Senin, 24 November 2008

Belajar Firman Allah

Program: “BELAJAR FIRMAN ALLAH”
(Oleh: Jajang Sukarjo, S.Th)
=====================
Tema: “Ketika Tuhan Berdiam Diri”



“Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa dikala fajar. Mazmur Daud. Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Aku berseru tetapi Engkau tetap menjauh dan tidak menolong aku. Allahku aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. Kepada-Mu nenek moyang kami percaya, mereka percaya dan Engkau meluputkan mereka. Kepadamu mereka berseru-seru, dan mereka terluput, kepadamu mereka percaya dan mereka tidak mendapat malu.” (Mzm 22:1-6)



Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Anda memiliki banyak persoalan dan pergumulan, pernahkah di dalam diri Anda, bahwa Allah “seolah-olah meninggalkan” Anda, seolah-olah Allah “berdiam diri” atau Allah “seolah-olah tidak peduli” dengan Anda. Anda dibiarkan masuk dan menerima persoalan dan pergumulan, tanpa Tuhan menolong Anda. Apakah di dalam kehidupan Anda sering mengalami hal ini? Banyak orang seringkali bersaksi di gereja-gereja mengenai doa atau seruan kita yang di jawab Tuhan. Tetapi jarang orang bersaksi kalau doanya tidak di jawab oleh Tuhan. Pernahkah Anda berseru kepada Tuhan, dan Tuhan seolah-olah beriam diri, tidak menyahut dan tidak mau menjawab seruan dan doa kita? Lalu respon apa yang Anda berikan kepada Tuhan, ketika Tuhan seolah-olah “tidak mempedulikan” diri kita? Apakah kita kecewa kepadaNya? Atau kita tetap yakin dan percaya 100% kepada Tuhan dengan terus-menerus menanti jawaban seruan doa Anda kepada Allah? Seringkali kebanyakan orang, tidak mau datang kepada Tuhan. Mereka akan mengalami kekecewaan kepada Allah.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, hal inilah yang akan kita pelajari di dalam pembelajaran firman Tuhan pada hari ini. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, dalam pembelajaran firman Tuhan pada hari ini, saya akan membaginya menjadi beberapa bagian. Yang pertama, kita akan melihat: “seruan Pemazmur kepada Tuhan.” Yang kedua, kita akan melihat: “respon Tuhan terhadap seruan Pemazmur.” Yang ketiga, kita akan melihat: “dasar dari seruan Pemazmur kepada Allah.” Tiga hal inilah yang akan kita pelajari di dalam pembelajaran firman Tuhan pada hari ini.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang pertama yaitu: “Seruan Pemazmur kepada Tuhan.” Seruan Pemazmur kepada Tuhan ini, dapat dilihat di dalam ayat 2a dan ayat 3a. Ayat 2a berkata demikian: “Aku berseru…” Ayat 3a berkata demikian: “Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang…, dan pada waktu malam..,” Di dalam ayat ini ada kata: “berseru” dalam teks asli Alkitab memakai kata: saegati dari kata dasar: saag yang memiliki arti: “berseru, meraung.” Yang menjadi pertanyaannya, Pemazmur berseru kepada siapa? Tentunya di sini Pemazmur berseru kepada Allah. Di dalam ayat 2-3 ini, ada tiga kali nama Allah di sebutkan. Jelas sekali bahwa Pemazmur berseru kepada Allah, atas setiap persoalan dan pergumulan atau permasalahan yang sedang dihadapinya. Adapun persoalan-persoalan Pemazmur ini dapat dilihat di dalam ayat 8, 13-14, 17-19. Ayat 8 berkata demikian: “Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya:” Ayat 13-14 berkata demikian: “Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku; mereka mengangakan mulutnya terhadap aku, seperti singa yang menerkam dan mengaum.” Ayat 17-19 berkata demikian: “Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi pakaianku diantara mereka dan mereka membuang undi atas jubahku.” Ayat 8, 13-14 dan 17-19 ini, merupakan musuh-musuh pemazmur. Pemazmur merasa tertekan dengan musuh-musuhnya. Ketika Pemazmur mendapatkan persoalan seperti ini, dia tidak mengandalkan dirinya sendiri, tidak mengandalkan kekuatannya, dia tidak mengandalkan manusia, melainkan pemazmur ini mengandalkan Tuhan, dia selalu bersandar kepada Allah, Pemazmur berseru kepada Tuhan. Ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana dengan Anda, ketika Anda menghadapi persoalan dan pergumulan di dalam kehidupan Anda? Apakah Anda selalu mengandalkan diri Anda sendiri? Apakah Anda selalu mengandalkan kekuatan diri Anda sendiri? Apakah Anda selalu mengandalkan orang lain atau sesama Anda, atau saudara Anda? Ataukah Anda selalu bersandar kepada Tuhan dan mempercayai Tuhan, bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang dapat di percayai dalam menyelesaikan masalah dan pergumulan Anda. Pada masa kini, banyak orang jatuh kepada humanisme, mengandalkan sesama atau kekuatan manusia, yang pada akhirnya bukan penyelesaian masalah yang kita peroleh, melainkan hanya kekecewaan yang kita dapatkan. Yeremia 17:5-6 berkata demikian: “Beginilah firman Tuhan: “terkutuklah orang yang mengadalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus dipadang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia tidak akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.” Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, berdasarkan ayat ini, kalau kita mengandalkan manusia, mengandalkan kekuatannya sendiri dan menjauh dari Tuhan, ketika kita mendapatkan persoalan dan pergumulan hidup, maka kita akan di kutuk oleh Tuhan. Sebaiknya ketika kita memiliki persoalan dan pergumulan hidup, baik itu persoalan yang berkaitan dengan kebutuhan hidup atau ekonomi, berkaitan dengan usaha dan pekerjaan Anda, berkaitan dengan jodoh, berkaitan dengan kesehatan atau sakit penyakit, Anda datang kepada Tuhan. Kita lebih baik berseru atau berdoa, mengandalkan Tuhan, karena setiap orang yang mengandalkan Tuhan, maka kita akan di berkati oleh Tuhan. Yeremia 17:7-8 berkata demikian: “Di berkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN, ia akan seperti pohon yang di tanam di tepi aliran air, yang merambatkan akar-akarnya ketepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, apakah Anda mau diberkati Tuhan? Kalau Anda mau di berkati oleh Tuhan, datanglah kepada Dia, andalkanlah Tuhan dalam totalitas hidupmu, berseru dan berdoalah kepada Dia, maka niscaya kita akan ditolong dan diberkati oleh Tuhan.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang kedua yaitu: “respon Tuhan atas seruan atau doa Pemazmur yang dinaikan kepada Tuhan.” Respon atau jawaban Tuhan atas doa atau seruan yang Pemazmur naikan kepada Tuhan, ini dapat dilihat di dalam ayat 2-3. Di dalam ayat 2-3 ini, ada beberapa respon Tuhan terhadap seruan atau doa Pemazmur. Kita akan melihat ayat yang ke 2. Ayat 2 berkata demikian: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi engkau tetap menjauh dan tidak menolong aKu.” Respon Allah yang pertama yaitu kita dapat melihat dengan adanya kalimat: “Mengapa Engkau meninggalkan aku.” Respon yang pertama yaitu: “Tuhan meninggalkan Pemazmur.” Pendengar yang dikasihi Tuhan, kata: “meninggalkan” dalam teks asli Alkitab memakai kata: enabetani dari kata dasar: anab yang memiliki arti: “meninggalkan, mengabaikan, membiarkan.” Kata “meninggalkan” ini di gunakan sejajar dengan kata: “menolak atau membuang” (Maz 27:9; Maz 71:9). Dalam Kitab Ratapan 5 sejajar dengan kata: “melupakan.” Kalau kita melihat ayat ini, Pemazmur berseru kepada Tuhan: “Allahku-Allahku.” Ketika Pemazmur menghadapi masalah, dia berseru kepada Tuhan: “Allahku Allahku.” Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah yang menjadi respon Tuhan? Apakah Tuhan menjawab seruan Pemazmur? Dalam teks yang kita pelajari pada hari ini, Tuhan: “meninggalkan, mengabaikan atau membiarkan” Pemazmur. Ini adalah respon pertama dari Tuhan terhadap Pemazmur.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat respon yang kedua dari Tuhan terhadap seruan atau doa Pemazmur. Respon Allah yang kedua terhadap seruan atau doa pemazmur, masih dapat dilihat di dalam ayat yang ke 2. Di dalam ayat 2 ini, ada kalimat: “Aku berseru, tetapi engkau tetap menjauh dan tidak menolong AKu.” Alkitab TL menulis demikian: “Ya Allahku! Ya Allahku! Mengapa Engkau telah meninggalkan aku? Dan jauh Engkau dari pada menolong aku dan dari pada bunyi peraungku.” Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam kalimat ini ada kata: “menolong.” Kata: “menolong” dalam teks asli Alkitab memakai kata miyesuat dari kata dasar: yesuah yang memiliki arti: “menyelamatkan.” Berdasarkan ayat ini, respon Tuhan yang kedua terhadap seruan atau doa yang dinaikan kepada Allah atas pergumulan dan persoalan yang di hadapi oleh Pemazmur yaitu: “Tuhan tidak menyelamatkan.” Tuhan tidak menyelamatkan Pemazmur. Dalam beberapa jangka waktu, Allah berdiam diri dan tidak menyelamatkan Pemazmur.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat respon Allah yang ketiga terhadap seruan atau doa yang pemazmur naikan kepada Allah. Ini dapat dilihat di dalam ayat 3 yang berkata demikian: “Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.” Di dalam ayat 3 ini, ada kata: “tidak menjawab” dalam teks asli Alkitab memakai kata: we lo taeneh. Kata: taeneh berasal dari kata dasar: anah yang memiliki arti: “respon, menjawab.” Jadi yang dimaksud dengan kata: we lo taeneh yaitu: “tidak sama sekali menjawab atau merespon.” Ini adalah resfon yang ketiga yaitu: “Tuhan tidak meresfon atau menjawab seruan Pemazmur.” Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Tuhan meninggalkan Pemazmur! Ketika Tuhan tidak menolong Pemazmur! Dan Ketika Tuhan tidak respon atau menjawab seruan dan doanya, maka akibatnya hidup Pemazmur tidak tenang. Ini dapat dilihat di dalam ayat 3, di mana di dalam ayat ini ada kalimat: “tidak sama sekali aku tenang.” Ini adalah akibatnya kalau Tuhan berdiam diri terhadap seruan dan doanya. Dan hal ini tentunya tidak hanya terjadi di dalam kehidupan Pemazmur saja, hal ini seringkali terjadi di dalam kehidupan kita. Pada saat kita berdoa kepada Tuhan dan Tuhan lama menjawab persoalan dan pergumulan kita, maka hidup kita seringkali tidak tenang, kita seringkali kuatir dan akibatnya kita terjebak untuk menyelesaikan persoalan dan pergumulan kita dengan cara kita sendiri. Dan pada akhirnya kita jatuh dalam dosa. Pemazmur ketika hidupnya merasa tidak tenang karena doanya belum di jawab atau Tuhan belum meresfon terhadap doanya, dia memuji dan memuliakan Tuhan. Pemazmur mengatakan bahwa Allah yang dia sembah, yang di percayai adalah Allah yang kudus, Allah yang bersemayam di atas puji-pujian bangsa Israel. Ini dapat dilihat di dalam ayat 4 yang berkata demikian: “Padahal Engkaulah yang kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” Berdasarkan ayat ini Pemazmur memuji dan memuliakan Allah yang kudus. Dan pada akhirnya Tuhan menjawab seruan dan doa Pemazmur. Ini dapat dilihat di dalam ayat 22 yang berkata demikian: “Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku.” Kata: “menjawab” dalam teks asli Alkitab memakai kata: anah, dalam teks Yunani memakai kata: ten tapeinosin mou yang memiliki arti: “merespon atau menjawab.” Puji Tuhan, pada akhirnya Tuhan menjawab atau meresfon seruan atau doa Pemazmur, dan ini akan terjadi juga di dalam kehidupan kita di masa kini. Ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Bahwa Tuhan menjawab doa kita.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan melihat yang ketiga yaitu: “dasar dari seruan Pemazmur kepada Allah.” Dasar Pemazmur berseru atau berdoa kepada Allah, ini dapat dilihat di dalam ayat 5-6 yang berkata demikian: “Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepadamu mereka percaya dan mereka tidak mendapat malu.” Berdasarkan ayat ini, dasar dari pada Pemazmur berseru pada Tuhan yaitu: “Tuhan menjawab seruan nenek moyang Pemazmur. Ini terlihat dengan adanya kata: “meluputkan.” Kata: “meluputkan” dalam teks asli Alkitabnya memakai kata: watephaletemu dari kata dasar: phalet yang memiliki arti: “jalan keluar, lepas dari.., melepaskan diri dari.., luput dari...” Pemazmur mungkin di sini berpendapat jikalau doa nenek moyangnya di jawab, maka ketika dia berdoa atau berseru kepada Allah Yahweh, dia akan mendapatkan jawaban, memperoleh jalan keluar, lepas dari persoalan dan pergumulan, atau dapat melepaskan diri dari persoalan dan pergumulan dengan pertolongan Tuhan. Di sisi yang lain Pemazmur percaya bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan, tidak akan di permalukan. Ini adalah dasar dari seruan atau doa Pemazmur. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Allah seolah-olah mengulur-ngulur waktu atau doa dan seruan kita, maka kita harus percaya, bahwa tepat pada waktunya Tuhan akan menjawab doa atau seruan kita, sesuai dengan kehendak-Nya. Tuhan memberkati Anda.








Program: “BELAJAR FIRMAN ALLAH”
Oleh: Jajang Sukarjo, S.Th
======================
Tema: Keluarga

“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah didalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan ia tawar hatinya.” (Kol.3:18–21)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, keluarga adalah lembaga pertama sekaligus menjadi lembaga tertua yang dibentuk oleh Tuhan sendiri. Mengapa membentuk lembaga ini? Karena menurut Tuhan; tidak baik manusia itu seorang diri saja. Dan dasar adanya lembaga keluarga ini karena adanya pernikahan. Pernikahan itu sendiri didasarkan pada kehendak Tuhan untuk mempersatukan Adam dan Hawa, yang tercatat dalam Kej.2:23–25, demikian: “inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku …” Teks ini, Saudara, menunjuk kepada penyatuan antara laki-laki dan perempuan dalam satu pernikahan. Melalui pernikahan ini muncullah anggota-anggota dalam keluarga seperti: ayah, ibu, anak-anak. Nah, dan tiap-tiap anggota dalam keluarga ini memiliki tanggungjawabnya masing-masing sebagaimana yang tercatat dalam Alkitab, yakni:

Tanggungjawab Isteri – ay.18, mengatakan: “ … ”
Dalam teks ini isteri bertanggungjawab untuk tunduk kepada suami. Mengapa istri harus tunduk kepada suami? Setidaknya ada 3 alasan yang mendasari adanya perintah Tuhan ini, yakni karena:
secara urutan laki-laki diciptakan lebih dulu dari perempuan.
karena perempuan yang diambil dari laki-laki dan bukan sebaliknya.
karena laki-lakilah, dalam hal ini Adamlah yang diberi kuasa untuk memberi nama semua binatang di muka bumi. Jadi kita bisa simpulkan bahwa memang naturnya atau memang sudah hukum alamnya bahwa laki-laki itu harus dihormati oleh perempuan. Maka emansipasi yang diperjuangkan oleh wanita-wanita saat ini karena adanya penyimpangan itu, harus tetap pada tempatnya dan tidak boleh melewati batas bahkan kehilangan penghormatan pada laki-laki. Hal ini berlaku dalam hubungan suami dan isteri.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, apakah yang dimaksud oleh Alkitab tentang perintah “tunduk” ini? “Tunduk” memiliki makna “menghormati,” “mengasihi,” “mendukung” bahkan “menegur kesalahan suami dengan kasih yang dimiliki yang bersumber dari Allah.” Rasa hormat, tunduk, dan mencintai suami ini disejajarkan atau disamakan dengan rasa cinta dan hormat kepada Tuhan. Tapi, Saudara, hal ini tidak berarti setaraf atau senilai, atau sejajar sama sekali. Bukan tidak mungkin dalam kehidupan rumah tangga sang suami begitu kasar, egois dan bahkan melarang isteri untuk beribadah kepada Allah. Maka dalam hal ini berlaku kasih dan penghormatan sang isteri kepada Tuhan, harus lebih nyata terlihat. Memang tidak berarti jika mengalami hal seperti ini lalu isteri membenci suami dan meninggalkannya, tidak! Tetapi isteri harus tekun untuk mendoakan dan menegur dengan penuh kelembutan kepada suami yang tidak melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Dengan tetap melakukan apa yang diperintahkan dalam Alkitab, oleh Kitab Suci, isteri telah mewujudnyatakan makna tunduk kepada suami dalam arti sesungguhnya.

Tanggungjawab Suami - ay.19, mengatakan: “ … ”

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, suami bertanggungjawab untuk mengasihi atau mencintai isteri. Kata “kasih” yang dipakai dalam bahasa aslinya adalah “agape” bukan “eros,” yakni kasih yang tanpa sarat, penuh pengorbanan dan yang bersumber dari Allah. Mengapa suami harus mengasihi isteri? Karena isteri adalah bagian dari dirinya sendiri, dan karena perempuan, dalam hal ini sang istri lebih lemah dari laki-laki. Bukankah Hawa dijadikan dari bagian diri Adam? Apa yang dimaksud dengan kata “kasihilah isterimu” ini? “Kasih” berarti rela berkorban, melindungi, memahami, dan menerima isterinya apa adanya mereka, dan juga sedia untuk mengalah demi memenangkan istri dari kejatuhan.

Saudara, perintah ini bahkan diparalelkan dengan karya Kristus sebagai suami bagi gereja/jemaat yang adalah mempelaiNya. Bukankah Kristus tidak berdosa? Bahkan sebaliknya jemaatNyalah yang berdosa. Tetapi

Saudara, apa yang Kristus buat bagi mempelai perempuanNya. Kristus rela turun dari sorga dan mengambil alih segala penghukuman yang harus ditanggung oleh mempelaiNya. Maka prinsip ini berlaku bagi suami untuk mampu melakukan tindakan rela berkurban dan sedia mengalah demi menolong dan mendapatkan isterinya kembali sebagai bukti dia mencintai isterinya. Karena jatuh bangunnya sang isteri juga ditentukan oleh kesediaan suami untuk menolong.

Saudara, sangat tidak adil dan tidak masuk di akal, jika suami hanya mau menikmati yang indahnya dan baiknya saja seorang isteri dan ketika sang isteri mengalami kegagalan atau hal buruk, maka suami meninggalkannya seorang diri dan pergi dengan perempuan lain untuk sekedar manikmati kesenangan semu. Jika hal ini terjadi, maka sesungguhnya kegagalan ada juga pada pihak suami yang notabene gagal mengasihi isterinya, gagal membentuk isterinya menjadi isteri yang takut akan Tuhan dan gagal menjadi orang yang bertanggungjawab atas kelemahan isterinya yang notabene adalah bagian dirinya yang harus dia tolong.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, dalam hubungan suami dan isteri hanya berlaku satu prinsip yang tidak dapat diganggu gugat, yakni prinsip “satu daging” dimana hubungan seksual hanya boleh dilakukan dengan pasangan yang telah diberkati Tuhan dalam pernikahan yang kudus dan tidak boleh dilakukan dengan orang lain, selain dengan pasangan sendiri, artinya Tuhan jijik dan menentang perselingkuhan, perzinahan!
Tanggungjawab Anak - ay. 20, mengatakan demikian: “ … ”
Anak-anak diperintahkan oleh Tuhan untuk taat. Mengapa anak-anak harus taat kepada orang tua mereka? Karena orang tua adalah wakil Allah di dunia ini, dan kepada mereka Tuhan Allah mempercayakan tanggungjawab untuk menjadi orang tua. Nah, jika Allah saja percaya bahwa mereka pantas untuk menjadi orang tua dan mempercayakan kepada mereka tanggungjawab yang mulia itu, mengapa kita bertindak terlalu angkuh untuk menolak kepercayaan Tuhan kepada orang tua kita? Ada satu penyataan yang sngat indah untuk kita renungkan baik-baik dalam hubungannya dengan keadaan orang tua kita, yakni: “no parents are perfect, mine weren’t, you aren’t, I’m not. But God expect you to honor your parents anyway, when you do, you show how much you Me, God!” artinya “tidak ada orang tua yang sempurna di dunia ini, tidak orang tuaku, tidak orangtuamu, tidak juga aku dan kau jika kita menjadi orang tua, tetapi Allah menghendaki engkau menghormati orang tuamu apa adanya mereka, jika kamu lakukan hal itu, maka engkau telah menunjukkan betapa engkau percaya kepadaKu, Tuhan. Jadi taat di sini berarti bahwa kita menerima keadaan orang tua kita apa adanya mereka, sebagai anak kita tidak menuntut mereka menjadi seperti orang lain. Apapun adanya mereka, sesungguhnya karena marekalah kita ada, kita bertumbuh dan berhasil. Lalu mengapa setelah kita sukses kita merasa bahwa mereka tidak pantas untuk kita, kita malu dengan keadaan mereka yang mungkin jauh berada di bawah keberhasilan kita. Sehingga kita lupa akan hal yang prinsip yakni karena mereka, kita mengenal Tuhan. Hal ini ditegaskan dengan satu pernyataan yang sangat bermakna bagi kita sebagai anak-anak, yakni: “mom and dad are far from perfect, but if they can get it through our head that Christ (christianity) is The Way to go, they’ve done their job” artinya “mama dan papa jauh dari sempurna, tetapi jika mereka telah menanamkan pemahaman di kepala/pikiran kita bahwa Kristus adalah Jalan Keselamatan itu, maka sesungguhnya mereka telah melakukan tanggungjawab mereka.” Hal ini berarti tidak alasan bagi kita untuk berkata mereka gagal, karena mereka setidaknya telah berhasil di mata Tuhan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak orangtua yang lepas tangan, tidak peduli dengan masa depan anak dan menyakiti hati anak-anak, namun di sinilah peran kita sebagai anak untuk tetap menghormati mereka dan terus mendoakan mereka, jika ternyata kita telah lebih dulu mengenal Juruselamat dunia, Yesus Kristus! Jadi Saudara, sekali lagi, tidak ada orang tua yang sempurna, tetapi ingatlah bahwa Tuhan telah memilih mereka dan berkenan menetapkan mereka menjadi orang tua kita dan itu berarti merekalah yang terbaik, bukan orang lain. Karena itu hormatilah dan taatilah orang tuamu sebagaimana yang Tuhan kehendaki dengan kasih dan penghormatan yang bersumber dari Allah, supaya lanjut umurmu di tanah yang dijanjikan Tuhan Allahmu kepadamu. Itulah Saudara, tanggung jawab anak-anak.
Tanggungjawab Orangtua - ay.21
Setelah kita diberi tanggungjawab sebagai anak-anak terhadap orang tua kita, maka sekarang kita harus melihat keseimbangan pengajaran Alkitab bagi kita, yakni tanggungjawab orang tua kepada anak-anaknya.

Saudara, Tuhan memberi perintah kepada bapa-bapa, dalam hal ini mewakili orang tua untuk tidak menyakiti hati anaknya. Dalam NIV diterjemahkan “do not embitter” jangan buat hati anakmu pahit. Mengapa orang tua diberi tanggungjawab seperti itu? karena anak-anak ada dalam tanggungjawab orang tua mereka. Mereka bertanggungjawab penuh atas kegagalan dan keberhasilan anak-anaknya. Dalam masalah mendidik atau membentuk anak, kadang orang tua tidak memperhatikan kebutuhan atau apa yang anak sukai, yang terjadi justru sebaliknya. Orang tua memaksa anak melakukan apa yang mereka impikan, apa yang tidak dapat mereka lakukan di masa lalu, anak harus menjadi seperti yang orang tua kehendaki. Tindakan seperti ini Saudara, bukan tidak mungkin meninggalkan luka, kepahitan dalam diri anak-anak. Dan dengan kepahitan itu mereka tumbuh dan kemudian dendam kepada orang tua, yang pada akhirnya ketika mereka telah mulai beranjak dewasa mereka tidak akan segan untuk memberontak kepada orang tua mereka. Oleb sebab itu Saudara, jangan pernah meninggalkan kepahitan dalam diri anak-anak. Tapi sebaliknya “be a gentle man or gentle parents” yang tidak malu untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada anak-anaknya. Dan hal yang paling prinsip Saudara, dalam melakukan tanggungjawab sebagai orang tua terhadap anak adalah perkenalkan mereka sejak kecil kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga mereka bertumbuh dalam Kristus dan menjadi orang yang hidup takut akan Tuhan. Tapi jika kita memperkenalkan mereka dengan asap rokok, dan perilaku buruk lainnya, minum mabuk, samen laven/main perempuan, berjudi maka kita sendiri juga yang akan menanggung akibatnya karena mungkin sekali mereka akan terjebak dalam kehidupan yang sarat dengan pengaruh narkoba, free sex, kekerasan lainnya. Karena itu Saudara, secara singkat kita dapat merumuskan beberapa langkah penting yang harus dilakukan orang tua agar anak-anak tidak pahit kepada orang tua, yakni:
1. Jangan pernah perkenalkan anak-anak kepada kenikmatan dunia ini sebelum mereka dibawa dan diserahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Pencipta mereka. Karena jika Yesus telah menjadi bagian penting dalam hidup mereka, maka mereka dapat menaklukkan kuasa dunia ini dengan segala tawaran kenikmatannya di bawah kaki mereka, karena mereka tahu bagaimana membuat pilihan yang terbaik bagi diri mereka sendiri.
2. Jangan pernah sakiti mereka dengan cara menuntut mereka melakukan atau memberi apa yang lebih dari yang bisa mereka lakukan. Satu kisah nyata yang sungguh sangat mengerikan terjadi di Jakarta, yakni seorang siswa SMP bunuh diri hanya karena mendapat nilai yang hanya beda 0,1 dari saudara kembarnya. Padahal dia telah berusaha memberikan yang terbaik dan memuaskan hati orang tuanya. Tetapi Ternyata dia tidak mampu lagi menerima tuntutan orang tuanya yang berlebihan.

Saudara, kepahitan terhadap orang tua telah menjadi bagian hidupnya.Jangan pernah juga menuntut anak-anak untuk melakukan sesuatu yang baik tanpa kita sebagai orang tua mau memberi teladan. Karena semua itu hanya omong kosong belaka. Bagaimana kita mampu memarahi dan menghukum anak-anak yang telah terjerat dalam kehidupan narkoba, jika ternyata mereka menjadi seperti itu karena kita sendiri yang telah memperkenalkan asap rokok dan hal buruk lainnya ketika mereka masih kecil. Bukankah orang yang terikat dengan narkoba semula berangkat dari mencoba kenikmatan merokok.

3. Jangan hanya memikirkan ego diri sendiri dan tidak peduli dengan apa yang dikehendaki anak-anak.Pada akhirnya bangunlah satu hubungan yang baik lewat komunikasi yang terbuka,sehingga dapat saling mengerti kehendak masing- masing.Tuhan memberkati kita sekalian dan semua anggota keluarga kita. “Amin”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar