Senin, 24 November 2008

Belajar Firman Allah

Program: “BELAJAR FIRMAN ALLAH”
Firman Tuhan: Lukas 23: 33 – 43
Oleh: Jajang Sukarjo, S.Th
=====================
Tema: MAKNA PERKATAANNYA DAN MAKNA PERKATAANKU


“Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kananNya dan yang lain di sebelah kiriNya. Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaianNya. Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-peminpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diriNya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepadaNya dan berkata: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diriMu!” Ada juga tulisan di kepalaNya: ”Inilah raja orang Yahudi.” Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: ”Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!” Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata: “Yesus ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Lukas 23:33-43)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan……, banyak masalah di dunia ini terjadi hanya karena perkataan kita yang kurang bertanggungjawab. Isu-isu, gosip, fitnahan yang disebarkan telah menjadi alat pemicu yang sangat tajam yang sanggup menyakiti orang lain. Begitu tajamnya perkataan manusia sehingga sanggup menghancurkan kepercayaan, harapan dan masa depan orang lain. Sesungguhnya dunia yang kita diami telah begitu lelah dengan mendengar omongan yang kosong dan tidak berarti apa-apa, dunia membutuhkan perkataan yang membangun, yang memberikan spirit untuk membuat orang yang mendengar, bangkit dari keputusasaan dan berjuang untuk hidup yang lebih baik. Sayang sekali justru banyak anak-anak Tuhan, orang kristen dan bahkan hamba-hamba Tuhan yang tidak lagi mampu menjaga mulut mereka, sehingga mereka juga terlibat aktif dalam perkataan kosong, gosip murahan dan fitnahan yang keji. Memang lidah kita kecil, namun ia ibarat api yang mampu membakar hutan yang lebat dan luas. Saudara…, betapa kita harus sadar bahwa perkataan kita yang menyegarkan dan membangun dibutuhkan oleh dunia yang telah lelah dengan segala kebohongan dan tipu muslihat yang diciptakan oleh lidah manusia masa kini. Karena itulah kita perlu belajar bagaimana agar perkataan kita itu bermakna baik dan besar bagi orang lain. Dan untuk itu kita harus melihat dan belajar dari Juruselamat kita Yesus Kristus yang mana perkataanNya sangat berarti dan telah menyegarkan hati orang yang sangat menderita. Untuk itu mari kita belajar bersama-sama teks yang tercatat dalam

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Teks firman Tuhan yang telah dibacakan kepada kita, maka kita dapat melihat dan mempelajari latar belakang munculnya perkataan atau doa yang Yesus naikkan ini. Kita tahu persis lewat pemberitaan Alkitab bahwa Yesus mengalami masa-masa yang sangat sulit bagiNya, mulai dari pergumulanNya di Getsemani, hingga olok-olok, cambukan, hujatan dan banyak penderitaan lain yang Dia alami dalam perjalanan ke kayu salib. Juruselamat kita tidak banyak berbicara ketika Dia menanggung semua penderitaan itu, tepat seperti yang telah dinubuatkan oleh Yesaya bahwa Dia tidak membuka mulut-Nya untuk melawan, seperti anak Domba yang dibawa ke pembantaian. Termasuk kepada Pilatus dan Herodes yang begitu angkuh berdiri dihadapan Pencipta mereka. Yesus tidak mau membela diri karena Dia taat kepada kehendak Bapa. Tetapi ketika Dia harus berbicara, maka kata-kata yang keluar dari mulutNya adalah kata-kata yang menyejukkan dan menyegarkan hati, menenangkan jiwa tiap orang yang mendengarNya. Karena itu kita akan mempelajari beberapa hal yang prinsip dari teladan Juruselamat kita Yesus Kristus.

Kepada Siapakah Perkataan Yesus ini ditujukan? (ayat 34).
Perkataan Yesus atau doa yang Yesus naikkan kepada Bapa-Nya ini ditujukan untuk semua orang yang telah menghina, menghujat, mengolok-olok dan meludahi serta yang telah memperlakukan Dia dengan tidak hormat seperti yang tercatat dalam ayat 34 – 39 dalam teks ini. Mereka adalah kumpulan dari semua jenis masyarakat yang ada pada saat itu baik para prajurit (mewakili mereka yang seharusnya memberikan perlindungan dan keamanan); para Ahli Taurat (mewakili para teolog, pemimpin agama); para pemimpin masyarakat dan bahkan para penjahat yang digantung bersama-sama dengan Dia. Artinya bahwa semua manusia berdosa telah menjadi objek kasih dan pengorbanan Kristus Yesus.

Apa dampak dari Perkataan Yesus (ayat 40-42)
Ketika mereka sedang sibuk menghakimi Yesus dengan perkataan kosong, fitnahan dan caci maki mereka, Yesus berseru kepada Bapa dengan segenap sisa-sisa tenaga yang Dia miliki. Yesus telah melihat bagaimana dosa telah menguasai hati manusia sehingga mereka berani menghina Pencipta mereka yang datang untuk menyelamatkan mereka. Dalam penderitaan yang sangat dahsyat yang dialami oleh Tuhan Yesus, bahkan ditengah-tengah kebrutalan sikap manusia berdosa terhadap-Nya, Yesus tidak berteriak agar BapaNya mengirim api dari langit dan menghanguskan mereka, atau mengutuk dan membinasakan mereka yang telah berlaku kurang ajar kepadaNya, melainkan dengan kekuatan yang tersisa Dia berdoa agar Bapa mengampuni mereka. Dan doa ini didengar oleh penjahat yang tadinya juga sedang sibuk menghujat Yesus. Perkataan atau doa Yesus ini bagaikan setetes embun yang telah begitu berarti dan memberi pengharapan dan iman kepada penjahat ini. Perubahan yang besar seketika telah terjadi ketika Yesus mengeluarkan perkataan yang begitu menyejukkan hati orang yang mendengarNya. Dan penjahat ini telah memilikinya didalam Yesus. Maka dampak dari perkataan Yesus terhadap penjahat ini adalah satu perubahan yang besar. Dan setidaknya ada 3 hal yang langsung diubahkan dengan perkataan Yesus dalam diri penjahat ini yakni: Penjahat ini sadar akan keberadaan dirinya dihadapan Tuhan, bahwa sebenarnya ia layak menerima hukuman sesuai dengan kejahatannya (ayat 41). Jika kita membandingkan dengan Matius 27 : 44 sebenarnya ia juga sedang mengolok-olok Tuhan sama seperti yang lainnya. Karena itulah perkataan pengampunan Tuhan ini telah membuat dia sadar akan keberadaan dirinya. Maka perkataan Yesus telah memperbaharui hubungan penjahat ini dengan dirinya sendiri, yang semula ia tidak tahu dirinya menjadi tahu diri dihadapan Tuhan. Dari perubahan relasi dalam dirinya membuat penjahat ini membaharui hubungannya dengan orang lain. Dia telah merasakan kuasa perkataan Yesus, karena itu dia ingin orang lain menikmati hal yang sama. Maka penjahat ini berusaha untuk menegur kesalahan temannya yang berada disebelah Tuhan Yesus (ayat 40). Hal ini bukanlah hal yang gampang, tetapi sebaliknya penuh dengan konsekuensi, karena bagaimana mungkin seorang penjahat harus menegur dosa orang lain? Bukankah ia akan dicaci maki? Tetapi penjahat ini tetap teguh! Dia menghendaki sahabatnya ini bertobat dari kejahatannya sebagaimana dia telah dilawat melalui perkataan Tuhan Yesus. Karena itu walaupun penuh dengan konsekuensi, dia tetapi mengajak sahabatnya itu untuk bersikap takut akan Tuhan. Bukankah Juruselamat sedang berada diantara mereka? Karena itu penjahat yang telah bertobat ini menghendaki sahabatnya menunjukkan rasa hormatnya kepada Tuhan. Hal ini nampak dalam tegurannya “tidakkah engkau takut juga tidak kepada Allah? Mengajak orang untuk takut kepada Allah, bukankah pekerjaan seorang anak Tuhan? Lebih dari dua hal yang telah dilakukan oleh penjahat ini dalam memulihkan hubungan dalam dirinya dan hubungan dengan orang lain, maka penjahat ini tidak mau begitu saja melewatkan kesempatan yang begitu berharga yang ada di hadapannya. Dia ingin memulihkan hubungannya dengan Penciptanya, Tuhannya dan Juruselamatnya. Dia tahu bahwa inilah kesempatan terakhir yang dia miliki, jika dia tidak merebutnya maka selamanya akan hilang daripadanya. Karena itu dia memohon kepada Yesus yang ada di sampingnya dengan berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Pemulihan hubungannya dengan Juruselamatnya pun terjadilah!

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana ketiga hal ini dapat terjadi dalam diri si penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus? Jawabannya sederhana! Karena ada kuasa dalam perkataan TuhanYesus Kristus, kuasa itu tetap sama bahkan ketika Dia sedang tersalib. Kuasa inilah yang mampu mengubah sikap hati dan tindakan si penjahat, dan yang menjadikan orang yang memiliki iman yang luarbiasa, karena berani menaruh pengharapannya kepada Yesus yang tersalib. Kita dapat membandingkan hal ini dengan Roma 10:7 yang berbunyi: “iman timbul dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Kristus.”

Akibat perkataan Yesus terhadap orang yang meresponiNya?
Yesus sedia berbicara dengannya. Nampak dari kalimat: ”Aku berkata kepadamu.” (43). Bukankah ini merupakan hal yang sangat indah, dimana Yesus sedia berbicara dengan kita? Kita akan mengakuinya jika kita bandingkan dengan sikap diam Yesus terhadap Pilatus, Herodes, orang banyak yang menghujat Dia, penjahat dan lainnya, ketika mereka mulai berbicara dalam keangkuhan mereka. Maka berbahagialah mereka yang mendapat berkat ini. Berkat kedua yang diperoleh adalah keselamatan yang kekal. Hal yang sangat luarbiasa yang tak dapat dibandingkan dengan apapun jugaadalah bahwa penjahat yang meresponi perkataan Yesus ini memiliki keselamatan hari itu juga dan ditempat itu juga, bukan nanti dan di tempat lain. Walaupun dia masih berada di bukit Tengkorak, namun dia telah diijinkan Yesus untuk menikmati suasana kemuliaan Firdaus yang membahagiakan hatinya. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan D.L. Moody dalam statementnya: “a little faith will bring your soul to heaven, but a lot of faith will bring heaven into your soul.”

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, belajar dari apa yang telah Tuhan kita Yesus Kristus lakukan untuk kita teladani, secara khusus dalam hal berkata-kata, maka seyodianya atau seharusnyalah kita menyadari betapa pentingnya perkataan kita bagi orang lain. Bahwa jika kita mampu berkata-kata dengan baik dan lembut, betapa kata-kata kita itu akan membangun jiwa mereka yang sedang dalam kekalutan, kata-kata itu akan sanggup mengangkat hati mereka kepada Allah yang hidup dan bahwa kata-kata kita akan sanggup membangun harapan dan masa depan mereka akan pengharapan didalam Kristus Tuhan. Tetapi sebaliknya, jika perkataan kita adalah perkataan yang tajam, menusuk dan terkesan mengadung fitnahan dan kebohongan akan orang lain, sadarilah bahwa sesungguhnya kita mampu membunuh orang dengan perkataan kita. bahwa perkataan kita yang buruk dan tajam telah mampu meruntuhkan harapan dan semangat hidup orang lain. Manakah yang kita pilih sebagai bagian dari hidup kita? Membangun semangat dan harapan orang ataukah menghancurkan dan meruntuhkan kekuatan hidup mereka dengan kata-kata yang kosong dan tajam? Tuhan akan memampukan para pendengar dan kita sekalian dalam menjadikan kita pelayan-pelayan Tuhan khususnya daslam hal perkataan. Amin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar