanyak dua/tiga kali ke jemaat yang berada di kota Korintus. Di sisi yang lain, Paulus juga berani meminta bantuan yang belum dikumpulkan oleh jemaat di Korintus untuk jemaat yang ada di Yerusalem. Dengan adanya hal ini, jelas sekali bahwa relasi Paulus dengan jemaat di Korintus sangat baik. Relasi antara pelayan Tuhan dengan orang yang dilayani sangat baik. Kehidupan seperti ini, perlu kita tiru di dalam setiap kehidupan kita. Anda sebagai pelayan Tuhan dengan orang yang dilayani oleh Anda harus ada relasi/kedekatan yang baik. Begitupula sebaliknya orang yang dilayani harus memiliki relasi/kedekatan yang baik dengan pelayan Tuhan. Tetapi yang sangat disayangkan, banyak sekali di masa kini pelayan Tuhan dengan orang yang dilayani, begitupula sebaliknya antara orang yang dilayani dengan pelayan Tuhan tidak adanya relasi/kedekatan yang baik. Contoh: Ketika jemaat yang dilayani memiliki masalah dan pergumulan serta kesulitan-kesulitan hidup, lebih banyak mereka tidak sharing dengan pelayan Tuhannya, melainkan sharing dengan pelayan Tuhan yang lain. Hal ini bisa terjadi, biasanya disebabkan karena adanya jarak yang jauh antara pelayan Tuhan dengan orang yang dilayani. Marilah kita hidup seperti Paulus yang memiliki kedekatan dengan jemaat yang dilayaninya.

Keunikan yang kedua dari surat Kristus yaitu “dikenal oleh semua orang.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2 dimana di dalam ayat ini ada kata “yang dikenal” dalam teks asli Alkitab memakai kata ginosko yang memiliki arti: “mengetahui, mengenal, mengetahui dengan pasti, memahami.” Sebagai surat Kristus, jemaat di Korintus merupakan salah satu jemaat yang dikenal oleh semua orang yang ada di Korintus.

Keunikan yang ketiga dari surat Kristus yaitu “dapat dibaca.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2, di mana di dalam ayat ini ada kalimat: “yang dapat dibaca oleh semua orang.” Kata “yang dapat di baca” dalam teks asli Alkitab memakai kata anaginoskomene dari kata dasar anaginosko yang memiliki arti: “dibaca (didepan umum).”

Dengan dua pengertian kata dari kata “dikenal dan dibaca” hal ini menunjukan bahwa totalitas hidup jemaat di Korintus dilihat oleh semua orang. Bagaimana cara mereka menjalani hidup, bagaimana cara mereka berkata-kata, bagaimana cara mereka bersopan santun. Bagaimana cara mereka melakukan sesamanya. Hal itu dilihat, dikenal dan dapat dibaca oleh semua orang yang berada di kota Korintus. Dengan kata lain, seluruh keberadaan hidup jemaat di Korintus dapat dikenal dan dibaca oleh orang lain. Dengan adanya hal ini, maka jemaat di Korintus sebagai surat Kristus yang membawa nama Pribadi Kristus harus dapat menjadi berkat dan memberkati kehidupan orang lain. Dan hal ini, tidak hanya ditujukan kepada jemaat yang ada di Korintus saja pada saat itu. Tetapi hal ini juga ditujukan secara khusus kepada kita orang percaya di masa kini. Kita sebagai orang percaya adalah surat Kristus yang membawa nama pribadi Kristus. Dimanapun kita berada/hadir, kemanapun kita pergi, ingatlah satu hal bahwa kita selalu membawa nama pribadi Kristus.

Dengan memiliki kesadaran bahwa kita selalu membawa nama pribadi Kristus dalam setiap totalitas hidup kita. Dengan memiliki kesadaran bahwa kita dikenal dan dibaca oleh semua orang tentang bagaimana kita hidup. Maka kita sudah seharusnya selalu berusaha dan berusaha untuk menjadi berkat bagi orang lain. Maka kita seharusnya mengenakan karakter Kristus di dalam setiap kehidupan kita. Maka, sudah seharusnya kita hidup untuk terus menerus menjadi berkat dan memberkati kehidupan orang lain.

Ada seekor burung beo pandai meniru perkataan orang. Burung beo ini mempunyai kebiasaan yang buruk. Ia suka mengejar-ngejar ayam-ayam betina tetangga. Suatu kali tetangga pemilik burung beo itu memergoki tingkah laku beo ini. Maka ia mendatangi pemilik burung beo dan melaporkannya. Setelah mendengar laporan tetangganya, pemilik burung beo menasehati burung beonya. Dan syukurlah, burung beo itu bisa mengerti. Namun perubahan burung beo itu tidak berlangsung lama. Kembali burung beo itu mengejar-ngejar ayam -ayam betina tetangga. Tetangga pun sempat memergokinya. Lantas kembali tetangga meminta pemilik burung beo untuk mengajari burung beonya. Pemilik burung beo sekarang agak keras terhadap beonya. Beo itu digundulinya. Untuk beberapa waktu yang cukup lama, burung beo itu “bertobat”. Tapi suatu kali ia pun kembali pada kebiasaan lamanya. Kali ini sang pemilik memergokinya. Maka dengan sangat kesal, pemilik itu berkata: “Hei botak, kau kejar terus ayam-ayam betina itu! Ke sini kau! Kurantai kau sekarang.” Beo itu akhirnya dirantai di dekat jendela ruang tamu. Suatu hari pemilik beo itu mengadakan pesta di rumahnya. Tiap tamu disambut baik oleh tuan rumah. Selalu tuan rumah, yakni pemilik beo itu, berkata demikian kepada tamu yang baru datang: “Selamat datang, Tuan dan Nyonya Alfred.” Lalu beo itu pun menirunya: “Selamat datang, Tuan dan Nyonya Alfred.” “Selamat datang Tuan Boni,” sapa tuan rumah. “Selamat datang Tuan Boni,” kata beo itu. Kini giliran tamu yang datang adalah Bapak Arnold. Bapak Arnold ini “gunawan” atau “gundul tapi menawan.” Belum sempat pemilik beo mengucapkan selamat datang, eh beo itu berkata keras: “Hei botak, kau kejar terus ayam-ayam betina itu! Ke sini kau! Kurantai kau sekarang.” Burung beo memang suka meniru suara pemiliknya. Oleh karena itu, hati-hati punya burung beo di rumah, bisa-bisa rahasia rumah ketahuan orang, sebab apa yang disampaikan oleh pemilik beo, itu pulalah yang keluar dari mulutnya. Burung beo itu ibarat kertas putih untuk menulis surat. Ia menyampaikan apa yang ditulis oleh pemiliknya. Kita ini bukan lagi kertas putih. Kita telah dicemari dosa. Oleh karena itu, apa yang keluar dari diri kita, seringkali adalah hal-hal yang memuat dosa. Buktinya: kita cenderung suka dengan hal-hal yang tidak baik: menyoraki maling yang dipukuli, dsb. Namun, syukur kepada Allah. Karena karya Roh Kudus, maka kita pun menjadi surat Kristus. Roh Kudus menuliskan hal-hal yang seturut kehendak Kristus Yesus di dalam diri kita, sehingga kita menjadi manusia yang baru. Nah, apakah kita ini sungguh-sungguh surat Kristus? Itu bergantung dari apa yang dibaca orang melalui hidup kita. Kalau kita mengungkapkan perbuatan Kristus dalam hidup kita, maka berarti kita adalah surat Kristus. Sebaliknya kalau kita masih mengungkapkan perbuatan dosa, dan tidak pernah bertobat, maka berarti kita adalah surat pendosa dan bukan surat Kristus.

Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar