Rabu, 12 Agustus 2009

Sikap Yang Benar Dalam Menyampaikan Firman Tuhan

2 Timotius 4:1-5 tertulis demikian: “Dihadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan demi kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”

Kita akan melihat yang pertama yaitu “Ajakan untuk menyampaikan firman Allah.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2 yang tertulis demikian: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Di dalam ayat 2 ini ada kata “beritakanlah firman” dalam teks asli Alkitab memakai kata kerusso yang memiliki arti: “memberitahukan, menceritakan dan berkhotbah.” Paulus mengajak kepada Timotius sebagai anak didiknya untuk memberitakan, menceritakan firman Tuhan kepada orang-orang yang dilayaninya. Ini merupakan ajakan Paulus yang sungguh-sungguh ditujukan kepada Timotius. Kewajiban Timotius sebagai hamba Tuhan/gembala sidang adalah memberitakan firman Tuhan. Karena firman Tuhan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi kehidupan jemaat. Firman Tuhan merupakan pondasi hidup umat Tuhan. Tanpa firman Tuhan, jemaat yang dilayani oleh Timotius akan hidup diluar jalur Tuhan. Dari sini kita diajar oleh firman Tuhan, bahwa kita sebagai orang percaya harus memberitakan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Entah kita sebagai hamba Tuhan, atau kaum awam kita diperintahkan oleh Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan itu kepada orang lain. Matius 28:19-20 tertulis: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Kita akan melihat yang kedua yaitu “Sikap yang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2 yang tertulis demikian: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Berdasarkan ayat 2 ini ada beberapa sikap yang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan. Yang pertama yaitu “memiliki sikap yang siap dalam menyampaikan firman Tuhan.” Ini dapat dilihat dengan adanya kalimat: “siap sedialah baik atau tidak baik waktunya.” Kata “siap sedialah” dalm teks asli alkitab memakai kata ephistemi yang memiliki arti “berdiri dekat dengan tiba-tiba, siap sedia.” Timotius adalah seorang hamba Tuhan, dia merupakan anak didik Paulus. Tentu sebagai seorang hamba Tuhan, dalam setiap saat, setiap waktu, dalam keadaan baik dan dalam keadaan tidak baik, dia harus selalu siap dalam menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang dilayaninya pada waktu itu. Tanpa siap sedia dalam menyampaikan firman Tuhan, maka secara otomatis firman Tuhan itu tidak dapat diberitakan dengan baik. Suadara-saudara, ketika Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk menyampaikan firmanNya, entah itu dimimbar gereja, diradio, di TV bahkan diberbagai media lain. Maka kita selalu dituntut untuk siap sedia menyampaikan firman Tuhan dengan baik. Untuk memiliki sikap siap sedia dalam menyampaikan firman Tuhan, kita selalu dituntut untuk belajar dan belajar, membaca dan merenungkan firman Tuhan itu di dalam kehidupan kita.

Sikap yang kedua dari sikap yang benar dalam menyampaikan firman Tuhan yaitu: “harus mampu menyatakan kesalahan.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 2, di mana di dalam ayat ini ada kalimat: “Nyatakanlah apa yang salah.” Kata “menyatakanlah” dalam teks asli Alkitab memakai kata elengkho yang memiliki arti: “menyingkapkan, membuktikan, menegur dan menghukum.” Ketika dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan, Timotius merupakan seorang anak yang masih muda. Entah berapa usia dia pada waktu dipangil oleh Tuhan untuk melayani Tuhan. Namun Alkitab mencatat dan memberikan penjelasan kepada kita, ketika Timotius dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hambaNya, dia pada waktu itu masih muda. Ini tertulis di dalam 1 Timotius 4:12: “Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” Kalau kita melihat dalam 1 Timotius 4:12, jelas sekali bahwa ketika dia dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba-Nya, dia adalah seorang yang masih muda. Sebagai seorang yang masih muda, dia dituntut untuk menyatakan apa yang salah, menyingkapkan, membuktikan menegur orang-orang yang berbuat salah. Untuk menyingkapkan kesalahan, untuk menyatakan kesalahan maka Timotius tidak boleh kompromi dengan dosa. Dia harus jujur menyatakan kebenaran kepada setiap orang yang dilayaninya. Diusianya yang muda, bagi Timotius hal tersebut bukan sesautu yang mudah/gampang. Hal ini akan mengalami hambatan jika dia sebagai seorang hamba Tuhan tidak hidup sungguh sungguh takut akan Tuhan. Untuk menegur dan menyatakan kesalahan kepada setiap orang maka, maka Timotius dituntut untuk hidup menjadi teladan, menjungjung tinggi integritas dan kredibilitas. Menjungjung tinggi kejujuran dan hidup menjadi berkat bagi orang lain. Tanpa hal ini dia tidak bisa menyatakan kesalahan kepada orang lain. jadi sikap yang benar dalam menyampaikan firman Tuhan adalah tidak komproni dengan dosa, kesalahan harus dinyatakan sebagai kesalahan, kebenaran harus dinyatakan sebagai kebenaran.

Sikap yang ketiga dari sikap yang benar dalam menyampaikan firman Tuhan yaitu “menegur dan menasihati dengan segala kesabaran.” Ini tertulis di dalam ayat 2, di mana di dalam ayat 2 ini ada kalimat: “tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Kata “tegorlah” dalam teks asli Alkitab memakai kata epitimao yang memiliki arti: “menghardik, berbicara dengan serius, memperingati, melarang atau menghukum.” Sikap Timotius dalam menyampaikan firman Tuhan, harus disertai dengan sikap menegur, menasihati dengan penuh kesabaran terhadapa orang-orang yang dilayaninya. Timotius diharapankan oleh Paulus untuk berbicara secara serius dengan penuh kesabaran di dalam menasihati orang-orang yang dilayaninya. Tanpa rasa sabar maka dia tidak akan berhasil dalam melayani Tuhan dan membawa umat Tuhan untuk hidup di dalam takut akan Tuhan.

Kita akan melihat bagian yang ketiga yaitu: “Alasan dari sikap yang benar dalam menyampaikan firman Tuhan.” Ini tertulis di dalam ayat 3-4: “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” Berdasarkan ayat 3-4, ada dua alasan supaya kita memiliki sikap yang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan. Alasan yang pertama, yaitu “akan datang saatnya orang yang menerima ajaran yang sehat beralih kepada ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.” Ini tertulis di dalam ayat 3: “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendak-Nya untuk memuaskan keinginan telinganya.” Di dalam ayat ini ada kalimat: “ajaran yang sehat.” Ajaran yang sehat di sini bisa dikatakan ajaran yang benar. Kehidupan orang-orang yang dilayani oleh Timotius akan beralih dari ajaran yang sehat/benar akan beralih kepada ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Kalau kita memperhatikan dalam teks sebelumnya yaitu 2 Timotius 3:1-9. Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa pada masa akhir zaman akan terjadi masa-masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan menjadi pembual, pemfitnah, pemberontak, tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekan orang, garang, tidak suka yang baik, suka berkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah, tetapi hidupnya tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Dengan keadaan seperti ini, maka Timotius dituntut untuk memiliki sikap yang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan. Alasan yang kedua, yaitu: “memalingkan telinganya dari kebenaran.” Ini dapat dilihat di dalam ayat 4 yang tertulis demikian: “Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” Di dalam ayat ini ada kata “memalingkan” dalam teks asli alkitab memakai kata apostrepho yang memiliki arti “memalingkan, berpaling dari, mengembalikan, menolak, menyingkirkan.” Banyak jemaat Tuhan akan memalingkan telinganya dari kebenaran, mereka akan menolak kebenaran. Mereka akan berpaling dari firman Tuhan. Ini disebabkan oleh karena adanya pengajaran sesat. Pengajaran sesat itu diumpamakan oleh Paulus sebagai penyakit kanker. Suatu penyakit yang sangat berbahaya. Dengan dua alasan ini maka Timotius sebagai seorang hamba Tuhan harus memiliki sikap yuang benar di dalam menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang dilayaninya. Dan hal ini tidak hanya berlaku bagi Timotius dijaman dulu. Hal ini berlaku juga di dalam kehidupan kita untuk masa kini. Dalam menyampaikan firman Tuhan kita juga harus memiliki sikap yang benar. Orientasi pelayanan kita harus ditujukan untuk kepentingan Tuhan yaitu memajukan umat Tuhan untuk hidup dalam takut akan Tuhan. Membina umat Tuhan untuk hidup dalkam takut akan Tuhan dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka tidak berlaih kepada ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab. Saudara-saudara, marilah kita senantiasa sungguh-sungguh berjuang dengan sekuat tenaga memberitakan firman Tuhan kepada orang-orang yang dilayani supaya mereka hidup di dalam ajaran yang benar dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh ajaran-ajaran sesat. Tugas kita sebagai seorang hamba Tuhan dan pembina orang-orang yang dilayani adalah membawa mereka hidup di dalam kebenaran Tuhan.

Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar